Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Selat

Oleh

image-gnews
Iklan

Tak setiap kita seperti Odysseus yang harus menyeberangi sebuah selat yang genting.

Sebagaimana disebut dalam kisah termasyhur tentang Raja Ithaca yang berlayar pulang dari Perang Troya itu, Odysseus tak bisa mengelak.

Di selat yang sempit itu gundukan batu karang tergantung-gantung dihantam ombak, bergemuruh tak putus-putus. Nyaris tak ada kapal yang selamat. Di salah satu deretan karang, yang pucuknya tersembunyi dalam mendung, ada celah besar yang bisa dilalui; tapi di sana juga gua tempat Skylla menghadang-monster besar dengan enam leher yang amat panjang yang menopang enam kepala, enam kepala dengan tiga deret gigi yang rapat.

Berseberangan dengan itu, di gua di karang yang lebih kecil, ada Kharybdis, monster yang tiga kali sehari menyedot dan memuntahkan air laut, membuat pusaran dahsyat yang menyeret apa saja.

Odysseus harus melewati selat yang dijaga dua monster itu dan ia sadar: apa pun keputusannya, korban akan jatuh. Dan enam orang anak buahnya memang tewas akhirnya. Ia menyaksikan bagaimana Skylla membanting mereka ke atas karang dan mengunyah mereka, dan ia mendengar mereka menjerit meminta tolong ke arah Odysseus.

Berdasarkan cerita Homeros di abad ke-7 sebelum Masehi itu, ungkapan "antara Skylla dan Kharybdis" terkenal untuk melukiskan dilema besar di hadapan keputusan.

Memutuskan mana yang harus dipilih dalam dilema itu memang tak selamanya segenting menyeberangi selat yang dijaga sepasang monster. Seperti saya katakan di atas, tak setiap kita berada dalam situasi segawat yang dialami Odysseus. Tapi tiap pilihan akan membawa korban-kecil ataupun besar. Jika antara minum kopi dan minum bandrek kita memilih yang pertama, kenikmatan bandrek harus ditangguhkan.

Tentu saja-apa boleh buat-banyak hal yang lebih besar konsekuensinya ketimbang minum kopi atau bandrek. Satu pilihan jangan-jangan akan mengubah seluruh hidup kita. Apalagi ketika seorang kepala negara yang tiap kebijakannya menyangkut nasib jutaan manusia. Atau bayangkan Nabi Ibrahim ketika ia mesti memutuskan menyembelih anak bayinya atau membangkang titah Tuhan.

Dalam pelbagai kasus, kita (juga presiden atau nabi) tak bisa untuk tak memilih. Selat sempit itu harus dilalui. Memilih untuk tak memilih itu juga sebuah pilihan, memutuskan untuk tak memutuskan itu juga sebuah keputusan.

Kita memang bisa minta petunjuk dari orang lain, mohon bimbingan Tuhan, membaca doa atau buku panduan-tapi semua itu menuju ke satu titik, yakni titik kemerdekaan kita. Pada akhirnya aku-lah yang mengambil keputusan; bukan sanak saudara, handai taulan, konsultan, rohaniwan, dan lain-lain. Dalam saat-saat memilih itu aku sendirian, dan-dalam kata-kata Sartre yang terkenal-di situlah "manusia dihukum untuk merdeka".

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Merdeka justru dalam sebuah situasi perbatasan. Sebuah krisis, sebuah paradoks. Sebuah keadaan yang menguasai nalar, emosi, dan tubuh, sebelum melangkah dan keadaan berubah.

Orang sering lupa bahwa para pengambil keputusan besar-karena status dan kekuasaannya-harus melalui keadaan yang genting itu. Para pengamat dan penonton hanya memberi aplaus atau mencerca, tapi jarang mengingat akan saat-saat ketika ketidakpastian muncul, membayang, mencekam. Sebab tiap kali kita memutuskan sesungguhnya kita memasuki masa depan dan kita tak pernah tahu bagaimana masa depan itu persisnya-walaupun telah kita baca analisis dan proyeksi tentang apa yang mungkin terjadi. Yang kita tahu: begitu keputusan diambil, kita tak bisa kembali. Tiap keputusan adalah loncatan ke dalam gelap.

"Tak adakah cara menghindari Kharybdis dan sekaligus mengusir Skylla ketika ia mencoba membunuh orang-orangku?" tanya Odysseus kepada dewi yang memandunya.

"Tidak ada," jawab dewi itu. "Kau tak akan bisa melawannya. Skylla bukan makhluk yang bisa mati."

Dialog itu isyarat: ada hal-hal yang tak bisa diputuskan ketika kita harus memutuskan.

Tapi dengan demikian tiap pengambilan keputusan, terutama yang menyangkut nasib orang lain, tak bisa dipisahkan dari kondisi dilematis; jejaknya akan selalu ada. Jika kita melupakannya, jika kita menghapus jejak "yang tak dapat diputuskan" itu, kita akan melupakan keterbatasan manusia, juga beban tanggung jawab dan pergulatan ethis dalam proses pengambilan keputusan.

Derrida pernah mengingatkan hal itu. Katanya: "Semua keputusan dibentuk oleh pengalaman tentang indecidable, yang tak-dapat-diputuskan." Tanpa diuji hal-hal yang berlainan dari yang lazim, hal-hal yang tak dapat diperhitungkan, "Tak akan terjadi keputusan yang bertanggung jawab."

Dalam cerita Homeros, memang hanya selintas kita rasakan gundah hati Odysseus. Ia mantap-tapi hampir semua kesatria dalam epos ini memang digerakkan kehendak dewa-dewa. Ketika langit menentukan semuanya, apa artinya kemerdekaan dan tanggung jawab? Dan perikemanusiaan?

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Juicy Luicy hingga Tulus Akan Ramaikan Day 1 Soundsfest 2024, Simak Rundown Lengkapnya

2 menit lalu

Konferensi pers Soundsfest 2024. Dok. Soundsfest
Juicy Luicy hingga Tulus Akan Ramaikan Day 1 Soundsfest 2024, Simak Rundown Lengkapnya

Deretan artis ternama Tanah Air akan memeriahkan Soundsfest 2024 hari pertama seperti Tulus, Juicy Luicy, dan Isyana Sarasvati.


Bamsoet Apresiasi Gelaran A Night with d'Masiv

3 menit lalu

Pertunjukan Band d'Masiv di Parle Senayan Resto and Cafe, Jakarta, Jumat, 26 Juli 2024. Dok. MPR
Bamsoet Apresiasi Gelaran A Night with d'Masiv

Tidak hanya sukses menggelar beragam konser di tanah air, d'Masiv juga telah melakukan konser di sejumlah negara.


Penghapusan Jurusan di SMA, Kemendikbud: Banyak yang Salah Pilih Saat Kuliah

6 menit lalu

Siswa SMA melihat koleksi Museum Adityawarman di Ruangan Perhiasan pada 21 September 2023. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Penghapusan Jurusan di SMA, Kemendikbud: Banyak yang Salah Pilih Saat Kuliah

Kemendikbudristek menghapus jurusan di SMA sebagai implementasi Kurikulum Merdeka.


Kemendikbud Minta Kemenkeu Evaluasi Tata Kelola Anggaran Pendidikan

14 menit lalu

Anindito Aditomo, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemdikbud RI, saat menyampaikan sambutannya dalam agenda perilisan Peraturan Mendikbudristek tentang Kurikulum pada Jenjang PAUD, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah, di Gedung Kemdikbud, Jakarta Selatan, pada Rabu, 27 Maret 2024. TEMPO/Adinda Jasmine
Kemendikbud Minta Kemenkeu Evaluasi Tata Kelola Anggaran Pendidikan

Anggaran pendidikan 2024 mencapai Rp 665 triliun atau 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).


Perjuangan Refiqka Asmilla Anak Buruh Kebun Sawit di Jambi Tembus Fakultas Kedokteran Hewan UGM

29 menit lalu

Refiqka Asmilla Rahma. UGM
Perjuangan Refiqka Asmilla Anak Buruh Kebun Sawit di Jambi Tembus Fakultas Kedokteran Hewan UGM

Perjalanan penuh tantangan Refiqka Asmilla lolos Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Ia anak buruh kebun sabit di Sorolangun, Jambi.


Perjalanan Indonesia Sejak Pertama Kali Mengikuti Olimpiade Pada 1952

39 menit lalu

Tim Indonesia tampil memukau pada defile yang dilakukan di atas kapal menyusuri sungai Seine, Kota Paris, Prancis, Jum'at, (26/7)
Perjalanan Indonesia Sejak Pertama Kali Mengikuti Olimpiade Pada 1952

Setelah bergabung dengan IOC pada 1952, Indonesia mengirim kontingen pertamanya ke Olimpiade Helsinki 1952. Segini total perolehan medali Indonesia.


Turis Dilarang Memotret Sembarangan di Yunani, Bisa Ditangkap dan Diadili

1 jam lalu

Santorini, Yunani (Pixabay.com)
Turis Dilarang Memotret Sembarangan di Yunani, Bisa Ditangkap dan Diadili

Pihak berwenang di Yunani akan menangkap dan mungkin mengadili siapa pun yang melakukannya


Profil La Memo, Atlet Dayung Indonesia yang Berambisi Tembus Final Olimpiade Paris 2024

1 jam lalu

Pedayung putra Indonesia La Memo menjalani sesi latihan jelang Olimpiade Paris 2024 di Pemusatan Latihan Nasional Dayung, Situ Cipanunjang, Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa, 2 Juli 2024. La Memo turun pada disiplin rowing nomor perseorangan scull (dua dayung) putra pada ajang Olimpiade Paris 2024. ANTARA FOTO/ Erlangga Bregas Prakoso
Profil La Memo, Atlet Dayung Indonesia yang Berambisi Tembus Final Olimpiade Paris 2024

Atlet dayung putra Indonesia disiplin rowing, La Memo, bakal memulai perjalanannya di Olimpiade Paris 2024. Bagaimana kiprahnya?


Izin Tambang Ormas, Fatwa MUI Hanya Haramkan Tambang Ilegal

1 jam lalu

Ilustrasi pertambangan. Shutterstock
Izin Tambang Ormas, Fatwa MUI Hanya Haramkan Tambang Ilegal

MUI masih mengkaji apakah MUI akan menerima izin tambang ormas dari pemerintah.


Jokowi Kaget dengan Perbaikan Pasar Jongke di Solo: Mall Saja Kalah

1 jam lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan revitalisasi Pasar Jongke di Surakarta, Jawa Tengah, pada Sabtu, 27 Juli 2024. Foto Tangkap Layar YouTube Sekretariat Presiden
Jokowi Kaget dengan Perbaikan Pasar Jongke di Solo: Mall Saja Kalah

Presiden Jokowi mengingatkan bahwa yang paling penting Pasar Jongke ini dijaga kebersihan dan kehigienisannya.