Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Terorisme dan Kesenjangan Ekonomi

image-profil

image-gnews
Ilustrasi anggota teroris. shutterstock.com
Ilustrasi anggota teroris. shutterstock.com
Iklan

Andi Irawan
Lektor Kepala Ilmu Ekonomi Universitas Bengkulu

Serangan teroris terhadap kegiatan ibadah Jumat di Masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru, 15 Maret lalu, mengakibatkan 49 korban meninggal dan puluhan lainnya luka-luka. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern dan sejumlah pemimpin dunia mengecam dan mengutuk serangan itu.

Teror tersebut memang layak dikutuk seluruh masyarakat dunia. Namun ada satu hal penting yang dihadirkan dari serangan tersebut. Ternyata tidak ada tafsir tunggal atas kelompok yang menggunakan cara dan mendukung terorisme dalam menjalankan misi ideologinya. Dalam kasus terorisme Charlie Hebdo di Paris, Prancis, November 2015, misalnya, publik dunia masih disodori pandangan arus utama dan monolitik dari pemimpin dunia yang disuarakan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa penyebab aksi teror itu berkaitan dengan Islam radikal.

Padahal sejumlah kajian dan studi pakar terorisme menunjukkan bahwa akar utama lahirnya terorisme adalah ketidakadilan ekonomi-sosial dan politik (lihat Wilkinson, 1974; Boix, 2004; Burgoon, 2004; Krueger and Maleckova, 2003).

Di Eropa dan Amerika Serikat, kesenjangan ekonomi telah melahirkan ketakutan para pekerja kulit putih golongan menengah ke bawah terhadap eksistensi para pendatang (imigran) dari negara-negara Asia dan Afrika yang memang umumnya dari negara-negara berpenduduk muslim. Isu ketidaksukaan terhadap imigran, yang notabene bernuansa muslim, ini yang dimanfaatkan oleh para politikus dalam kontestasi politik. Fakta memang menunjukkan bahwa isu politik identitas ini laku dijual.

Baca Juga:

Di Eropa Timur, akibat depresi ekonomi yang tidak terentaskan oleh kekuatan-kekuatan politik yang pro pasar dan demokrasi, partai-partai berideologi fasis, neo-Nazi, dan ultranasionalisme mendapat kursi penting. Ide tentang supremasi pribumi kulit putih yang mereka usung tampaknya ikut mempengaruhi kinerja politik dan opini publik di negara-negara Eropa Barat, Australia, dan Amerika Serikat. Hal ini ditunjukkan dari fenomena kemenangan para pendukung Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa) dalam referendum di Inggris dan kemenangan Trump dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2016.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam skala global, hubungan sosial-ekonomi-politik internasional modern adalah media subur yang potensial dalam melahirkan terorisme. Stiglitz (2007) mengatakan dampak interaksi sosial-ekonomi-politik internasional modern di Benua Amerika hanya bermanfaat bagi kalangan dengan pendapatan menengah atas serta meningkatkan angka kemiskinan, pengangguran, dan kriminalitas. Dampak lain adalah meningkatkan populasi penduduk yang bekerja di sektor informal. Di Afrika malah terjadi penurunan pendapatan per kapita penduduk. Sedangkan di negara-negara yang melakukan transformasi dari komunisme ke sistem pasar berdampak meningkatkan angka kemiskinan dan menurunnya pendapatan per kapita mereka.

Globalisasi telah menghadirkan peningkatan kesenjangan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang serta miskin, juga kesenjangan ekonomi di masing-masing negara. Dampak lain adalah peningkatan ketidakstabilan perekonomian global. Tercatat setidaknya telah terjadi 100 krisis ekonomi selama 30 tahun terakhir di berbagai kawasan ekonomi dunia. Arus uang juga ternyata mengalir dari negara-negara miskin ke negara-negara yang kaya, bukan sebaliknya. Yang paling merasakan dampak buruknya kemudian adalah mereka yang miskin.

Ketidakadilan sosial-politik juga sangat kental dirasakan di kawasan Timur Tengah. Perlakuan yang tidak adil, seperti pembiaran dan bahkan dukungan tanpa batas terhadap invasi dan pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel terhadap Palestina, serta pembiaran komunitas internasional atas kudeta militer terhadap kekuatan-kekuatan politik Islam yang telah berhasil memenangi konstestasi demokrasi di Timur Tengah, adalah akar yang bisa terus menumbuhkan tunas-tunas gerakan kekerasan baru di wilayah tersebut.

Terorisme membutuhkan ideologi untuk meningkatkan kekukuhan internal dan militansi perjuangan mereka. Dan ideologi yang paling mumpuni untuk itu berasal dari kekuatan primordial sebagai identitas manusia. Di Timur Tengah, identitas primordial yang laku dan layak digunakan adalah identitas agama. Sedangkan di negara-negara Barat, identitas primordial yang menarik dukungan adalah identitas ras.

Tapi semua itu bukan penyebab hadirnya terorisme. Terorisme hadir karena ketidakadilan sosial-ekonomi-budaya dalam relasi hubungan antarmanusia, baik dalam skala negara maupun global.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

16 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

24 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

28 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

43 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

44 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.