Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Persekutuan Ganjil Jokowi-Prabowo

Oleh

image-gnews
Sigi Sebut Prabowo Pesaing Terkuat Jokowi
Sigi Sebut Prabowo Pesaing Terkuat Jokowi
Iklan

KESEDIAAN Prabowo Subianto menjadi calon presiden dari Partai Gerindra bisa dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, deklarasi itu mengoyak luka yang belum sembuh: Prabowo bertanggung jawab atas sejumlah pelanggaran hak asasi manusia masa lalu, termasuk penculikan aktivis 1998.

Kedua, betapapun kontroversialnya, Prabowo memiliki hak politik dengan kesempatan yang tak kecil. Ia pun memimpin Gerindra, partai pemenang ketiga Pemilihan Umum Legislatif 2014. Menurut sejumlah survei, elektabilitas Prabowo berada pada urutan kedua, setelah Presiden Joko Widodo. Saat ini, selain inkumben, hanya Prabowo yang sudah menyatakan bersedia menjadi calon presiden.

Karena itu, informasi yang menyebutkan Jokowi berupaya merangkul Prabowo sebagai kandidat wakil presidennya patut dicermati. Disampaikan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy, rencana itu disiapkan untuk mencegah perpecahan masyarakat seperti pada Pemilu 2014. Ketika itu, publik terbelah dua: pro-Jokowi dan pro-Prabowo. Isu suku, agama, dan ras berhamburan. Kejadian yang sama terulang pada pemilihan kepala daerah DKI Jakarta tiga tahun kemudian.

Saat itu, Basuki Tjahaja Purnama, yang didukung antara lain oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan-partai penyokong Jokowi-berhadapan dengan Anies Baswedan, yang disokong Prabowo. Pada Pemilu 2019, sebanyak 320 ribu calon anggota legislatif juga akan berlaga mencari pemilih. Posisi diametral Jokowi dan Prabowo diduga akan memanaskan suasana hingga ke lapangan kampanye calon anggota legislatif.

Pendekatan Jokowi terhadap lawan politiknya memunculkan spekulasi bahwa Prabowo tak sungguh-sungguh mengajukan diri sebagai calon presiden. Deklarasinya dua pekan lalu dianggap hanya upaya menjaga soliditas partai. Seperti Partai Demokrat, Gerindra merupakan partai tokoh-partai yang hidup-matinya ditentukan ketua umum.

Baca Juga:

Di luar itu, ada alasan lain yang membuat Prabowo gamang. Di antaranya persoalan logistik: dibanding empat tahun lalu, saat ini ia dipercaya tak lagi punya banyak modal. Faktor lain: Prabowo tak bisa maju sendiri. Menduduki 13 persen kursi Dewan Perwakilan Rakyat dan hanya mendapat 11,8 persen suara dalam Pemilu 2014, Gerindra tak bisa sendirian mengusung calon presiden. Partai lain yang dianggap potensial mendukung Prabowo adalah Partai Keadilan Sejahtera, yang hingga kini belum memberikan kepastian.

Persekutuan Jokowi-Prabowo mungkin terkesan baik, yakni dapat mengatasi benturan di masyarakat dan menyelesaikan problem Prabowo yang sedang kesulitan mencari kawan seiring. Perkawinan itu juga bisa menghemat biaya politik. Tanpa lawan tanding, hampir tak ada biaya yang harus dikeluarkan. Namun, jika benar terjadi, persekutuan itu merupakan awal dari tragedi demokrasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemerintah, bagaimanapun, harus dikontrol kekuatan oposisi. Checks and balances tak akan terjadi jika pihak yang semestinya berseberangan menjadi satu kubu. Poros ketiga kecil kemungkinan bisa terbentuk karena koalisi Jokowi-Prabowo telah merangkul sebagian besar partai. Skenario terburuk dalam pemilu: pasangan Jokowi-Prabowo akan melawan kotak kosong.

Akar dari segala kemelut adalah presidential threshold. Aturan ini hanya mengizinkan partai politik atau gabungan partai politik dengan 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara nasional yang bisa mengajukan pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Kandidat alternatif sulit ditemukan. Demokrasi telah dibajak segelintir oligarch dan terjebak menjadi hanya bersifat prosedural, bukan substansial. Mumpung masih jauh hari, Jokowi hendaknya membuang jauhjauh rencana persekutuan itu. Dipilih orang ramai dalam pemilu empat tahun lalu, ia selayaknya menyadari bahwa menjaga demokrasi merupakan mandat yang harus diemban. Mempertahankan kekuasaan tentu tak ada salahnya. Tapi, seyogianya, niat itu dilakukan dengan tetap memperkuat demokrasi.

Harapan yang sama ditujukan kepada Prabowo. Ia harus membuang jauh-jauh pikiran untuk sekadar memperoleh takhta. Ia memang telah kalah dalam dua pemilu-dengan beban moral dan material yang tak kecil. Tapi segala "jerih-payah"-nya akan sia-sia jika ia hanya mementingkan diri sendiri. Prabowo justru akan dikenang sejarah jika ia menjaga demokrasi meski untuk itu ia harus kehilangan kesempatan masuk lingkaran kekuasaan secara instan.

Jika tak yakin bisa memenangi pertarungan, Prabowo bisa mengikuti sejumlah nasihat: mendukung kandidat lain dan masuk kekuasaan sebagai "dalang". Dalam pemilu, calon yang disokongnya bisa menang atau kalah. Adapun Prabowo akan dikenang sebagai seorang demokrat.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

13 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


15 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

21 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

25 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

40 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

41 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.