Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kokain

Oleh

image-gnews
Iklan

"Orang tak pernah begitu keji, sepenuh hati dan antusias, seperti ketika ia bertindak berdasarkan keyakinan agama."

Simonini mengatakan itu dengan yakin, tapi kita tak perlu mempercayainya. Ia cuma manusia fiktif, tokoh dalam novel Umberto Eco, Il cimitero di Praga (Pekuburan di Praha), seseorang yang hidup dari dusta dan pemalsuan.

Ya, kita tak perlu mempercayainya. Tapi kita pernah, belum lama ini, melihat foto leher-leher manusia yang ditebas di Irak, masjid-masjid yang jemaahnya ditembaki di Pakistan, rombongan ziarah yang dibom di Afganistan, gadis-gadis yang diculik di Nigeria, sejumlah wartawan yang dibunuh di sebuah kantor majalah di Prancis, penonton konser yang diberondong peluru di Inggris dan beberapa tahun yang lalu, saling bantai di Maluku, dan sebelumnya lagi, mayat-mayat yang terapung di sungai-sungai dengan tubuh yang dipotong di Jawa, 1965.

Dan kita baca atau dengar, kekejian itu dilakukan dengan iman.

Jangan-jangan Simonini benar. Ia sebut agama bukan candu yang diisap sembari berbaring hingga lemas, melainkan kokain yang merangsang orang berangkat buat membunuh.

Tak hanya terkait dengan "Islam". Di satu bagian reportase yang memukau tentang Kota Mumbai, India, Maximum City: Bombay Lost and Found, Suketu Mehta menemui para aktivis Shiv Sena, kaum ekstremis Hindu. Mereka membumihanguskan kampung dan manusia, di bulan Januari 1993. Untuk menyelamatkan Hinduisme.

Sunil, salah seorang dari mereka, dengan kalem menceritakan apa yang terjadi pada orang yang dibakarnya: "Orang itu bangun, lari menyelamatkan diri, jatuh, bangun lagi, lari. Minyak menetes dari tubuhnya, bola matanya membesar, makin besar, bagian putihnya kelihatan, putih, putih, dan jika kita sentuh tangannya bagian putihnya juga kelihatan. Terutama di hidungnya minyak menetes, air menetes, putih, putih sekujur badan."

Itu bukan hari-hari untuk berpikir. Kami berlima membakar seorang muslim. Pagi pukul 4 orang banyak berkumpul, jenis orang yang belum pernah aku lihat. Ibu-ibu, bapak-bapak. Mereka ambil senjata apa saja yang bisa dibawa. Lalu kami berbaris ke daerah muslim. Di jalan raya, kami ketemu seorang pavwallah naik sepeda. Aku kenal dia. Ia penjual roti, dan aku membeli dari dia tiap hari. Aku bakar dia. Kami tuangkan minyak ke tubuhnya lalu kami kasih api. Aku cuma berpikir, dia ini muslim. Tubuhnya gemetar. Ia menangis. "Aku punya anak, aku punya anak!" jeritnya. Aku balas: "Ketika orang-orang muslim membunuhi orang Radhabi Chawl, memangnya kamu memikirkan anak-anak mereka?"

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak banyak cerita sedetail itu tentang kekejaman dan iman, tapi sejarah punya rekam jejak yang mungkin lebih tua ketimbang yang disebut dalam Kitab Yosua. Alkisah, Kota Yerikho ditaklukkan Bani Israel yang dipimpin Yosua dan, konon berdasarkan hukum Tuhan, herem, tiap penduduknya dibunuh--termasuk perempuan dan anak-anak.

Tentu saja bukan hanya agama yang punya jejak pembasmian itu. Setelah 1492, orang Eropa datang dan bermukim di Benua Amerika. Dengan cepat, penduduk "Indian" yang sudah lebih dulu di sana berangsur-angsur menciut. Mereka terdesak, mereka tertular penyakit pendatang, atau mereka dibantai. Dalam catatan Bartolome de Las Casas, seorang padri dan sejarawan abad ke-16, ada beberapa kejadian ketika orang-orang Spanyol bertaruh siapa yang siap menyembelih seorang Indian atau merenggutkan bayi dari susu ibunya dan menghantamkan kepalanya ke batu.

Abad ke-20: Hitler mencoba menghabisi orang Yahudi bersama mereka yang tak dianggap ras "Arya"; sekitar 6 juta mati. Stalin melakukan "pembersihan" besar-besaran dan diperkirakan 600 ribu sampai dengan 3 juta jiwa (yang dianggap "kontrarevolusioner") dihabisi. Di Tiongkok, "Revolusi Kebudayaan" digerakkan Mao Zedong dengan mengerahkan ribuan anak muda, "Pengawal Merah". Dengan fanatik mereka hancurkan apa saja yang dianggap "menyeleweng". Diperkirakan 500 ribu sampai 2 juta orang tewas--antara lain dengan pembunuhan massal dan kanibalisme.

Mungkin ada titik-titik yang sama antara agama dan ajaran "sekuler" seperti Naziisme dan Maoisme. Sesuatu di sana membuka pintu bagi kekejaman ramai-ramai. Ada wacana tentang pengabdian yang total, pengorbanan buat sesuatu yang lebih luhur ketimbang hidup sehari-hari, ada surga yang dijanjikan kelak, ada ritus dan ritual--menghormat sang Fhrer dengan mengangkat tangan, melambai gembira dengan "Buku Merah Ketua Mao". Juga ada kader pilihan, ada sabda yang dihafal--dan otak yang sudah dibersihkan dari pikiran "sesat".

Permusuhan pun jadi kosmis, tak memperebutkan kepentingan praktis yang sebentar. Agenda adalah mengubah manusia, memproduksi "manusia baru".

Tak mengherankan bila tumbuh keyakinan besar yang dengan mudah jadi keangkuhan. Dalam novelnya yang lain Eco menyebutnya "keangkuhan rohani", l'arroganza dello spirito: "iman yang tanpa senyum, kebenaran yang tak pernah dijangkiti ragu."

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


2 Pengajar Pondok Pesantren di Kabupaten Agam Diduga Sodomi 40 Santri Sejak 2022

10 menit lalu

ilustrasi
2 Pengajar Pondok Pesantren di Kabupaten Agam Diduga Sodomi 40 Santri Sejak 2022

2 pengajar salah satu pondok pesantren di Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, ditangkap Polresta Bukittinggi karena mencabuli 40 santri.


Kata Dasco Gerindra Soal Usul Pelaksanaan Pilpres dan Pileg Dipisah

10 menit lalu

Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad saat ditemui usai menghadiri acara Silaturahmi dan Tasyakuran DPD Gerindra DKI Jakarta di Tavia Heritage Hotel, Jakarta Pusat pada Kamis, 9 Mei 2024. TEMPO/Adinda Jasmine
Kata Dasco Gerindra Soal Usul Pelaksanaan Pilpres dan Pileg Dipisah

Dasco menyatakan lebih setuju Pilpres dan Pileg dilaksanakan bersamaan.


Dekat Puncak Kemarau, BMKG Prediksi Hujan Tetap Guyur 19 Wilayah di Indonesia

13 menit lalu

Puluhan pengendara motor berteduh di bawah tiang pancang LRT saat hujan yang cukup lebat, di Jalan protokol Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin, 6 April 2020. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan dini cuaca ekstrem di Indonesia. TEMPO/Imam Sukamto
Dekat Puncak Kemarau, BMKG Prediksi Hujan Tetap Guyur 19 Wilayah di Indonesia

BMKG memperkirakan 19 wilayah di Indonesia bakal tetap dibasahi hujan intensitas sedang hingga lebat hingga awal Agustus 2024.


PPATK Ungkap Ada Masyarakat Berpenghasilan di Atas Rp 1 Miliar Main Judi Online dengan Deposit Rp 4,8 Miliar

13 menit lalu

Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana memberi laporan dalam acara Peringatan 22 Tahun Gerakan Nasional Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu 17 April 2024. Indonesia telah dinyatakan secara aklamasi diterima sebagai Anggota Financial Action Task Force on Money Laundering and Terrorism Financing (full membership). Keberhasilan tersebut diperoleh dalam FATF Plenary Meeting di Paris, Perancis yang dipimpin oleh Presiden FATF, MR. T. Raja Kumar pada Rabu, 25 Oktober 2023. TEMPO/Subekti.
PPATK Ungkap Ada Masyarakat Berpenghasilan di Atas Rp 1 Miliar Main Judi Online dengan Deposit Rp 4,8 Miliar

PPPATK ungkap sejumlah masyarakat berpenghasilan di atas Rp 1 miliar main judi online.


Jelang Laga Pertama Olimpiade Paris 2024, Apriyani / Fadia Sudah Intip Kekuatan Pasangan Jepang

32 menit lalu

Ekspresi pebulutangkis Ganda Putri Indonesia Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti saat berhadapan dengan pebulutangkis Ganda Putri Malaysia Pearly Tan dan Thinaah Muralitharan pada babak 16 besar Kapal Api Indonesia Open 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis, 6 Juni 2024. Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti kalah dengan skor 18-21 dan 19-21 gagal melaju ke babak selanjutnya. TEMPO/M Taufan Rengganis
Jelang Laga Pertama Olimpiade Paris 2024, Apriyani / Fadia Sudah Intip Kekuatan Pasangan Jepang

Apriyani / Fadia memastikan persiapannya berjalan baik menjelang laga pertama di Olimpiade Paris 2024.


Timnas Indonesia U-19 vs Malaysia di Semifinal Piala AFF U-19 2024 Sabtu Malam Ini, Indra Sjafri: Laga Penuh Gengsi

38 menit lalu

Pelatih Timnas Indonesia U-19 Indra Sjafri. TEMPO/Randy
Timnas Indonesia U-19 vs Malaysia di Semifinal Piala AFF U-19 2024 Sabtu Malam Ini, Indra Sjafri: Laga Penuh Gengsi

Timnas Indonesia U-19 akan menghadapi Malaysia di semifinal Piala AFF U-19 2024 pada Sabtu malam, 27 Juli.


Ekonom Sebut Keterlibatan Masyarakat Indonesia di Sektor Asuransi Masih Rendah, Ini Alasannya

43 menit lalu

Ekonom senior Faisal Basri menghadiri diskusi film Bloody Nickel yang digelar Koalisi Masyarakat Sipil di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Sabtu, 4 Mei 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Ekonom Sebut Keterlibatan Masyarakat Indonesia di Sektor Asuransi Masih Rendah, Ini Alasannya

Sektor asuransi hanya berkontribusi 6,9 persen terhadap totoal Gross Domestic Product (GDP), membuat Indonesia berada di posisi keenam Asia Tenggara


Respons PAN-Nasdem-PKS Soal Isu Poros Koalisi PKB dan PDIP di Pilkada 2024

43 menit lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Respons PAN-Nasdem-PKS Soal Isu Poros Koalisi PKB dan PDIP di Pilkada 2024

PKB dan PDIP menjajaki peluang berkoalisi pada Pilkada 2024.


Museum Unik di Kroasia Ini Menampilkan Historis Dasi dan Simpul Ikatannya

43 menit lalu

Cravaticum di Zagreb, Kroasia. Instagram.com/cravaticum_museum
Museum Unik di Kroasia Ini Menampilkan Historis Dasi dan Simpul Ikatannya

Cravaticum - Museum Boutique of Cravat menjadi museum dasi pertama di dunia yang berada di Kroasia


Gelombang Panas Ekstrem Melanda Eropa, Negara Mana Saja yang Suhunya Naik?

43 menit lalu

Warga menggunakan payung di bawah sengatan matahari di Tokyo, Jepang, 9 Juli 2024. Jepang diterjang gelombang panas dengan cakupan lebih luas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Suhu mencapai rekor tertinggi mendekati 40 derajat celsius, terjadi pada Senin (8/7/2024), di Tokyo dan di wilayah selatan Wakayama. REUTERS/Issei Kato
Gelombang Panas Ekstrem Melanda Eropa, Negara Mana Saja yang Suhunya Naik?

Gelombang panas dengan suhu udara menembus 40 derajat Celcius melanda negara-negara Eropa