Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jon

image-profil

Oleh

image-gnews
Iklan

"Kau tak tahu apa-apa, Jon Snow!"

Kekuasaan adalah takhayul. Saya, yang tanpa malu-malu terpikat seri drama televisi produksi HBO, Game of Thrones, merasa menemukan di dalamnya sesuatu yang ironis, samar-samar: kekuasaan ada hanya pada saat ia dipercayai, diperebutkan, digunakan; tapi seperti dhemit, ia tak pernah bisa dipegang dengan tangan dan ditatap dengan mata, meskipun ia memukau, bisa merasuki dan mengurung jiwa manusia-terutama yang menghasratkannya.

Kekuasaan adalah takhayul: ia acap kali hanya hadir secara fisik seperti dewa dalam berhala. Dalam kisah yang seakan-akan berlangsung pada Abad Pra-Kristen Eropa ini, kita melihat berhala itu dalam sosok Mahligai Besi, Iron Throne. Takhta itu perkasa, angker, ruwet, keras, seperti paduan bilah-bilah pedang dengan kerangkeng: lambang yang ingin bisa menggambarkan hakikatnya, tapi ia tetap benda mati.

Kekuasaan adalah takhayul: menjelang akhir cerita kita lihat mahligai megah itu sesuatu yang kosong, tak dipesan untuk siapa pun, dan dengan mudah dihancurkan.

Di salah satu adegan yang menyentuh, Jon Snow-tokoh utama-menikam Daenerys, ratunya, perempuan yang ia cintai dan mencintainya. Jon memeluknya, dengan pedih, dan kita merasakan ia menusukkan belati itu agar kekasihnya lepas dari sihir kekuasaan yang destruktif. Di puncak kemenangannya, Daenerys menghancurkan ibu kota yang sudah menyerah dan pasukannya membantai tentara musuh yang sudah meletakkan senjata.

Perempuan itu pun tewas dengan gurat wajah yang sedih. Pada detik berikutnya, dari langit muncul Drogon, sang naga, yang menganggap Daenerys sebagai ibunya. Sebelum menerbangkan jenazah ratu dan ibu itu entah ke mana, Drogon menyemburkan api ke Mahligai Besi. Takhta itu pun hangus, meleleh, musnah.

Sebuah isyarat rasanya: saat itu tampak, usaha berdarah para raja di Westeros bertahun-tahun untuk menduduki Iron Throne hanya sebuah kisah yang absurd.

Dengan latar yang menampilkan elemen yang lazim dalam dongeng anak-anak-naga terbang yang menyemburkan api, mayat hidup yang berbaris, jenazah yang bisa dihidupkan kembali-Game of Thrones justru mengisahkan thema orang dewasa dalam Realpolitik: tentang kekuasaan dan ambisi untuk mendapatkannya, tentang ikatan persaudaraan yang selamanya genting, tentang cinta yang rumit dan dilematis, tentang seks yang buas dan mesra, tentang ingatan yang membuat dendam dan balas budi punya makna tersendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di kancah itu, Jon Snow sosok yang ganjil tapi tangguh. "Kau tak tahu apa-apa, Jon Snow!" kata Ygritte, gadis dari puak Wildling yang hidup liar di luar Dinding Perbatasan. Ygritte mengatakan itu ketika ia mengetahui Jon Snow, lelaki yang memikat hatinya, tak tahu apa-apa tentang persetubuhan. "Kau tak tahu apa-apa, Jon Snow!" juga kata Melisandre, perempuan yang ajaib, pendeta yang menggiurkan yang kadang-kadang menghubungkan manusia dengan Dewa Cahaya. Melisandre gagal merayu Jon Snow dengan setengah menelanjangi diri.

Tak tahu apa-apa: hidup Jon dibentuk sebuah fokus; ia, anak haram yang agak tersisih dalam keluarga Stark, ingin jadi bagian komunitas yang lebih besar. Ia bergabung ke dalam satuan Night’s Watch yang, seperti persaudaraan dalam biara, hidup mirip para samurai: setia kepada sumpah "ordo" yang selibat dan siap bertempur di mana saja untuk menjaga perbatasan.

Ia tak nyaman dengan kedudukan komandan; ia tak ingin jadi raja di wilayah utara, meskipun para kesatria lain memilihnya. Jon, yang hampir tak pernah tertawa, dengan dahi berkerut dan mata murung, tak tahu apa-apa: ia asing dari apa yang lazim berkecamuk dalam hasrat orang banyak. Bukan hanya soal seks. Jon juga tak kenal "politik", tak kenal siasat mendapatkan kekuasaan.

Kekuasaan adalah takhayul, dan Jon adalah salah satu dari sedikit tokoh Game of Thrones yang merdeka dari itu. Menarik bahwa ia juga merdeka dari takhayul lain. Dalam salah satu episode ia dibunuh oleh sebagian anggota Night’s Watch; ketika ia dengan ajaib dapat dibangunkan dari kematian, ia tetap orang yang bebas dari iman. Ketika Melisandre bertanya apa yang disaksikannya di alam lain, jawabnya, datar: "Tak ada apa-apa. Tak ada apa-apa sama sekali."

Dalam kosakata zaman ini, Jon tetap seorang sekuler: ia tak beriman, tapi tumbuh dengan nilai-nilai kebaikan yang kekal. Hidupnya hanya memberi, tak pernah mementingkan diri sendiri. Ia setia kepada kakak-adiknya yang sebenarnya tak sedarah, tapi ia juga setia kepada "ordo" tempat ia bergabung di dunia yang berbeda dengan Winterfell di masa kecilnya. Akhirnya ia setia kepada kehidupan, ketika Maut-Raja Malam dan ribuan mayat hidup-hendak menenggelamkan manusia ke dalam musim dingin yang abadi.

Kekuasaan adalah takhayul, tapi pertalian di antara sesama bukan. Di akhir cerita, ketika adik-adiknya duduk di kursi kerajaan, Jon berangkat ke alam bebas bersama puak Wildling yang liar, disertai si Hantu, serigala putih yang seakan-akan bagian dari sukmanya.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

2 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

5 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

21 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

21 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

42 hari lalu

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

45 hari lalu

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

45 hari lalu

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

51 hari lalu

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

51 hari lalu

Warga membawa beras dan bantuan presiden pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Presiden memastikan pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Terkini: Seruan Pemakzulan Jokowi karena Penyelewengan Bansos, Gaji Ketua KPU yang Melanggar Etik Loloskan Gibran

Berita terkini: Seruan pemakzulan Presiden Jokowi karena dugaan penyelewengan Bansos, gaji Ketua KPU yang terbukti langgar etik meloloskan Gibran.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

52 hari lalu

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.