Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tentang kiasan dan ketakutan

Oleh

image-gnews
Iklan
PADA suatu hari Sabtu, seorang anak muda Australia memotong tangannya sendiri lalu mengutip Injil. Ini, menurut Rester terjadi di sebuah kota kecil di dekat Sydney, 31 Mei 1986. Michel O'Conner - umurnya 20 tahun, ia baru saja memeluk agama Kristen - masuk ke sebuah toko peralatan. Di sudut terpajang sebuah gergaji yang bisa digerakkan dengan listrik. Michel mendatangi itu, dan menghidupkannya. Gerigi-gerigi yang tajam itu pun berpusar kencang. Michel, dengan kalem, meletakkan pergelangan tangannya di bawahnya. Dalam sekejap mata, tangan itu pun putus, darah muncrat, orang panik, dan polisi datang. Di depan polisi, O'Conner mengutip Injil. "Jika tanganmu menistakanmu, potonglah," ujarnya. Ia lalu memperlihatkan tangannya yang baru putus itu: tangan tersebut bertato. Seandainya banyak orang seperti Michel O'Conner (baik yang bertato maupun yang tidak) agama akan tampak ditaati, dan banyak tangan yang akan putus di muka bumi ini. Kita juga telah mendengar tangan-tangan yang dipotong di Arab Saudi karena mencuri. Tapi tidak: tak teramat banyak tangan digergaji. Entah akibatnya buruk entah tidak, kebanyakan manusia pada akhirnya tahu, hidup membutuhkan metafora. Pikiran memerlukan kiasan. Metafora - itulah mungkin yang tak dipahami orang seperti O'Conner. Ia membaca "Potonglah Tangan" dan memutuskan bahwa satu-satunya arti hanyalah perpisahan secara fisik dua bagian tubuh yang semula satu. Ia tak melihat kemungkinan lain, bahwa ia menemukan sebuah pesan yang terletak di dalam kancah ungkapan-ungkapan yang tak harfiah. Sesungguhnya agak mengherankan bahwa itu bisa terjadi. Begitu banyak pelambang, begitu banyak kiasan dalam retorika kitab suci, yang mendekati kita, dengan gambaran-gambaran yang tak membeku. Dengan kata lain, yang kita hadapi adalah sebuah bahasa yang masuk ke dalam diri kita dan menggerakkan apa yang ada dalam diri kita. Bahasa yang hidup, yang bergerak dengan kata dan yang berbekal dengan pengalaman sehari-hari manusia di suatu masa, di suatu tempat. Dengan kata lain, suatu produk sejarah, bukan sesuatu yang steril dalam isolasi. Tapi barangkali selalu ada orang seperti O'Conner. Ia memerlukan sesuatu yang bisa dipegangnya seperti kalimat seorang notaris yang dengan rapi merumuskan sebuah kontrak. Bahasa seorang notaris memang sebuah bahasa yang dengan sistematis menciut. Bahasa itu bahasa yang reduktif: Tafsiran harus diberi pagar agar jangan mencong ke sana kemari, interpretasi harus dicegah agar jangan menari-nari, seperti kupu-kupu, dari makna ke makna. Tiap kata direduksikan sampai hanya punya arti tunggal. Semuanya harus persis, pasti konsisten, aman, terjaga. Bahasa yang reduktif bukan cuma menolak kemungkinan tafsiran yang berbeda-beda pada suatu saat yang sama. Bahasa itu juga mencoba meniadakan kemungkinan interpretasi yang berubah. Pengalaman manusia boleh bergeser, tapi arti yang dituntut sang notaris tidak. Tak berarti rumusannya abadi. Ia hanya sudah "selesai". Ia tersimpan dengan tuntutan agar tak terkena oleh sejarah: seperti mumi sang firaun dalam piramid. Di hadapan kepastian yang lurus itu, kiasan atau metafora menjadikan diri sebuah alternatif: ia menyediakan dunia makna yang tak cuma satu. Ia menggugah rumusan-rumusan dari kebekuan mumi itu. Dan tiap pesan yang dituangkannya bergetar dalam diri kita. Saya kira Itulah sebabnya agama-agama besar - juga para sufi dan penyair mereka - menggunakan sebuah bahasa yang ekspansif. Di dalamnya sebuah puisi beroperasi: sebuah rekaman verbal tentang satu kehadiran yang keagungannya sebenarnya tak dapat dirumuskan, satu wujud yang keindahannya tak terperi, satu kenyataan yang kedalamannya tak terbatasi. Metafora, perumpamaan, teladan, dan dongeng-dongeng, karena itu, bukan sekadar bumbu, melainkan sebuah cara. Kiasan itulah jalan untuk mencapai, sedapat-dapatnya kelengkapan yang paling mungkin dalam rekaman akbar itu. "Engkau ganas/engkau cemburu", tulis Amir Hamzah dalam sebuah sajak terkenal yang menuliskan perasaan ngungunnya pada Tuhan. "Mangsa aku dalam cakarmu/bertukar tangkap dengan lepas." Membaca sajak itu tanpa bersedia menerima bahasa yang ekspansif akan menyebabkan salah paham yang besar: banyak orang bisa kena serangan jantung, dan Amir Hamzah akan dicap sebagai PKI. Seperti di tahun 1969, ketika seorang hakim muda menghukum H.B. Jassin setelah didakwa "menghina Tuhan". Kesalahan Jassin, kalau boleh dianggap demikian, ialah bahwa majalahnya, Sastra, memuat sebuah cerita Kipanjikusmin, yang menggunakan personifikasi Tuhan dengan bebasnya - meskipun sebenarnya tak seseram metafora Amir Hamzah. Kiasan memang mencemaskan. Baru-baru ini saya mendengar sebuah anekdot: seorang pegawai menulis sebuah sajak di kantornya dengan judul Harga Pancasila. Ia sebenarnya ingin menyatakan, sebagaimana laiknya pegawai negeri, betapa pentingnya Pancasila bagi bangsa Indonesia. Tapi atasannya curiga: kenapa Pancasila punya "harga", sedangkan itu bukan sepeda motor? Kiasan, apa boleh buat, memang mempersamakan, dalam arti mempertautkan kesan tentang satu hal dengan hal lain. Karena itu orang takut kalau-kalau kiasan dengan demikian menyederajatkan suatu hal, yang dianggap paling suci, dengan benda lain (karena yang "paling suci", seperti halnya yang "paling baik", selalu hanya satu). Namun, tanpa kiasan, bagaimana sesuatu dapat diutarakan? Dalam dunia ini, satu benda hadir bersama benda lain, satu kesan hidup di dalam kepala kita bersama kesan lain, juga pengertian-pengertian, konsep-konsep, dan pelbagai kenangan. Karena itu, mata yang indah kita bandingkan dengan bintang kejora. Tuhan kita bandingkan dengan seorang raja, dan kita sebut ia "Gusti" atau kita bayangkan ia "bersabda". Pancasila pun kita umpamakan bagaikan jimat, dan karena itu "sakti". Jelas, kita tak bisa membinasakan metafora. Kita tidak bisa membersihkan isi kepala kita dari asosiasi-asosiasi. Kita tidak bisa membunuh imajinasi, lalu menyembah sederet kata-kata yang "kekal" seperti mumi. Bagaimanapun butuhnya kita akan kepastian-kepastian, dan takutnya kita akan kesalahan, kita hidup dalam sejarah. Yang abadi bukanlah yang membatu. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

7 menit lalu

Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan kata sambutan saat peresmian Indonesia Incorporated di Far East Finance Center, Hong Kong, Jumat 30 Juni 2023. Indonesia Incorporated berisikan gabungan dari berbagai BUMN yang berbisnis di Hong Kong dan berfungsi sebagai Business Center dan Business Hub untuk negara-negara di Asia Utara. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

Erick Thohir mengarahkan agar BUMN membeli dolar secara optimal dan sesuai kebutuhan di tengah memanasnya geopolitik dan penguatan dolar.


Erick Thohir Arahkan BUMN Beli Dolar Secara Optimal dan Sesuai Kebutuhan

31 menit lalu

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir saat ditemui di sela-sela acara ACE Youth Summit 2023 di TMII, Jakarta Timur pada Sabtu, 28 Oktober 2023. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Erick Thohir Arahkan BUMN Beli Dolar Secara Optimal dan Sesuai Kebutuhan

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut kenaikan harga energi global berdampak pada porsi utang luar negeri (dalam dolar AS) BUMN.


Kemlu Respons Veto AS Soal Resolusi Negara Palestina di PBB

31 menit lalu

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bertemu setelah Rusia mengakui dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur sebagai entitas independen, di New York City, AS 21 Februari 2022. REUTERS/Carlo Allegri
Kemlu Respons Veto AS Soal Resolusi Negara Palestina di PBB

Kementerian Luar Negeri RI menyoroti gagalnya PBB mensahkan keanggotaan penuh Palestina.


Pengemudi Pikap Tabrak 2 Motor di Depok, Satu Orang Tewas

37 menit lalu

Ilustrasi Mobil tabrak motor. mkhlawyers.com
Pengemudi Pikap Tabrak 2 Motor di Depok, Satu Orang Tewas

Pengemudi pikap diduga mengantuk saat menabrak dua motor yang berada di arah berlawanan.


Rumor Spesifikasi OnePlus Ace 3 Pro, Punya Layar OLED Melengkung dan Chip Snapdragon

38 menit lalu

OnePlus Ace 3. Gsmarena.com
Rumor Spesifikasi OnePlus Ace 3 Pro, Punya Layar OLED Melengkung dan Chip Snapdragon

Fitur OnePlus Ace 3 Pro dikabarkan lebih canggih dibanding generasi OnePlus sebelumnya.


Ikut KOVO Women's Asia Quarter 2024, Yolla Yuliana Fokus Tingkatkan Massa Otot dan Jaga Pola makan

39 menit lalu

Pemain Indonesia All Stars, Yolla Yuliana, seusai menjalani latihan jelang menghadapi Red Sparks. Latihan dilakukan di GOR Bulungan, Jakarta, Jumat, 19 April 2024. (ANTARA/FAJAR SATRIYO)
Ikut KOVO Women's Asia Quarter 2024, Yolla Yuliana Fokus Tingkatkan Massa Otot dan Jaga Pola makan

Yolla Yuliana ingin tampil maksimal selama masa uji coba Federasi Bola Voli Korea Selatan (KOVO) Women's Asia Quarter 2024.


Densus 88 Tangkap 8 Teroris Diduga Anggota JI sedang Latihan Fisik dan Militer di Poso Sulteng

51 menit lalu

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) DivHumas Polri Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko, Jumat (19/1/2024). (ANTARA/Laily Rahmawaty)
Densus 88 Tangkap 8 Teroris Diduga Anggota JI sedang Latihan Fisik dan Militer di Poso Sulteng

Delapan terduga teroris yang sedang latihan fisik dan militer di Poso Sulteng itu disebut punya posisi strategis di Jamaah Islamiyah.


Bank Mandiri Raih Top Companies 2024 Versi LinkedIn

52 menit lalu

Bank Mandiri Raih Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Bank Mandiri menempati posisi pertama Top Companies 2024 di Indonesia versi LinkedIn.


Erick Thohir: Transformasi Sepak Bola Indonesia Masih Butuh Waktu

58 menit lalu

Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali saat ditemui di Menara Danareksa, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Maret 2024. TEMPO/Randy
Erick Thohir: Transformasi Sepak Bola Indonesia Masih Butuh Waktu

Erick Thohir mengatakan PSSI melakukan sinkronisasi program kompetisi berjenjang sehingga mampu menciptakan komposisi Timnas Indonesia yang merata.


Lando Norris Rebut Pole untuk Sprint Race Formula 1 China 2024, Hamilton Posisi Kedua, Verstappen Keempat

59 menit lalu

Lando Norris di F1 Cina 2024 raih pole position untuk Sprint Qualifying. (Foto: McLaren Mercedes)
Lando Norris Rebut Pole untuk Sprint Race Formula 1 China 2024, Hamilton Posisi Kedua, Verstappen Keempat

Pembalap McLaren Lando Norris merebut pole position untuk sprint race pada kualifikasi balapan Sprint Formula 1 China 2024.