Keberhasilan Lalu Muhammad Zohri menjuarai nomor lari 100 meter dalam Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Finlandia jelas membanggakan. Ia merupakan atlet pertama Indonesia yang menjadi juara dunia kejuaraan atletik junior itu. Namun pujian kepadanya semestinya tak berlebihan.
Kejuaraan yang diikuti Zohri merupakan kompetisi tingkat junior. Catatan waktunya, 10,18 detik, belum melewati rekor nasional milik Suryo Agung Wibowo (10,17 detik) yang dibuat di SEA Games 2009. Catatan waktu Zohri juga masih jauh untuk bersaing di tingkat elite Asia. Juara Asian Games 2014, Femi Ogunade asal Qatar, merebut medali emas dengan torehan waktu di bawah 10 detik. Sprinter Cina, Su Bingtian, juga mengukir waktu yang sama. Zohri bakal menghadapi persaingan berat di Asian Games. Belum lagi pesaing dari Jepang, Korea, dan kawasan Asia Tenggara.
Zohri sebaiknya terus mempertajam catatan waktu pribadinya. Dalam satu tahun terakhir, torehan waktunya memang menajam. Program yang sudah berjalan dengan baik ini jangan sampai buyar gara-gara sanjungan berlebihan. Euforia yang terjadi pada saat ini dikhawatirkan malah akan menjadi bumerang bagi pemuda kelahiran Nusa Tenggara Barat ini dalam persiapan menuju pesta olahraga empat tahunan itu. Tak perlu menjadikan Zohri selebritas dadakan dengan mengundangnya ke berbagai acara seremoni ataupun talk show yang tak penting.
Gangguan terbesar datang dari para politikus, yang berusaha mengambil panggung. Semua berlomba-lomba menunjukkan diri seolah-olah mereka memiliki peran dalam keberhasilan Zohri. Sikap konyol seperti itu akan membuyarkan konsentrasi sang atlet. Kita sudah sering melihat atlet junior yang layu sebelum berkembang gara-gara direcoki berbagai kegiatan non-olahraga.
Pemberian apresiasi kepada Zohri sebaiknya ditunda. Apalagi Asian Games tinggal sebulan. Ia tetap harus berfokus pada lomba. Penghargaan berupa uang bonus Rp 250 juta dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, bantuan renovasi rumah dari Presiden Joko Widodo, atau tawaran menjadi pegawai negeri sipil maupun militer tanpa syarat, boleh-boleh saja diberikan. Hanya, kurang pas bila diserahkan saat ini.
Belum lagi, timbul ekspektasi tinggi terhadap Zohri untuk merebut medali di Asian Games. Padahal persaingan sangatlah ketat. Sebaiknya Zohri tidak dibebani apa pun. Biarkan dia berkembang secara alami. Usianya masih muda. Publik harus bersabar untuk membentuknya menjadi atlet dengan teknik berlari sempurna. Zohri masih dalam proses menjadi bintang, jangan sampai langkahnya terhenti sebelum mencapai kematangan.
Yang perlu diperhatikan justru adalah bagaimana menjaga kesinambungan prestasi Zohri dalam jangka panjang. Prestasinya tak datang dalam semalam. Capaian Zohri merupakan buah pembinaan jangka panjang Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia sejak 2014 terhadap atlet muda. Program inilah yang harus dilihat pemerintah dan dijadikan sebagai model pembinaan jangka panjang untuk cabang olahraga lain.