Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tentang Fitnah dan Kita

image-profil

image-gnews
ilustrasi kejahatan . Sumber: THE STRAITS TIMES/asiaone.com
ilustrasi kejahatan . Sumber: THE STRAITS TIMES/asiaone.com
Iklan

J. Sumardianta
Penulis buku Mendidik Gen Z dan Gen Alpha

Sebuah pesawat mendarat darurat di laut. Pramugari meminta semua penumpang terjun ke air menggunakan pelampung. Namun para penumpang menolak. Kapten pun turun tangan membantu.

Baca Juga:

Kapten berujar, "Beri tahu orang Amerika, ini petualangan. Katakan kepada orang Inggris, ini suatu kehormatan. Beri tahu orang Prancis, ini kegiatan romantis. Beri tahu orang Jerman, ini hukum yang wajib ditaati. Beri tahu orang Jepang, ini pesanan. Penumpang pasti menyelamatkan diri."

Pramugari ingat penerbangannya juga memiliki penumpang dari India dan Pakistan. Kapten tertawa. "Katakan kepada orang India, kegiatan ini gratis. Bilang ke penumpang Pakistan, ini misi bunuh diri."

Pramugari akhirnya berkata kepada kapten, "Oh, hampir lupa, Pak. Ada beberapa penumpang Indonesia." Kapten menyeringai, "Katakan kepada mereka, ini hoax. Mereka pasti langsung terjun ke laut."

Kabar muslihat, fitnah, ujaran kebencian, dan politik belah bambu identitas yang disemburkan terus-menerus tanpa henti dengan intensitas tinggi akhirnya bakal diterima sebagai kebenaran. Itulah moral cerita tersebut.

Pembelajaran sejarah autentik sangat mendesak, mengingat pada era post-truth (2+2 = 5) yang diagung-agungkan adalah kebatilan. Hanya orang berhati jujur dan gemar menolong yang pantas mengkritik. Orang seperti ini tidak bakal menjadikan kritik sebagai agresi pelampiasan dendam, kedok ketidaksukaan, dan kamuflase kebusukan.

Gonggrijp, Residen Semarang 1911-1914, dikenal sebagai kolumnis dengan nama pena Opheffer. Ia menulis banyak artikel di koran Bataviaasch Handelsblad. Salah satu artikelnya berkisah tentang kehilangan pensil.

Pensil Gonggrijp tercecer dalam perjalanan ke wilayah Banyuwangi. Ia tidak tahu pasti di mana pensil itu terjatuh. Beberapa hari kemudian, pensil itu diantar seorang bernama Kromo ke tempat Gonggrijp menginap. Gonggrijp terkejut dan heran. Seorang yang tak dikenalnya rela berjalan kaki sangat jauh hanya untuk mengantar benda tak berharga. Maklum, Gonggrijp punya pensil cadangan.

Kejujuran Kromo viral dan menjadi perbincangan orang ramai di seantero Hindia Belanda. Orang-orang Banten, Bandung, hingga Banyuwangi membaca kisah kejujurannya. Gonggrijp memang menjumpai kejujuran di seluruh Banyuwangi. Orang yang kehilangan sesuatu saat melakukan perjalanan tidak perlu khawatir. Ia hanya perlu kembali ke jalan yang telah dilewatinya. Orang pertama yang menemukannya pasti akan menggantungkan barang yang jatuh itu pada sebuah pohon di tepi jalan. Gonggrijp sangat terkesan atas kejujuran itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia kemudian membandingkan dengan yang terjadi di kampung halamannya. Di Den Haag, Gonggrijp harus menjaga barang bawaannya saat bepergian. Sekali peristiwa, ia bersepeda mengunjungi kawan. Sesampainya di tujuan, ia harus memanggul sepedanya ke lantai dua apartemen. Tapi pencurian adalah perkara lumrah. Tamu memencet bel. Pembantu pergi memanggil tuannya. Saat tuan rumah mempersilakan tamu masuk, sepedanya lenyap digondol maling.

Juni 1927, Sonius, mantan pegawai Hindia Belanda, mengantar Asisten Residen Jember berkunjung ke wilayah Jember selatan. Mobil meluncur di sepanjang jalan mulus. Pepohonan memberikan keteduhan di kanan-kiri jalan. Sonius duduk di samping sang Asisten Residen. "Jalan dirawat sangat bagus. Saya akan memberikan pujian kepada wedana di sini," ujar Asisten Residen itu.

Mendekati hutan, mereka berdua turun dari mobil dan berjalan kaki. Sekelompok kecil pegawai rendahan berdiri diam menyambut kedatangan mereka. Asisten Residen duduk di batang pohon yang baru ditebang. Ia mengamati banyak pohon tinggi besar tumbang. Seorang penduduk menjelaskan semua lelaki dewasa warga desa dipaksa menggunduli hutan.

"Menurut Anda, apakah pemaksaan itu diperbolehkan?" demikian Sonius bertanya kepada Asisten Residen. "Tentu saja tidak boleh! Kerja rodi harus dihapus," kata sang Asisten Residen.

Pemimpin tertinggi di Batavia dan Den Haag boleh memberikan perintah apa saja, termasuk kerja paksa, kepada asisten residen. Namun, di Jember, asisten residen penguasanya. Dialah yang paling tahu kondisi setempat. Dia bisa leluasa mengambil kebijakan, termasuk tidak melaksanakan kerja paksa.

Dalam perjalanan pulang, Sonius dan pejabat yang disopirinya singgah sejenak di sebuah rumah. Banyak orang berkumpul di halaman. Sonius mengikuti Asisten Residen memasuki rumah itu. Seorang ibu rupanya baru saja melahirkan. Wajah bayi di sampingnya pucat. Asisten Residen tersenyum. Ia mengeluarkan dompet, mengambil sejumlah uang, lalu menyelipkannya di ranjang ibu dan anak yang disambanginya.

Dahulukan kita ketimbang kami. Itulah keteladanan Gonggrijp dan Asisten Residen Jember. Para tokoh sejarah zaman kolonial itu bermental komplemen. Mentalitas berkelimpahan. Terbimbing visi dan nilai. Memperlakukan orang lain sebagai pelengkap. Mengutamakan kebenaran, persaudaraan, dan kemanusiaan. Mentalitas mendahulukan kita.

Mentalitas komplemen menjadi sangat relevan menjelang pemilihan umum pada April 2019 karena bangsa Indonesia sedang mengidap mentalitas substitusi. Mental cupet alias kecingkrangan ini lebih menonjolkan kami. Dimotivasi kepentingan jangka pendek yang membenarkan keculasan guna mencapai tujuan. Memperlakukan orang lain sebagai rival.

Para guru sejarah di Indonesia bisa berkontribusi besar mendidik generasi muda agar berjiwa malaikat, bukan penjahat. Itu harus dilakukan supaya NKRI tidak terjerumus ke jurang fatalisme dan nihilisme, seperti Irak, Suriah, dan Afganistan, karena termakan fitnah.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


17 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

23 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.


Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

5 Februari 2024

Ferdinand
Bagaimana Bongbong Memenangkan Pilpres Filipina

Kemenangan Bongbong, nama beken dari Ferdinand Marcos Jr. sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial seperti Tiktok, Instagram dan Facebook secara masif, selain politik gimmick nir substansi berupa joget-joget yang diperagakan Bongbong.


Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

22 Januari 2024

Bamsoet: Implementasikan Nilai Pancasila demi Pemilu Damai

Ajakan mengimplementasikan nilai Pancasila ditegaskan kepada kader Pemuda Pancasila Banjernegara.


Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

15 Januari 2024

Tangkapan layar tayangan video Tempo.co berisi kampanye Prabowo Subianto di Riau, Pekanbaru, Selasa, 9 Januari 2024.
Prabowo dan Fenomena Akumulasi Penguasaan Tanah di Indonesia

Pernyataan Prabowo soal HGU yang kuasainya disampaikan tanpa terkesan ada yang salah dengan hal tersebut. Padahal Undang-Undang 1/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memandatkan hal yang berbeda.


Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

15 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman (kanan) dan Wakil Ketua MK Aswanto (tengah) meninggalkan ruang sidang seusai mengikuti sidang pleno penyampaian laporan tahun 2019 di Gedung MK, Jakarta, Selasa 28 Januari 2020. Sejak berdiri pada tahun 2003 hingga Desember 2019 MK telah menerima sebanyak 3.005 perkara. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Membatalkan Hasil Pilpres sebagai Keniscayaan

Kita menunggu Mahkamah Konstitusi mewariskan putusan yang berpihak kepada hukum dan kebenaran, karena kalau hukum tidak ditegakkan, maka tirani yang akan leluasa merusak harkat dan mertabat bangsa Indonesia.


Bancakan Proyek Sengkarut Nasional

15 Januari 2024

Mantan Menkominfo Johnny G. Plate divonis 15 tahun penjara setelah ditetapkan sebagai tersangka pada 17 Mei 2023 dalam kasus korupsi proyek pembangunan Base Transceiver Station (BTS) 4G yang dikerjakan Kemenkominfo. Johnny bersama sejumlah tersangka lainnya diduga melakukan pemufakatan jahat dengan cara menggelembungkan harga dalam proyek BTS dan mengatur pemenang proyek hingga merugikan negara mencapai Rp 8 triliun. TEMPO/M Taufan Rengganis
Bancakan Proyek Sengkarut Nasional

PPATK menemukan 36,67 persen aliran duit dari proyek strategis nasional mengalir ke politikus dan aparatur sipil negara. Perlu evaluasi total.