Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sebuah Kisah tentang Kehilangan

Oleh

image-gnews
Film Critical Eleven (2017)
Film Critical Eleven (2017)
Iklan

TEMPO.CO, JakartaCritical Eleven, diadaptasi dari novel laris, film ini diarahkan oleh dua sutradara dan ditulis oleh empat penulis skenario . Reza Rahadian dan Adinia Wirasti tampil bagus.
                                            ***

CRITICAL ELEVEN
Sutradara     : Monty Tiwa dan Robert Ronny
Skenario    : Jenny Jusuf, Monty Tiwa, Robert Ronny dan Ika Natassa
Berdasarkan novel karya Ika Natassa
Pemain    : Reza Rahadian, Adinia Wirasti, Slamet Rahardjo, Widyawati
Produksi    : Starvision Plus dan Legacy Pictures

Sesungguhnya ini sebuah cerita tentang kehilangan.

Kalau kita hanya fokus pada penampilan Reza Rahadian dan Adinia Wirasti  terutama pada paruh kedua film setelah tragedi kehilangan itu terjadi, sebetulnya kita bisa keluar dari gedung bioskop dengan rasa puas.  Kedua aktor ini memang selalu tampil bagus sejak film “Jakarta Magrib” (Salman Aristo, 2011) dan “Kapan Kawin”  (Ody C.Harahap, 2015).

Problemnya, sebuah film tak bisa hanya digiring oleh penampilan dua pemain utama. Ada skenario sebagai tiang cerita; ada dialog dan keseluruhannya harus bisa membenrtuk serangkaian adegan yang  meyakinkan penonton.

Ceritanya cukup sederhana. Anya bertemu dengan Ale di pesawat, jatuh cinta, saling berkenalan dengan keluarga, menikah, mereka pindah ke New York karena ikut suami dan terjadilah sebuah tragedi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu, di mana problemnya selain durasinya , 135 menit, yang sungguh kepanjangan?

Pertama-tama, kita harus yakin penjelasan Anya (Adinia Wirasti) tentang betapa pentingnya arti 11 menit  dalam sebuah penerbangan itu adalah sesuatu yang  relevan dengan seluruh cerita dan bukan sekedar dicocok-cocokkan saja dengan soal hubungan cinta. Kedua, film Indonesia yang memilih setting urban sering sekali bermasalah ketika menampilkan pekerjaan para protagonisnya: gamang dan tak meyakinkan. Bagaimana tokoh Ale (Reza Rahadian) yang bekerja di rig itu bisa menyewa apartemen di Manhattan adalah sebuah tanda tanya besar. Atau tokoh Anya yang dengan entengnya bolak balik keluar masuk  dari  perusahaan tempatnya bekerja; pertama keluar karena ikut suaminya ke New York, lantas balik lagi ke Jakarta hanya dalam waktu singkat. Mau dong kerja di kantor seperti itu, apalagi ada Hamish Daud segala. 

Ketiga, pada masa mereka pacaran dan menikah tentu sah saja penonton dihadirkan gambar-gambar cantik New York yang penuh dengan peluk cium, uwel-uwelan pengantin baru ini. Tapi sayang sekali dialog pasangan yang sedang mabuk cinta ini tidak diisi dengan dialog yang memberikan karakterisasi yang solid.    

Misalnya, kenapa Ale yang ternyata fans Starwars itu tidak pernah dijadikan bahan pembicaraan pada awal perkenalan?  Mengapa penonton ujug-ujug harus paham soal Startwars ini di tengah cerita saat dia ulang tahun? Atau kenapa Anya yang tak punya keluarga itu tak pernah menjadi sebuah salah satu bentuk karakterisasinya?
   
Soal keluarga Ale. Harus ingat, tidak semua penonton sudah membaca novel atau cerita asli dari film ini. Jadi tak heran sebagian penonton seperti saya tak paham ‘who is who’ dalam keluarga Risjad. Tentu jelas Slamet Rahardjo adalah sang patriarkh dan Widyawati adalah sang ibu (keduanya sungguh  cakep dan tampil keren). Tapi mengapa Revalina Temat yang kelihatannya berperan sebagai adik Ale  mengatakan pada Ale  ‘jangan sampai abang bernasib seperti saya?” Lo? Bernasib bagaimana?  Tak jelas yang mana yang adik, yang mana yang pacar adiknya, dan anak siapakah itu yang terselip di antara keluarga besar Risjad.
   
Sekarang soal bahasa. Baiklah, orang Jakarta kelas menengah atas masa kini memang snob dan lebih sering berekspresi dalam bahasa Inggris. Apa boleh buat, itu memang kenyataan. Jadi jika tokoh Ale dan Anya  lebih banyak berdialog dalam bahasa Inggris, kita harus mengasumsikan keduanya paham idiom, diksi serta metafora dalam bahasa Inggris. Tetapi mengapa Ale menggunakan metafora “bakar jembatan” sebagai sebuah pernyataan “cinta” pada Anya? Dalam bahasa Inggris, burning the bridge artinya  secara sengaja atau tak sengaja memutuskan jaringan sosial , atau hubungan baik dengan seseorang. Atau mungkin itu ekspresi buatan Ale yang tak ada hubungannya dengan metafora dalam bahasa Inggris? Tapi kan pasangan ini selalu berbahasa….ah sudahlah.
   
Saya tetap harus adil karena harus saya akui, di masa lalu Monty Tiwa adalah sutradara yang sangat saya perhitungkan. Pada film-film  tertentu dia menghasilkan emas, pada saat lain menghasilkan tembaga.  Pada adegan tragis yang terjadi pada pasangan Anya dan Ale, aktor Reza dan Adinia tampil bagus sekali. Reaksi Anya yang justru tidak menjerit, tidak meraung dan penuh penyangkalan menunjukkan betapa Monty Tiwa melakukan riset serius tentang mentalitas pasangan yang mengalami kehilangan. Cerita tentang kehilangan tentu sudah sering tampil di berbagai film atau film televisi, tapi paruh tengah hingga akhir ini dirawat dan dieksekusi dengan teliti.  Bahkan campur tangan orangtua dalam rangkaian drama kehilangan ini  terasa nyata  karena memang demikianlah solusi khas keluarga Indonesia –terlepas pasangan itu selalu berbahasa Inggris dan Anya berkali-kali menyatakan “saya biasa sendiri”.
   
Seandainya paruh awal film ini bisa bernas dan seandainya sutradara  berani tega  memotong 135 menit itu menjadi 90  menit , mungkin film Monty ini bisa kita kategorikan di atas tembaga. Film drama romantic atau komedi tak perlu diperlakukan seperti sebuah biopik atau film sejarah. Jangan lebih dari 90 menit, Monty.

Leila S.Chudori

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

22 menit lalu

Stand Up Comedian Arie Kriting dengan gaya khas orang Timur tampil menghibur penonton di ajang Tujuh Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara, Jakarta,  19 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

Arie Kriting menjadi sutradara film Kaka Boss. Sebelumnya, ia telah bermain dalam beberapa film termasuk Agak Laen.


Sinopsis dan Pemain Film Korea Dead Man, Angkat Kasus Penggelapan Uang

10 jam lalu

Film Dead Man. Dok. Vidio
Sinopsis dan Pemain Film Korea Dead Man, Angkat Kasus Penggelapan Uang

Film Korea Dead Man mengikuti kisah menegangkan Cho Jin Woong dan Kim Hee Ae yang terjebak kasus penggelapan uang.


Cerita Lukman Sardi Tinggal dengan Orang Tua Angkat saat Syuting Kabut Berduri

1 hari lalu

Lukman Sardi setelah private screening film Kabut Berduri di Jakarta, Kamis, 11 Juli 2024. Dok. Netflix
Cerita Lukman Sardi Tinggal dengan Orang Tua Angkat saat Syuting Kabut Berduri

Lukman Sardi menceritakan pengalamannya yang sangat berkesan ketika tinggal di Rumah Panjang saat syuting film Kabut Berduri di Kalimantan.


Transformasi Timothee Chalamet sebagai Bob Dylan dalam Trailer A Complete Unknown

1 hari lalu

Timothee Chalamet sebagai Bob Dylan dalam trailer film A Complete Unknown. Foto: YouTube
Transformasi Timothee Chalamet sebagai Bob Dylan dalam Trailer A Complete Unknown

Perubahan penampilan Timothee Chalamet yang mengikuti gaya berpakaian Bob Dylan dalam trailer A Complete Unknown.


Film Kaka Boss Rilis Trailer Resmi, Tonjolkan Dinamika Hubungan Ayah dan Anak

1 hari lalu

Mamat Alkatiri, Elsa Japasal, Aurel Mayori, Abdur Arsyad, Chun Funky Papua, dan Ernest Prakasa di acara konferensi pers sekaligus penayangan official trailer film Kaka Boss yang diadakan di Epicentrum, Jakarta Selatan pada Rabu, 24 Juli 2024. TEMPO/Hanin Marwah
Film Kaka Boss Rilis Trailer Resmi, Tonjolkan Dinamika Hubungan Ayah dan Anak

Film Kaka Boss dibintangi oleh Godfred Orindeod tentang drama keluarga dari Indonesia Timur yang tinggal di Jakarta.


Inside Out 2 Kalahkan Frozen 2 sebagai Film Animasi Terlaris Sepanjang Sejarah

1 hari lalu

Film Inside Out 2. Foto: Instagram/@pixar
Inside Out 2 Kalahkan Frozen 2 sebagai Film Animasi Terlaris Sepanjang Sejarah

Inside Out 2 menjadi film animasi terlaris sepanjang masa di box office seluruh dunia setelah mengalahkan Frozen 2.


Selain Drama Korea Our Movie, Ini Deretan Karya Sineas yang Menceritakan Industri Film

1 hari lalu

Poster film The Fabelmans. Foto: Wikipedia.
Selain Drama Korea Our Movie, Ini Deretan Karya Sineas yang Menceritakan Industri Film

Drama Korea Our Movie menambah daftar karya sineas yang menceritakan tentang seluk beluk dunia film.


Film Kaka Boss Berawal dari Keresahan Arie Kriting, tentang Keluarga Indonesia Timur

2 hari lalu

Arie Kriting, Putri Nere, Glory Hillary, dan Godfred Orindeod di acara konferensi pers sekaligus penayangan official trailer film Kaka Boss yang diadakan di Epicentrum, Jakarta Selatan pada Rabu, 24 Juli 2024. TEMPO/Hanin Marwah
Film Kaka Boss Berawal dari Keresahan Arie Kriting, tentang Keluarga Indonesia Timur

Kaka Boss disutradarai oleh Arie Kriting menghadirkan drama keluarga Indonesia Timur yang berfokus pada hubungan ayah dan anak.


Sutradara Incaran untuk Film Baru Avengers, Mengenal Russo Bersaudara

2 hari lalu

Robert Downey Jr. dalam Avengers: Endgame (2019)
Sutradara Incaran untuk Film Baru Avengers, Mengenal Russo Bersaudara

Joe Russo dan Anthony Russo sedang dalam tahap awal pembicaraan dengan Marvel Studios untuk menggarap dua film baru Avengers


Deretan Film Petualangan Doraemon dan Nobita, Variasi Alur Cerita dan Populer

3 hari lalu

Poster film Doraemon: Nobita's Earth Symphony. Foto: Wikipedia
Deretan Film Petualangan Doraemon dan Nobita, Variasi Alur Cerita dan Populer

Doraemon: Nobita's Earth Symphony film ke-43 dari waralaba Doraemon