Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Masjid dan Ajaran Toleransi yang Terlupakan

Ketua Umum Jayanusa; Pembina Gerakan Towel Indonesia

Suasana halaman Masjid Istiqlal Jakarta, Kamis 27 Agustus 2020. Renovasi Masjid Istiqlal telah rampung 100 persen. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Suasana halaman Masjid Istiqlal Jakarta, Kamis 27 Agustus 2020. Renovasi Masjid Istiqlal telah rampung 100 persen. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Iklan

“Kita tunjukkan umat muslim Indonesia adalah muslim yang toleran dengan seluruh umat beragama.”

Pesan Ketua DPR-RI, Puan Maharani, tersebut cukup menarik. Apalagi dia sampaikan itu di Masjid Istiqlal, saat memberi sambutan pada acara Gerakan Nasional Mengisi Masjid dengan Satu Juta Sajadah, 11 Maret lalu, bahkan ditegaskan pula agar tidak hanya umat muslim yang dibolehkan datang ke masjid tersebut.

“Semua umat beragama harus boleh datang ke Istiqlal untuk melihat bahwa Indonesia mempunyai masjid indah dan terisi dengan kajian Islam yang moderat,” tegasnya.

Menjadikan masjid sebagai ruang “terbuka” bagi seluruh umat beragama, tentu menarik dikaji. Di satu sisi, ini tak lepas kaitannya dengan kedudukan masjid itu sendiri, serta kebutuhan menghadirkan Islam ramah di mana masjid menjadi centrum pembudayaan nilai-nilai beradab, pada sisi yang lain.

Tiga Pandangan

Tentang kedudukan masjid sebagai area suci, kita semua tentu sepakat. Masjid adalah baitulLah, rumah Tuhan, yang memang harus dijaga kesuciannya. Bahwa boleh tidaknya nonmuslim memasuki area suci tersebut, tak lepas dari berbagai pandangan berdasarkan dalil berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini.” (Qs.9:28).

Terkait hal itu, ada tiga pandangan yang menjadi pegangan umat Muslim selama ini.

Pertama, pandangan yang melarang secara mutlak. Pandangan ini terutama dari kalangan madzhab Maliki dan sebagian kalangan madzhab Hambali. Lebih-lebih memasuki Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, seluruh masjid juga dilarang.

Selain dalil di atas, pandangan dari kalangan ini juga mendasarkan pada “perintah” supaya mengagungkan dan menyebut nama-Nya di rumah Allah (Qs.24:36). Sementara masuknya nonmuslim ke sana, telah dianggap, bertentangan dengan perintah tersebut. Dalil-dalil lain bersumber dari atsar para sahabat Nabi Saw.

Kedua, pandangan madzhab Hanafi yang justru sebaliknya, membolehkan secara mutlak. Tidak hanya masjid pada umumnya, bahkan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi juga diperbolehkan.

“Tidak ada di atas bumi ini bekas najis manusia, sesungguhnya najis manusia itu adanya di dalam diri mereka sendiri.” (Hr. Imam Bukhari).

Atas dasar itu, kalangan ini menafsirkan ayat tentang “najisnya orang musyrik” tersebut secara esensial sebagaimana pandangan Ibnu Abidin (w.1836 M), ulama terkemuka madzhab Hanafi.

Menurutnya, najisnya itu jika mereka masuk masjid dengan sikap sombong, bermaksud menguasai, dan atau bertelanjang seperti tradisi pada masa jahiliyah atau pra Islam. “Jika tidak, maka tidak ada larangan bagi mereka,” tegasnya.

Ketiga, pandangan yang membolehkan dengan “catatan”, atau ada syarat dan ketentuan yang diberlakukan, baik adab, kesantunan maupun soal pakaian. Pandangan yang dianut kalangan madzhab Syafi'i dan sebagian kalangan madzhab Hambali ini dinilai lebih moderat.

Pandangan tersebut mendasarkan pada pendapat Abu Abdullah Muhammad bin Idris as-Syafi'i al-Mutthalibi al-Qurasyi yang lebih masyhur dengan Imam Syafi'i (w.820 M). Menurutnya, “Tidak apa-apa orang musyrik masuk seluruh masjid, kecuali Masjidil Haram.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekali lagi, pandangan yang ketiga itu dinilai lebih kompromistik, antara yang melarang secara mutlak, atau sebaliknya. Secara elaboratif, sebagaimana Abu Zakaria Muhyidin an-Nawawi, yang masyhur dengan Imam Nawawi (w.1277 M), menegaskan: “Orang kafir tidak diperbolehkan memasuki tanah haram Makkah dalam keadaan apapun, baik pada masjid maupun lainnya. Namun, bagi mereka, boleh memasuki masjid lainnya dengan izin orang Islam.”

Pandangan itulah yang banyak dianut kalangan Muslim di seluruh dunia, tanpa kecuali Indonesia.

Pesan Toleransi

Memasuki masjid dengan protokol khusus (ijin dan ketentuan berpakaian, misalnya), terutama bagi nonmuslim, selama ini telah berlaku. Bahkan tidak hanya di masjid Istiqlal.

Mungkin, jika masih ada, hanya beberapa masjid saja yang pengelolaannya memang eksklusif. Jangankan untuk nonmuslim, sesama Muslim pun malah dicurigai.

Di masjid Istiqlal sendiri sebenarnya tidak sedikit dari kalangan nonmuslim yang telah mengunjungi. Tercatat beberapa tokoh penting dunia, antara lain: Bill Clinton (1994), Pangeran Charles (2008), Barack dan Michelle Obama (2010), Angela Merkel dari Jerman (2012), Mike Pence Wapres USA saat itu (2017), juga Presiden Austria Heinz Fisher pada akhir 2017.

Dalam kapasitas tugas kenegaraan, tentu kunjungannya itu membawa dampak yang tak sederhana. Tidak hanya menyangkut penilaian tentang keberadaan masjid Istiqlal saja, namun berkaitan juga pandangan terhadap relasi keberagamaan di Indonesia pada umumnya. Karena, bagaimanapun, masjid Istiqlal telah menjadi simbol bagi bangsa Indonesia.

Masjid terbesar di Asia Tenggara dan Asia Timur itu, sebagaimana kita tahu, sejatinya membawa pesan toleransi yang sangat mendalam. Ini tak semata karena letaknya berdampingan dengan Gereja Katedral. Namun proses pembangunan masjid yang dimulai pada 1961 itu, desain arsitekturnya dibuat oleh seorang Nasrani, yaitu Frederich Silaban (w.1984). Dia juga yang mendesain Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) dan Monumen Nasional (Monas).

Yang menarik, sang arsitek itu mengerjakan tugasnya bukan karena ditunjuk oleh Presiden yang juga Ketua Dewan Juri Sayembara Maket Masjid Istiqlal saat itu. Tetapi dia mengikuti lomba yang diadakan secara terbuka, diikuti oleh banyak peserta baik perorangan maupun kelembagaan.

Motif apa lagi selain kesadaran toleransi yang telah nyata diteladankan arsitek Nasrani itu. Kesadaran yang menurut saya penting digelorakan saat ini di saat bangsa kita tengah mengalami defisit kerukunan dan persaudaraan kebangsaan.

Sadar atau tidak, kesadaran untuk menghargai setiap perbedaan primordial semakin luntur akhir-akhir ini, justru karena “toleransi” berlebihan kita terhadap berbagai kepentingan pragmatis memenuhi ambisi kekuasaan. Lebih parah lagi, ketika masjid sebagai area suci pun dieksploitasi sedemikian rupa untuk memenuhi berbagai kepentingan itu.

Masjid pada akhirnya tidak lagi dipahami sebagai rumah Tuhan di mana kerukunan, kedamaian dan persaudaraan disemaikan. Ia hanya ditampilkan sebagai tempat “kebenaran” milik sebagian golongan, di mana caci maki dan kebencian seakan diabsahkan atas nama Tuhan.

Saatnya kita, umat Muslim, mengembalikan fungsi masjid dengan benar. Selain sebagai tempat ibadah dalam arti sempit, yakni ibadah mahdlah, yang telah ditetapkan syarat rukunnya; juga ibadah dalam arti luas. Ibadah dalam makna substansial, sebagai wujud penghambaan dan penyerahan kehambaan kepada Tuhan.

Memuliakan sesama adalah ibadah sangat nyata. Inilah sebenarnya inti ajaran toleransi yang diajarkan Islam itu sendiri. Dari masjid kita harus memulainya.

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Anggaran Mubazir Pengadaan Mobil Listrik untuk Pejabat

3 hari lalu

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menunjukkan mobil listrik saat diluncurkan sebagai kendaraan dinas Kementerian Perhubungan di Stasiun Gambir, Jakarta, Rabu, 16 Desember 2020. Kendaraan dinas pejabat Kementerian Perhubungan resmi berganti dari yang berbahan bakar fosil menjadi bahan bakar listrik. ANTARA/Sigid Kurniawan
Anggaran Mubazir Pengadaan Mobil Listrik untuk Pejabat

Mobil listrik untuk pejabat dan operasional Kementerian dan lembaga tidak perlu dan percuma. Bisa menambah kemacetan.


Lawan Misinformasi tanpa Centang Biru Twitter

9 hari lalu

Lawan Misinformasi tanpa Centang Biru Twitter

Para peniru dan penebar kabar bohong itu nekat membuat tanda verifikasi yang menyerupai verification badge asli yang dibuat oleh platform media sosial.


Pesta Selebritas di Partai Politik

10 hari lalu

Artis dan presenter Aldi Taher sempat didiagnosa memiliki kanker kelenjar getah bening. Benjolan kanker yang sempat bersarang di leher Aldi Taher telah hilang setelah melakukan rangkaian pengobatan dan kemoterapi. Dok.Tempo/ Agung Pambudhy
Pesta Selebritas di Partai Politik

Jangan hanya melihat popularitas calon legislator, tapi perhatikan rekam jejak mereka secara utuh. Kita sedang memilih mereka yang mampu memperjuangkan hak-hak rakyat dalam lima tahun mendatang


Menjaga Biodiversitas Meredam Perubahan Iklim

11 hari lalu

Ilustrasi hutan pinus. dok.TEMPO
Menjaga Biodiversitas Meredam Perubahan Iklim

Keanekaragaman hayati mampu menjadi benteng pertahanan perubahan iklim dan mengawal pemerintah dalam upaya menguatkan komitmen melindungi Bumi.


Bima TikToker dan Godaan Obral 'Stempel' Hoaks

11 hari lalu

TikToker, Bima Yudho Saputro yang viral setelah membuat video berjudul Alasan Lampung Gak Maju-Maju. Foto: TikTok/@Awbimaxreborn
Bima TikToker dan Godaan Obral 'Stempel' Hoaks

Respons kritik dengan verifikasi. Jika kritik di media sosial itu terbukti salah, bantahlah di media yang sama.


Bamsoet Diangkat Jadi Wakil Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi BP PTSI

13 hari lalu

Bamsoet Diangkat Jadi Wakil Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi BP PTSI

Dunia pendidikan di Indonesia masih menyisakan banyak persoalan. Hal ini tercermin dari peringkat pendidikan negara-negara di dunia.


Kemenperin: RI Memiliki Potensi Mengembangkan Perkebunan Tebu di Lahan Rawa

14 hari lalu

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE), Kementerian Perindustrian RI, Taufiq Bawazier pada acara Kick Off di Beerhall, SCBD, Jakarta Selatan, Senin, 28 November 2022. (Foto: TEMPO/ Kholis Kurnia Wati)
Kemenperin: RI Memiliki Potensi Mengembangkan Perkebunan Tebu di Lahan Rawa


Yandri Susanto Ajak Pengurus RT/RW Jaga Persatuan

17 hari lalu

Yandri Susanto Ajak Pengurus RT/RW Jaga Persatuan

Yandri memberikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Kecamatan Petir Kabupaten Serang, Banten.


Sesat Klaim Janji Investasi

17 hari lalu

Pekerja beraktivitas di lokasi proyek pembangunan Rumah Tapak Jabatan Menteri di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan Ibu Kota Negara, Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa, 28 Februari 2023. Pembangunan 36 Rumah Tapak Jabatan Menteri tersebut tengah memasuki tahap pematangan lahan dan ditargetkan rampung pada Juni 2024 sebagai salah satu persiapan untuk penyelenggaraan upacara bendera Hari Kemerdekaan RI di IKN Nusantara. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Sesat Klaim Janji Investasi

Komitmen pendanaan transisi energi melalui skema JETP masih terkatung-katung. Pemerintah sebaiknya introspeksi.


Obituari Hendrik Dikson Sirait, 5 Januari 1972 - 11 Mei 2023

17 hari lalu

Hendrik Dikson Sirait
Obituari Hendrik Dikson Sirait, 5 Januari 1972 - 11 Mei 2023

Omong-omong, aku senang melihat fotomu yang ditaruh di depan pusara. Kau tersenyum. Rapi dalam balutan jas dan dasi. Badanmu berisi. Mirip aku jugalah.