Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Fidai

image-profil

Oleh

image-gnews
Iklan

Pada 16 Oktober 1092, seorang pembunuh yang menyamar sebagai sufi tua menikam mati Perdana Menteri Nizam-ul-Muluk. Tak urung, Kesultanan Seljuk yang bertakhta di Bagdad pun guncang. Sejarah persengketaan dalam politik Islam yang berlumur darah berlanjut. Kaum Ismaili sedang hendak dibasmi Khalifah Abbasiah yang ditopang sultan-sultan Seljuk dari Turki, dan Nizam-ul-Muluk, yang merancang pembersihan itu, harus dihabisi.

Lewat tengah hari itu, Wazir Agung ini sedang dalam tandu menuju haremnya, ketika seorang sufi mendekat dan berteriak, "Keadilan, Yang Mulia, keadilan!" Nizam mendengar. Ia melarang pengawalnya menghalang-halangi orang tua itu menghampirinya. Ia terkecoh: sufi tua yang membawa selembar petisi itu sebenarnya Abu Tahir Ariani, pemuda berumur 20-an tahun. Begitu mendekat, Abu Tahir menghunjamkan pisaunya ke jantung Nizam. Pemuda ini segera tertangkap. Tubuhnya dicincang.

Tahir seorang fidai, pengikut setia Hasan-i-Sabah, pemimpin Ismaili yang bersembunyi di Bukit Alamut, tokoh perlawanan yang tak terkalahkan sampai mati.

Dari Bukit Alamut itudi Provinsi Kaspia Selatan di wilayah Rudbar di IranHasan sesekali mengirim seorang atau lebih fidai menyamar, untuk membunuh musuh politiknya. Membunuh dengan cara efektif dan efisien: dari dekat dan siap mati. Merekalah para "asasin" yang termasyhur dalam sejarah Islam.

Cerita keberanian dan fanatisme para asasin ini jadi legenda yang berkembang dari mulut ke mulut.

Menarik mengutip yang diceritakan Marco Polo, pengelana dunia dari Venezia, yang di tahun 1273 ada di Persia. Dalam ceritanya, "Orang Tua dari Gunung", Hasan-i-Sabah, membangun sebuah kebun pelbagai jenis buah, juga "paviliun dan istana yang paling elegan yang dapat dibayangkan orang". Di dalam bangunan itu ada parit tempat "anggur, susu, madu, dan air mengalir". Juga perempuan-perempuan cantik yang pandai bermain musik, menyanyi, dan menari.

Tampak, Hasan-i-Sabah ingin mengesankan bahwa itulah Firdaus. Ia rekrut sejumlah anak muda berusia 12 sampai 20 tahun yang punya hasrat jadi prajurit, dilatih menggunakan senjata, menyamar, dan berbahasa asing. Secara bergilir enam orang dari mereka boleh masuk ke taman Firdaus itu, setelah mencicipi hashish, hingga terbius tertidur. Dengan perhitungan, ketika terbangun, mereka akan menyaksikan keindahan dan merasakan kenikmatan di sekitarnyakemewahan yang akan mereka rasakan seterusnya jika mereka bersedia membunuh siapa saja yang dikehendaki Sang Penguasa Surga....

Marco Polo tampaknya mengambil cerita itu dari imajinasi orang lain. Ali Mohammad Rajput, dalam Hasan-i-Sabbah: His Life and Thought (2013), menunjukkan gambaran yang berbeda sama sekali. Hasan-i-Sabah adalah seorang alim yang keras. Ia tak akan mengizinkan orang di sekitarnya bernikmat-nikmat. Ia bahkan menghukum mati anaknya sendiri ketika ketahuan minum anggur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan disiplin yang ditegakkan seperti itu, ia berhasil membentuk pasukan yang patuh dan tahan bertempur ketika digempur tentara Abbasiah. Digabung dengan wibawanya sebagai tokoh yang menyatakan keyakinannya sebagai Islam yang paling murni, Hasan menyiapkan sejumlah fidai yang fanatik, gesit membunuh, dan berani matimenjangkau Surga.

Tapi sejarah mencatat, Hasan-i-Sabah tak pernah bisa merebut tampuk kekhalifahan untuk kaum Ismaili. Ia memang tak terkalahkan, benteng Alamut tak tertembus, dan Hasan wafat karena sakit tua. Riwayat hidupnya mengisahkan perlawanan yang teguh dan total terhadap sultan-sultan Seljuk dan seluruh kepemimpinan Sunni, tapi yang dicapainya hanya kronologi kemenangan-kemenangan kecil. Wilayah kaum Ismaili terdiri atas lokasi-lokasi yang terpisah, terbatas, meskipun pengaruh keyakinannya menyebar dan di suatu saat mencapai India. Perpecahan umat Islamyang tak lain adalah perebutan siapa yang patut dianggap sah memegang kekhalifahantak pernah bisa diatasi.

Makin tajam perpecahan itu, makin kuat tiap-tiap pihak menyatakan diri sebagai pewaris tradisi yang benar. Bersama itu, makin hilang daya jangkau universalnya. Tiap-tiap "sekte" kian terasing. Dan ini tampak di antara tahun 1255 dan 1265, ketika tentara Mongol, dipimpin cucu Jenghis Khan, Hulagu, datang dan melikuidasi kekuasaan Sunni dan Syiah di seantero wilayah itu.

Benteng Alamut jatuh. Musuh-musuh lama Hasan dan pembenci kaum Ismaili bersorak atas kejatuhan itu. Tapi dua tahun kemudian Hulagu menggebuk mereka yang bersukacita itu di pusat khalifah, di Kota Bagdad. Sang Khalif ditangkap, dimasukkan ke gulungan selimut, dan diinjak-injak sampai mati. Sekitar 800 ribu penduduk dibantai. Tak kurang hancur adalah khazanah ilmu, filsafat, dan sastra, yang hampir seluruhnya dibasmi.

Mungkin trauma itu juga awal hilangnya sumber-sumber keterbukaan pikiran dan kreativitas di dunia Islamprestasi yang pernah menyumbang kemajuan Eropa. Yang kini dikenang orang, dan agaknya diteruskan sebagian orang Islam, akhirnya hanyalah keyakinan ala fidai: defensif, keras, sempit, dan merasa terancam dalam paranoia panjang. Di beberapa sudut, berdiri kembali Alamut-alamut baru.

Dengan keterpencilan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

3 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

46 hari lalu

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

46 hari lalu

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

52 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

53 hari lalu

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.


Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Tangkapan layar tayangan video Tempo.co berisi kampanye Prabowo Subianto di Riau, Pekanbaru, Selasa, 9 Januari 2024.
Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.


Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kanan) dan Wakil Ketua MK Aswanto (tengah) meninggalkan ruang sidang seusai mengikuti sidang pleno penyampaian laporan tahun 2019 di Gedung MK, Jakarta, Selasa 28 Januari 2020. Sejak berdiri pada tahun 2003 hingga Desember 2019 MK telah menerima sebanyak 3.005 perkara. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.


Bancakan Proyek Sengkarut Nasional

15 Januari 2024

Mantan Menkominfo Johnny G. Plate divonis 15 tahun penjara setelah ditetapkan sebagai tersangka pada 17 Mei 2023 dalam kasus korupsi proyek pembangunan Base Transceiver Station (BTS) 4G yang dikerjakan Kemenkominfo. Johnny bersama sejumlah tersangka lainnya diduga melakukan pemufakatan jahat dengan cara menggelembungkan harga dalam proyek BTS dan mengatur pemenang proyek hingga merugikan negara mencapai Rp 8 triliun. TEMPO/M Taufan Rengganis
Bancakan Proyek Sengkarut Nasional

PPATK menemukan 36,67 persen aliran duit dari proyek strategis nasional mengalir ke politikus dan aparatur sipil negara. Perlu evaluasi total.


Dukung Kesejahteraan PPPK, Kabupaten Banyuasin Raih Penghargaan dari PT Taspen

10 Januari 2024

Pemkab Banyuasin menerima penghargaan atas implementasi dalam kesejahteraan ASN melalui Taspen group terbanyak di wilayah kerja PT. Taspen (Persero) kantor cabang Palembang 2023.
Dukung Kesejahteraan PPPK, Kabupaten Banyuasin Raih Penghargaan dari PT Taspen

Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Kabupaten Banyuasin mendapat jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua.