Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Anjing

Oleh

image-gnews
Iklan

Kita anjing diburu, tulis Chairil Anwar dalam "Catetan 1946". Peristiwa cepat datang dan pergi dan kita terengah-engah mengikutinya. Kita kian tak sempat menengok apa yang telah kita lalui.

Seabad yang lalu, satu kejadian tak segera disusul dan ditimpa kejadian lain. Rekaman tak berjibun cepat. Di abad ke-21, "masa kini" dengan lekas jadi "masa silam" (lihat perubahan teknologi dan dampaknya), dan masa silam langsung lepas ke dalam timbunan ingatan yang membubung, memanjang.

Kita anjing diburu, hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang

Maka apa sebenarnya yang kita ketahui tentang sejarah manusia yang tak kita lihat lengkap--tentang "sandiwara" yang belum jelas ujungnya?

Data saling menyelip di celah jutaan data. Fakta bertambah sengkarut, dan kita sedikit bingung. Seperti dikalimatkan Chairil dalam sajak itu, kita tak tahu adakah "Romeo & Juliet berpeluk di kubur atau di ranjang".

Dulu kita terima saja, sejak abad ke-17, Romeo & Juliet seperti yang dipaparkan Shakespeare--dan kita berbahagia dengan itu. Tapi zaman berubah dan kita paham jika dalam sajak Chairil tersirat gelisah untuk tak begitu saja percaya.

Ya, zaman berubah, peristiwa susul-menyusul, desak-mendesak, entah mana sebab mana akibat. Kita makin tahu kita tak tahu. Tahun "1946" adalah contoh yang baik: perubahan mengguncang sampai ke sudut hidup yang tak diperhatikan. Baru setahun sebelumnya, 1945, dua bom dengan daya rusak yang belum pernah dialami manusia meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki. Perang besar selesai dengan peta dan taklukan yang berbeda. Pada saat yang sama "Perang Dingin" menjalar: perang "ideologi" yang diperkencang teknologi menjangkau jiwa manusia.

Waktu itu pula muncul pelbagai negara dan bangsa. Berjuta-juta manusia mulai memanggul identitas baru, mengikuti geografi politik baru--yang sebenarnya masih genting. Di Indonesia sendiri, perang untuk kedaulatan masih berlangsung. Di Republik yang baru berumur beberapa bulan ini ancaman berdesak-desak di antara peluang di ambang pintu. Tokoh datang dan pergi--dan kita tak bisa membiarkannya begitu saja. Chairil menulis:

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu

Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahkan dalam baris yang kedua itu kita rasakan zaman yang berbeda; bahasa Indonesia tak lagi patuh pada kelaziman ejaan: "dicatet" (bukan "dicatat") muncul dalam puisi. Kosakata yang dulu dianggap bagian "bahasa Melayu pasar" kini memasuki bahasa sastra. Hierarki pun guncang, bahkan runtuh.

Tahun 1946: kita masih dalam keadaan "sawan"--seperti anak yang tak bisa tenang, meradang dengan suhu tubuh yang tinggi. Kita "diburu" konflik. Kita belum berada dalam fase yang diidamkan yang akan datang nanti, "jika bedil sudah disimpan".

Maka bagaimana kita harus mencatat siapa yang lahir dan siapa yang tenggelam? Bisakah kita hanya mencatat tanpa menafsirkannya? Bisakah kita tak memberinya makna?

Kita tahu, tragedi Romeo & Juliet penting karena Shakespeare menggubah kejadian di Verona tahun 1303 itu jadi percakapan yang menggugah tentang kesetiaan yang unik dan dendam kelompok yang kejam. Kita tak peduli benarkah kematian anak-anak muda itu terjadi dalam sejarah.

Kita tahu, Gajah Mada jadi relevan karena kita catat ia sebagai penanda pengabdian teguh kepada tanah air--atau sebaliknya, personifikasi ambisi yang brutal. Tak penting benarkah wajahnya tembam dan garang seperti yang digambarkan patung resmi. Bahkan mungkin tak penting benarkah tokoh abad ke-14 itu bukan cuma mithos.

"Tidak, fakta-fakta itulah yang justru tak ada, hanya interpretasi." Kata-kata Nietzsche di abad ke-19 itu kini terngiang-ngiang kembali. Ia bergaung karena ia sebenarnya mengingatkan, tak mungkin lagi ada satu interpretasi. Tuhan, wasit yang tunggal, telah dimatikan manusia. Bagaimana kita akan menentukan, mencatat, apa yang benar dan tidak?

Saya baca lagi sajak Chairil. Bait-bait pertama itu muram, tentang "tangan" yang "akan jemu terkulai". Tapi ajaib: di ujungnya ada tekad. Asah pena, tulis terus, serunya. Justru di atas "kertas gersang", dengan "tenggorokan kering", kita inginkan ia basah.

Dengan kata lain, bila Tuhan bukan penentu tunggal lagi, kita justru bisa tak menggantungkan diri kepada Kebenaran--dalam arti kebenaran yang selesai secara kognitif. Romeo & Juliet hanya tafsir, mungkin dusta, tapi tak sia-sia. Kita akan terus "memburu arti", memberinya makna. Kita bukan hanya anjing diburu; kita anjing pemburu.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

11 menit lalu

Tentara berjaga di depan Menara Eiffel menjelang Olimpiade Paris 2024, Prancis, 21 Juli 2024.REUTERS/Stefan Wermuth
5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

Sabotase kereta cepat disebut-sebut sebagai upaya terencana beberapa jam menjelang upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024.


Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

15 menit lalu

Joan Mir pembalap MotoGP di Repsol Honda. (Foto: Repsol Honda)
Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

Pembalap MotoGP Joan Mir memperpanjang kontraknya dengan tim pabrikan Honda Racing Corporation (HRC/Repsol Honda) selama dua musim.


Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

17 menit lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

Beberapa indikator Pilkada 2024 berhasil, antara lain partisipasi generasi muda sebagai pemilih terbesar dan mematuhi aturan oleh semua pihak terlibat


Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

21 menit lalu

Stand Up Comedian Arie Kriting dengan gaya khas orang Timur tampil menghibur penonton di ajang Tujuh Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara, Jakarta,  19 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

Arie Kriting menjadi sutradara film Kaka Boss. Sebelumnya, ia telah bermain dalam beberapa film termasuk Agak Laen.


Olivia Rodrigo Tegaskan Dukungan untuk Kamala Harris atas Isu Hak Reproduksi

22 menit lalu

Olivia Rodrigo/Foto: Instagram/Olivia Rodrigo
Olivia Rodrigo Tegaskan Dukungan untuk Kamala Harris atas Isu Hak Reproduksi

Olivia Rodrigo menunjukkan dukungannya kepada Kamala Harris dengan mengunggah ulang video yang mengkritik kebijakan Donald Trump tentang aborsi.


Cegah Wabah, WHO Kirim Lebih dari 1 Juta Vaksin Polio ke Gaza

22 menit lalu

Anak-anak Palestina menangis saat berebut makanan dimasak oleh dapur amal, di tengah kelangkaan makanan, saat konflik Israel-Hamas berlanjut, di Jalur Gaza utara, 18 Juli 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
Cegah Wabah, WHO Kirim Lebih dari 1 Juta Vaksin Polio ke Gaza

WHO mengirimkan lebih dari satu juta vaksin polio ke Gaza untuk mencegah anak-anak terkena wabah


PSN Rempang Eco City Tetap Lanjut, Walhi: Suara Rakyat Diabaikan

22 menit lalu

Warga Rempang bentangkan spanduk di atas kapal di laut Pulau Rempang, Kota Batam, Senin, 20 Mei 2024. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
PSN Rempang Eco City Tetap Lanjut, Walhi: Suara Rakyat Diabaikan

Pemerintah memutuskan untuk tetap melanjutkan Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City. Walhi sebut pemerintah abaikan suara rakyat.


Segini Harta Kekayaan Hakim MA yang Perintahkan Rumah Istri Rafael Alun Dikembalikan

22 menit lalu

Terdakwa mantan pejabat eselon III kabag umum Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Selatan II, Rafael Alun Trisambodo (tengah) berbincang dengan kuasa hukumnya saat mengikuti sidang pembacaan surat amar putusan, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin, 8 Januari 2024. Rafael menyatakan masih pikir-pikir soal kemungkinan mengajukan banding atas vonis 14 Tahun penjara dan denda Rp 500 juta yang dijatuhkan  Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi kepadanya. TEMPO/Imam Sukamto
Segini Harta Kekayaan Hakim MA yang Perintahkan Rumah Istri Rafael Alun Dikembalikan

Lewat putusan kasasi, hakim MA (Mahkamah Agung) memerintahkan harta istri Rafael Alun Trisambodo dikembalikan. Segini kekayaan hakim tersebut.


Sepak Terjang Hendry Lie, Tersangka Korupsi Timah yang Keberadaannya Dimonitor Kejagung

22 menit lalu

Hendry Lie. (Dok. PT. Tinindo Inter Nusa (TIN))
Sepak Terjang Hendry Lie, Tersangka Korupsi Timah yang Keberadaannya Dimonitor Kejagung

Hendry Lie, tersangka korupsi timah yang juga pendiri perusahaan maskapai PT Sriwijaya Air.


Login WhatsApp Web Kini Bisa Tanpa Nomor Telepon, Muncul Risiko Penipuan Akun

22 menit lalu

WhatsApp Web. Kredit: Tech Advisor
Login WhatsApp Web Kini Bisa Tanpa Nomor Telepon, Muncul Risiko Penipuan Akun

Privasi pengguna kian aman saat memakai WhatsApp Web yang didaftarkan tanpa nomor telepon. Namun, pengguna jadi harus mewaspadai akun palsu.