Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Akar Perseteruan Indonesia vs Vietnam di Laut Cina Selatan

image-profil

image-gnews
Video kapal pengawas perikanan Vietnam sengaja menabrakkan diri ke KRI Tjiptadi-381 menjadi viral.
Video kapal pengawas perikanan Vietnam sengaja menabrakkan diri ke KRI Tjiptadi-381 menjadi viral.
Iklan

Belum sebulan berlalu sejak insiden di Selat Malaka, insiden di laut terjadi lagi pada 30 April 2019. Kali ini melibatkan kapal Indonesia dengan Vietnam di Laut Cina Selatan. Menurut sebuah video amatir, kapal penjaga pantai Vietnam menabrak kapal Indonesia di perairan dekat Kepulauan Natuna. 

Insiden bermula ketika ada kapal Vietnam yang menangkap ikan di kawasan tersebut dan ditangkap oleh petugas Indonesia. Setelah ditangkap, kapal petugas Vietnam datang dan menabrak kapal Indonesia. Menteri Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa insiden itu terjadi di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia dan kapal nelayan Vietnam itu melakukan pencurian ikan. 

Untuk mengurai insiden ini, kita harus memahami konsep Hukum Laut Internasional. Setiap negara berhak atas ruang laut dengan ukuran sesuai dengan ketentuan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS). Hak ini meliputi dasar laut (landas kontinen) dan air laut dengan ketentuan masing-masing. Untuk air laut, misalnya, sebuah negara berhak hingga 200 mil laut ZEE yang diukur dari garis pantai atau garis pangkalnya. 

Jika jarak dua negara kurang dari dua kali 200 mil laut artinya akan ada tumpang tindih hak baik untuk dasar laut maupun air laut. Di sinilah dua negara harus berbagi. Indonesia dan Vietnam sudah berbagi dasar laut dengan kesepakatan tahun 2003. Sayangnya keduanya belum sepakat soal batas air laut (ZEE). Landas kontinen (dasar laut) dan ZEE (air laut) memang dua rejim berbeda yang diatur dengan pasal hukum berbeda di UNCLOS. Wajar jika penetapan batasnya tidak bersamaan.

Banyak negara berebut klaim kepemilikan di Laut Cina Selatan

Baca Juga:

Menariknya, meskipun belum sepakat batas ZEE, Indonesia dan Vietnam sama-sama telah mengajukan usulan garis batas sepihak. Dengan memperhatikan kaidah-kaidah di UNCLOS, Indonesia mengusulkan garis batas air laut yang berbeda dengan garis batas dasar laut. Sementara itu, Vietnam mengusulkan garis batas air laut yang sama dengan garis batas dasar laut. Garis usulan ini berbeda dan mengakibatkan adanya ruang air laut yang sama-sama diinginkan oleh kedua negara. Ini menjadi klaim tumpang tindih.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pasal 74 UNCLOS mengatakan bahwa jika terjadi tumpang tindih hak ZEE maka kedua negara harus mengusahakan solusi yang adil bagi kedua negara. Istilah yang dipakai adalah “solusi yang adil” tanpa menjelaskan metode teknis yang harus digunakan. Pasal itu, misalnya, tidak mengatakan harus sama jarak atau harus menghasilkan luas lautan yang sama. Maka dari itu, masing-masing memiliki interpretasi sendiri-sendiri yang berakibat pada berlarut-larutnya perundingan batas maritim.

Singkatnya, ada ruang laut ‘abu-abu’ di antara Indonesia dan Vietnam yang diinginkan keduanya. Idealnya, masing-masing negara tidak melakukan pemanfaatan sumberdaya alam di sana. Jika salah satu melakukannya maka pihak lain tidak akan membiarkannya. Inilah yang terjadi pada insiden antara Indonesia dan Vietnam. Indonesia tentu menganggap kedatangan Vietnam untuk menangkap ikan di kawasan tumpang tindih itu sebagai kesalahan. Masalahnya, jika Indonesia datang ke kawasan itu untuk menegakkan hukum maka pertannyaan dan tuduhan yang sama juga akan dialamatkan ke Indonesia.

Solusinya apa? Jika belum berhasil disepakati batas maritimnya, sebaiknya Indonesia dan Vietnam menyepakati mekanisme kerja sama di kawasan tumpang tindih tersebut. Hal ini telah dilakukan oleh Indonesia dan Malaysia dengan MoU tahun 2012. Salah satunya adalah perlakuan terhadap nelayan di kawasan tersebut dengan baik. Solusi paling penting tentu saja mempercepat penetapan batas ZEE kedua negara. Negosiasinya perlu diintensifkan dan kedua negara harus sadar bahwa batas maritim adalah kesepakatan hasil kompromi. Jika semua pihak bertahan pada usulannya, kesepakatan tidak akan pernah tercapai.

Ada tiga hal yang penting dari insiden ini. Pertama, Vietnam seharusnya tidak melakukan penangkapan ikan di kawasan tumpang tindih dan Indonesia pun tidak memiliki hak penegakan hukum di kawasan tersebut. Kedua, penindakan atas pencuri ikan tetap harus dilakukan pada kawasan yang sudah jelas status batas wilayah dan yurisdiksinya. Pada kawasan yang batasnya belum jelas, pendekatannya harusnya berbeda. Ketiga, batas maritim harus dipercepat penetapannya demi pertetanggaan yang baik. Seperti kata Robert Frost, “good fences make good neighbors”.

Penulis adalah Dosen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik - Universitas Gadjah Mada, peneliti aspek geospasial hukum laut terutama delimitasi batas maritim internasional, dan penulis buku “Batas Maritim Antarnegara"

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

16 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

24 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

28 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

43 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

44 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.