Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kourbania

Oleh

image-gnews
Iklan

Entah berapa abad setelah kisah itu dikabarkan, entah berapa juta kali Kitab Kejadian telah dibaca, orang masih bertanya: mengapa korban persembahan Kain ditolak Tuhan dan yang dari Abil diterima? Apa sulitnya jika Tuhan menerima kedua-duanya? Adakah itu karena Tuhan-selalu dibayangkan secara antropomorfis-lebih menyukai "anak sulung kambing domba dan lemak-lemaknya" ketimbang hasil bumi?

Dalam ritual pengorbanan agama-agama, ada misteri yang terus-menerus di sekitar hubungan Ia yang disembah, ia yang menyembah, dan obyek yang dipersembahkan. Saya kira hanya dalam cerita Nabi Ibrahim motif pengorbanan lebih terang: Tuhan bukan meminta tubuh anak itu untuk diri-Nya; Ibrahim diperintahkan untuk melepaskan apa yang paling dikasihinya sebab Tuhan menuntut pengabdian yang total, cinta yang tak mendua.

Tapi tentu saja sejak itu, ritual pengorbanan jadi rutin. Tak ada lagi rasa gundah dan kebingungan mendengar syariat itu lewat pengeras suara para pengkhotbah. Tak dirasakan lagi situasi yang absurd, yang bertentangan dengan akal, karena harus bertindak yang melampaui batas ethis demi Tuhan. Kini manusia hanya mempersembahkan sesuatu yang tak akrab dengan dirinya, tak dicintainya. Hewan yang disembelih itu tak dikenalnya. Manusia hanya membelinya di pasar seperti mendapatkan benda mati yang bisa dipertukarkan.

Dengan kata lain, apa arti hewan dalam ritual itu kembali tak jelas. Bahkan rasanya ada yang dilupakan: andaikata kita membayangkan hewan secara antropomorfis-bisa marah, sedih, kesakitan, dan merasa ditinggalkan-kita akan makin sadar bahwa dalam ritual yang berdarah itu pengorbanan terbesar datang bukan dari kita, yang akan mendapat pahala, melainkan dari mereka, yang harus mati.

Di Nepal, di Bariyarpur, di perbatasan dengan India, di Festival Gadhimai, di lapangan yang dikelilingi tembok tinggi, ratusan laki-laki siap dengan sabit bengkok yang panjang. Mereka bertugas memenggal sejumlah besar kerbau dari punggung ke leher. Di tahun 2014, korban itu 10 ribu sekaligus. Salah seorang penyembelih mengatakan pernah membunuh 300 ekor dalam sehari. Mudah, katanya, "seperti memotong sayur".

Siapa yang akan mengenali hewan itu satu-satu? Pertanyaan ini tentu tak ditanyakan-baik di Bariyarpur maupun di Toraja, baik dalam tradisi Yahudi yang mempersembahkan qorban dalam ritual shechita maupun dalam upacara kourbania di beberapa desa Yunani, di gereja Armenia dan Tewahedo. Kita tetap tak tahu, dan mungkin tak pernah bertanya (kecuali mungkin para aktivis hak-hak asasi hewan), apa yang terjadi.

Rene Girard akan menjawab: mimikri. Ada sifat agresif dalam amarah, yang disalurkan ke sasaran pengganti, karena manusia tak sanggup atau tak berani melakukannya kepada si penyebab amarah. Mungkin manusia sebenarnya merasa tertindas Langit dan ingin memberontak, tapi apa daya? Ia sudah terjebak iman. Kekerasan pun dialihkan, seperti sambaran geledek dialihkan ke penangkal petir. Tapi hasilnya, seperti kata Girard, tetap "tak amat elok".

Saya tak yakin itu menjelaskan semuanya. Yusuf dan Maria, seperti ditulis dalam Injil Lukas, mengorbankan dua burung merpati dan tak banyak orang yang membayangkan mereka agresif dan kejam. Mereka hanya menaati hukum Tuhan, demikian disebutkan.

Persoalannya kemudian, kenapa Tuhan menghendaki itu? Apakah antara lain itu sebabnya penyair Amir Hamzah, yang sajak-sajaknya mirip puisi sufi, menulis kepada Tuhan, "Engkau ganas, Engkau cemburu"?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi mungkin sebaiknya kita tak membayangkan Tuhan sebagai manusia-meskipun berkali-kali agama-agama melakukan itu-atau sebagai hewan, seperti dewi perang dalam agama Mesir kuno yang berkepala singa. Mungkin kita perlu kembali ingat bahwa selamanya ada hubungan yang akrab antara manusia dan hewan ketika Langit tak bertitah.

Di zaman Kediri dan Majapahit di Jawa, tak sedikit orang memakai nama binatang dengan gagah: Kebo Ijo, Banyakwide, Panji Kudawanengpati. Kini anjing, kucing, bebek, kuda diberi nama seperti kawan-kawan kita. Walt Disney disambut karena membuat mereka seakan-akan bagian hidup kita, dengan siapa kita bisa berempati: Donald Duck, Mickey Mouse, Goofy. Industri film memproduksi cerita yang romantis tentang anjing, Lady and the Tramp, tentang kijang kecil yang manis, Bambi, atau ikan yang lincah, Finding Nemo.

Yang menarik, dalam film-film itu manusia hadir di antara hewan dan tak selamanya yang baik yang terjadi.

Pada suatu saat, ibu Bambi ditembak pemburu. Percakapan terakhir yang kita dengar dari layar seakan-akan datang dari dekat kita:

"Mengapa Ibu harus pergi?"

"Di hutan ini semua punya musimnya sendiri. Ketika satu rontok, yang lain tumbuh. Mungkin tak seperti yang sebelumnya, tapi sesuatu yang baru dan indah juga."

"Tapi aku merasa sendirian."

Banyak mata yang berkaca-kaca di adegan ini-dan sejenak ingat akan kekejaman kita, manusia.

GOENAWAN MOHAMAD

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kupas Tuntas Perpres Nomor 76 Tahun 2024 Soal IUP yang Baru Disahkan Presiden Jokowi

6 menit lalu

Presiden Jokowi memberikan keterangan usai meluncurkan golden visa Indonesia di hotel ritz carlton, Jakarta Selatan, Kamis,  25 Juli 2024. TEMPO/Daniel a. Fajri
Kupas Tuntas Perpres Nomor 76 Tahun 2024 Soal IUP yang Baru Disahkan Presiden Jokowi

Di dalam JDIH Kemensesneg di Jakarta telah memuat ketentuan distribusi IUP kepada kelompok masyarakat tercantum dalam Pasal 5A ayat (1).


Persiapan yang Harus Dilakukan Sekolah Saat Penghapusan Jurusan di SMA Dihapus

10 menit lalu

Siswa SMA melihat koleksi Museum Adityawarman di Ruangan Perhiasan pada 21 September 2023. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Persiapan yang Harus Dilakukan Sekolah Saat Penghapusan Jurusan di SMA Dihapus

Kemendikbudristek mulai menerapkan penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA pada tahun ajaran 2024/2025.


2 Pengajar Pondok Pesantren di Kabupaten Agam Diduga Sodomi 40 Santri Sejak 2022

23 menit lalu

ilustrasi
2 Pengajar Pondok Pesantren di Kabupaten Agam Diduga Sodomi 40 Santri Sejak 2022

2 pengajar salah satu pondok pesantren di Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, ditangkap Polresta Bukittinggi karena mencabuli 40 santri.


Kata Dasco Gerindra Soal Usul Pelaksanaan Pilpres dan Pileg Dipisah

23 menit lalu

Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad saat ditemui usai menghadiri acara Silaturahmi dan Tasyakuran DPD Gerindra DKI Jakarta di Tavia Heritage Hotel, Jakarta Pusat pada Kamis, 9 Mei 2024. TEMPO/Adinda Jasmine
Kata Dasco Gerindra Soal Usul Pelaksanaan Pilpres dan Pileg Dipisah

Dasco menyatakan lebih setuju Pilpres dan Pileg dilaksanakan bersamaan.


Dekat Puncak Kemarau, BMKG Prediksi Hujan Tetap Guyur 19 Wilayah di Indonesia

26 menit lalu

Puluhan pengendara motor berteduh di bawah tiang pancang LRT saat hujan yang cukup lebat, di Jalan protokol Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin, 6 April 2020. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan dini cuaca ekstrem di Indonesia. TEMPO/Imam Sukamto
Dekat Puncak Kemarau, BMKG Prediksi Hujan Tetap Guyur 19 Wilayah di Indonesia

BMKG memperkirakan 19 wilayah di Indonesia bakal tetap dibasahi hujan intensitas sedang hingga lebat hingga awal Agustus 2024.


PPATK Ungkap Ada Masyarakat Berpenghasilan di Atas Rp 1 Miliar Main Judi Online dengan Deposit Rp 4,8 Miliar

26 menit lalu

Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana memberi laporan dalam acara Peringatan 22 Tahun Gerakan Nasional Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu 17 April 2024. Indonesia telah dinyatakan secara aklamasi diterima sebagai Anggota Financial Action Task Force on Money Laundering and Terrorism Financing (full membership). Keberhasilan tersebut diperoleh dalam FATF Plenary Meeting di Paris, Perancis yang dipimpin oleh Presiden FATF, MR. T. Raja Kumar pada Rabu, 25 Oktober 2023. TEMPO/Subekti.
PPATK Ungkap Ada Masyarakat Berpenghasilan di Atas Rp 1 Miliar Main Judi Online dengan Deposit Rp 4,8 Miliar

PPPATK ungkap sejumlah masyarakat berpenghasilan di atas Rp 1 miliar main judi online.


Jelang Laga Pertama Olimpiade Paris 2024, Apriyani / Fadia Sudah Intip Kekuatan Pasangan Jepang

45 menit lalu

Ekspresi pebulutangkis Ganda Putri Indonesia Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti saat berhadapan dengan pebulutangkis Ganda Putri Malaysia Pearly Tan dan Thinaah Muralitharan pada babak 16 besar Kapal Api Indonesia Open 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis, 6 Juni 2024. Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti kalah dengan skor 18-21 dan 19-21 gagal melaju ke babak selanjutnya. TEMPO/M Taufan Rengganis
Jelang Laga Pertama Olimpiade Paris 2024, Apriyani / Fadia Sudah Intip Kekuatan Pasangan Jepang

Apriyani / Fadia memastikan persiapannya berjalan baik menjelang laga pertama di Olimpiade Paris 2024.


Timnas Indonesia U-19 vs Malaysia di Semifinal Piala AFF U-19 2024 Sabtu Malam Ini, Indra Sjafri: Laga Penuh Gengsi

51 menit lalu

Pelatih Timnas Indonesia U-19 Indra Sjafri. TEMPO/Randy
Timnas Indonesia U-19 vs Malaysia di Semifinal Piala AFF U-19 2024 Sabtu Malam Ini, Indra Sjafri: Laga Penuh Gengsi

Timnas Indonesia U-19 akan menghadapi Malaysia di semifinal Piala AFF U-19 2024 pada Sabtu malam, 27 Juli.


Ekonom Sebut Keterlibatan Masyarakat Indonesia di Sektor Asuransi Masih Rendah, Ini Alasannya

56 menit lalu

Ekonom senior Faisal Basri menghadiri diskusi film Bloody Nickel yang digelar Koalisi Masyarakat Sipil di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Sabtu, 4 Mei 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Ekonom Sebut Keterlibatan Masyarakat Indonesia di Sektor Asuransi Masih Rendah, Ini Alasannya

Sektor asuransi hanya berkontribusi 6,9 persen terhadap totoal Gross Domestic Product (GDP), membuat Indonesia berada di posisi keenam Asia Tenggara


Respons PAN-Nasdem-PKS Soal Isu Poros Koalisi PKB dan PDIP di Pilkada 2024

56 menit lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Respons PAN-Nasdem-PKS Soal Isu Poros Koalisi PKB dan PDIP di Pilkada 2024

PKB dan PDIP menjajaki peluang berkoalisi pada Pilkada 2024.