Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menjaga Keberlangsungan MRT Jakarta

image-profil

image-gnews
Le Minerale dan MRT Jakarta, Kolaborasi Sekaligus Edukasi Kesehatan
Le Minerale dan MRT Jakarta, Kolaborasi Sekaligus Edukasi Kesehatan
Iklan

Tulus Abadi
Ketua Pengurus Harian YLKI

Setelah menanti lebih dari lima tahun, akhirnya pembangunan moda raya terpadu (MRT) Jakarta mencapai titik finis. Bukan hanya Presiden Joko Widodo dan Gubernur Jakarta Anies Bawesdan yang bisa menepuk dada atas rampungnya pembangunan MRT itu. Warga Jakarta pun patut bangga karenanya. Saya pun, bersama tim YLKI, telah melakukan trial trip MRT untuk menjajal kenyamanan dan keandalannya pada pekan lalu.

Baca Juga:

MRT, juga LRT, akan menjadi penyempurna Jakarta sebagai kota modern, sejajar dengan kota besar lain di dunia, seperti New York, Tokyo, dan London. Salah satu ciri kota besar dunia adalah adanya angkutan massal cepat sebagai basis utama dalam bertransportasi.

Sejatinya Jakarta tidak miskin-miskin amat dengan angkutan massal. Toh, kita sudah lama mempunyai KRL alias Commuter Line yang secara operasional tak berbeda dengan MRT. Hanya, karena masih banyaknya lintasan sebidang, kinerja KRL menjadi kurang andal. Selain itu, Jakarta, sejak 2004, punya angkutan massal berbasis jalan raya, yakni bus rapid transit system, atau yang populer dengan Transjakarta, yang kini sudah memiliki 13 koridor, plus rute non-koridor, serta konon merupakan koridor terpanjang di dunia. Keren, kan?

MRT Jakarta, baik dari sisi teknis maupun sistem operasional, jelas mempunyai banyak kelebihan dibanding KRL atau Transjakarta. Namun apakah itu bisa menjamin keberlangsungan operasional MRT Jakarta? Ingat, membangun MRT jauh lebih gampang daripada menjaga keberlangsungannya. Tidak sedikit MRT di dunia yang akhirnya gulung tikar, baik karena merugi maupun gagal mengatasi kemacetan. Tentu kita semua tidak menginginkan hal itu terjadi pada MRT Jakarta, atau LRT, yang kini tiga koridornya "mengepung" Kota Jakarta.

Setidaknya ada tiga hal krusial agar MRT Jakarta tidak terseok-seok dan akhirnya menjadi besi tua. Pertama, manajemen MRT Jakarta jangan mengandalkan pendapatan dari tiket saja untuk menopang biaya operasional. Besaran tiket tidak akan pernah mampu menutup keseluruhan biaya operasional, juga biaya investasinya.

Gubernur Anies mengusulkan tiket MRT sebesar Rp 10 ribu dan LRT Rp 6.000. Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI belum bersepakat ihwal ini. Mungkin karena harga tiket berimplikasi terhadap subsidi yang harus ditanggung Pemerintah Provinsi DKI. Jika tarifnya Rp 10 ribu, subsidinya lebih dari 60 persen, yakni Rp 21.659 per penumpang. Dengan asumsi 60 ribu penumpang per hari, total subsidi untuk MRT per tahun sebesar Rp 572 miliar. Bila tarif LRT Rp 6.000, subsidinya Rp 31.659 atau sekitar Rp 327 miliar per tahun.

Tarif usulan Gubernur Anies, dari sisi kemampuan membayar konsumen, sudah cukup adil, apalagi jika penumpang MRT berasal dari pengguna kendaraan pribadi roda empat. Itu pun, seperti kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, belum mampu menutup biaya investasi operator, yang mencapai lebih dari Rp 16 triliun. Belum lagi untuk menutup biaya operasional, pemeliharaan, dan lain-lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika dibandingkan dengan kota-kota besar dunia, tarif MRT usulan Gubernur Anies masih relatif lebih murah. Pada 2007, tarif MRT di Tokyo untuk yang termurah mencapai Rp 16.900 dan termahal Rp 33.800. Itu tarif 12 tahun yang lalu. Pada tahun yang sama, tarif MRT termurah di Kota London mencapai Rp 28.350 dan tarif pada jam sibuk mencapai Rp 130 ribu.

Mengingat faktor daya beli, jika tarif MRT Jakarta di atas Rp 10 ribu, sangat mungkin akan sepi penumpang. Ingat kasus LRT Palembang dan kereta ekspres Bandar Udara Soekarno-Hatta yang hingga kini masih mati suri. Jalan satu-satunya, manajemen MRT Jakarta harus mengeksplorasi pendapatan dari non-tiket, seperti sewa lahan, promosi, dan sisi komersial lain.

Kedua, konektivitas antarmoda dan penguatan fungsi transportasi pengumpan adalah hal yang tak kalah krusialnya. MRT dan LRT Jakarta tak mungkin eksis tanpa ditopang konektivitas transportasi, dan bahkan pengumpan yang andal. Itulah yang menyebabkan mati surinya LRT Palembang dan kereta bandara. Fenomena serupa akan terjadi bila MRT Jakarta tidak didukung konektivitas dan transportasi pengumpan yang andal.

Memang ini bukan tugas manajemen MRT Jakarta, melainkan pemerintah DKI dan bahkan pemerintah pusat, khususnya Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ). Rekayasa manajemen lalu lintas di sepanjang koridor MRT menjadi urgen. Hal ini bisa dilakukan minimal dengan, pertama-tama, menata ulang rute angkutan umum agar terintegrasi dengan stasiun MRT. Kemudian, pengendalian penggunaan kendaraan bermotor pribadi di sepanjang koridor MRT Jakarta. Pengendalian bisa berupa larangan total, sistem ganjil-genap, dan jalan berbayar.

Ironisnya, instrumen pengendalian lalu lintas ini nyaris belum disentuh oleh pemerintah Jakarta, kecuali untuk koridor Sudirman-Thamrin dengan ganjil-genapnya.

Yang tak boleh dilupakan adalah manajemen MRT melakukan diseminasi product knowledge tentang MRT kepada konsumen. Bagaimanapun, MRT adalah instrumen untuk transformasi budaya bertransportasi berbasis teknologi dan sistem baru. Sebagai contoh, saat Kota Bogota, Kolombia, akan meluncurkan sistem angkutan massal berbasis jalan raya dengan Transmillenio, mereka melakukan edukasi sampai ke level taman kanak-kanak. Harapannya, dengan edukasi itu anak-anak akan meneruskan kepada orang tuanya. Rekayasa sosial ini menjadi sangat penting, bukan saja untuk "sosialisasi" MRT, melainkan juga mencegah vandalisme pada infrastruktur dan fasilitas MRT.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


22 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

28 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.


Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Tangkapan layar tayangan video Tempo.co berisi kampanye Prabowo Subianto di Riau, Pekanbaru, Selasa, 9 Januari 2024.
Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.


Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kanan) dan Wakil Ketua MK Aswanto (tengah) meninggalkan ruang sidang seusai mengikuti sidang pleno penyampaian laporan tahun 2019 di Gedung MK, Jakarta, Selasa 28 Januari 2020. Sejak berdiri pada tahun 2003 hingga Desember 2019 MK telah menerima sebanyak 3.005 perkara. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.


Bancakan Proyek Sengkarut Nasional

15 Januari 2024

Mantan Menkominfo Johnny G. Plate divonis 15 tahun penjara setelah ditetapkan sebagai tersangka pada 17 Mei 2023 dalam kasus korupsi proyek pembangunan Base Transceiver Station (BTS) 4G yang dikerjakan Kemenkominfo. Johnny bersama sejumlah tersangka lainnya diduga melakukan pemufakatan jahat dengan cara menggelembungkan harga dalam proyek BTS dan mengatur pemenang proyek hingga merugikan negara mencapai Rp 8 triliun. TEMPO/M Taufan Rengganis
Bancakan Proyek Sengkarut Nasional

PPATK menemukan 36,67 persen aliran duit dari proyek strategis nasional mengalir ke politikus dan aparatur sipil negara. Perlu evaluasi total.