Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

"enrichissez-vous..."

Oleh

image-gnews
Iklan
DUA patah kata dan abad ke-19 kini seperti berdengung lagi di seluruh dunia, Enrichissez-vous! Dan orang pun berderap untuk jadi kaya - juga para petani Cina di zaman Deng. "Jadilah kaya!" itulah anjuran Francois Guizot, cendekiawan dan ahli sejarah itu, ketika ia jadi menteri utama Prancis menjelang pertengahan 1800-an. Saya tak tahu adakah Gulzot sendiri jadi kaya raya mungkin tidak. Ketika ia kemudian jatuh dari kedudukannya, ia kembali jadi sejarawan dan menulis buku berjilid-jilid, yang kira-kira tidak bisa laris. Tapi Guizot agaknya memang menyuarakan masanya, dengan keyakinan. Ia berada di kancah pergolakan ketika orang-orang kaya dibutuhkan - meskipun pada saat yang sama kelas borjuis itu juga mencemaskan. Zaman 1830-an Prancis adalah zaman sebuah negeri yang berubah. Harapan mekar besar. Orang banyak tengah mencoba suatu jalan tengah - mereka menyebutnya justermillieu - antara bentuk kerajaan yang otoriter di satu pihak dan semangat republiken yang demokratis di pihak lain. Maka, dibangunlah "Monarki Juli", dan Louis Philippe jadi raja. Dengan catatan: kekuasaannya dibatasi oleh parlemen dan konstitusi, betapapun hal itu menjengkelkan hatinya. Guizot pun jadi menteri. Ia seorang demokrat, tapi ia juga seorang konservatif. Dialah yang mengusulkan undang-undang agar pendidikan dasar harus terjangkau setiap warga negara. Tapi dia juga yang tak menyetujui bila hak memilih diperluas tanpa pandang baju. Bagi Guizot dan partainya, yang berhak memilih hanyalah mereka yang sanggup membayar 200 franc, suatu jumlah yang cukup besar tatkala itu. Sebab, Guizot memang pembela kelas menengah. Kaum borjuis ini yang tampil sebagai kekuatan politik, seteiah Revolusi Prancis, di tahun 1830-an itu memang sedang mengonsolidasikan diri. Prancis secara relatif tampak makmur meskipun belum kukuh. Sisa-sisa kaum monarkis lama masih sering mencoba menembak dan, dari bawah, kaum buruh dan orang yang lebih miskin mulai resah. Suatu "revolusi" baru memang sudah mulai terdengar geramnya. Tak heran bila di tahun 1834 Guizot memperingatkan ancaman "revolusi sosial" baru itu di depan parlemen - seraya membantah bahwa kelas menengah telah mengukuhkan diri dalam satu tirani. "Kelas menengah," kata Guizot hari itu, "bahkan belum punya kesadaran energetik yang cukup tentang hak dan kekuatannya sendiri." Kelas ini masih harus lebih maju. Maka, "Enrichissez-vous!" Jadilah kaya. Bangunlah institusi-institusi untuk menegakkan kemerdekaan di satu pihak tapi juga ketertiban di pihak lain. Dan percayalah, kata Guizot, bahwa siapa saja akan mendapat kesempatan. "Dengan kerja, akal sehat, dan peri laku baik seseorang dapat naik ke jenjang setinggi apa pun dalam skala sosial kita," begitulah ia berjanji. Tapi mungkin Guizot salah membaca keadaan. Sebab, apa yang kemudian disaksikan Prancis adalah serangkaian revolusi dan percobaan impian baru, dengan darah. Justru di masa makmur itu (tentu saja bukan makmur untuk semua orang), ide-ide sosialisme menyeruak. Tahun 1840-1848 adalah periode lahirnya pikiran-pikiran Charles Fourier, Louis Blanc, dan Proudhon. Dan ketika panen gagal di tahun 1846, krisis ekonomi besar berjangkit. Kerusuhan terjadi. Guizot jadi orang yang paling dibenci. Sebuah demonstrasi muncul di depan rumah resminya - dengan klimaks: Orang-orang ini dibabat tentara, dan 40 pemuda tewas. Akhirnya, bahkan Louis Philippe sendiri turun takhta. Tak berarti kelas menengah kalah. Dalam sejarah kemudian ternyata: kaum borjuis tidak habis, dan di Prancis pemberontakan buruh dan pikiran sosialis hanya kilasan cahaya yang heroik tapi sebentar. Di hari inipun, di abad ke-20, seorang presiden sosialis terpaksa mengakui bahwa kapitalisme tak begitu mudah dijinakkan. Dan ia tak sendiri. Di Cina, pengecam besar kapitalisme itu, pernah semangat mencari uang diharamkan. Pernah orang bicara bahwa revolusi hanya dilakukan oleh yang miskin, dan yang kaya adalah "revisionis". Pernah, bahwa yang penting ialah kesetiakawanan dan kemauan untuk "makan bersama dari kuali yang sama". Tapi percobaan besar itu kini mandek, dan kita baca misalnya kesimpulan Xiang Qiyuan, ekonom kawakan dari Universitas Furen. Ia menulis, dalam China's Search for Economic Growth, yang terbit di Beijing 1982, bahwa percobaan sama-rata-sama-rasa terbukti hanya membuat orang yang mampu produktif tak mau bergerak. Maka, kata Xiang Qiyuan, "Kita harus menerima, di jalan menuju ke kemakmuran, sebagian orang akan tiba lebih dulu dari yang lain. Kita tak dapat melakukannya secara serentak." Xiang Qiyuan memang bicara seperti seorang ekonom dari Chicago. Tapi barangkali ini kehendak zaman. Lagi pula, ia bisa bilang bahwa sosialisme tidak berarti sebuah kaul bersama untuk kemiskinan. Kaul semacam itu hanya untuk para rahib, tapi biara juga perlu biaya. Dengan kata lain, Guizot memang gagal, tapi entah kenapa ia tetap terdengar. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

40 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

44 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

45 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.


Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

12 November 2023

Budayawan Goenawan Mohamad hadiri pembukaan pameran 25 Tahun Reformas!h In Absentia di Yayasan Riset Visual mataWaktu, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2023. Pameran yang menampilkan kumpulan foto arsip, seni instalasi dan grafis tersebut digelar dalam rangka merefleksikan seperempat abad gerakan reformasi di Indonesia, pameran berlangsung hingga 17 Juni mendatang. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

Goenawan Mohamad menyebut pilpres mendatang berlangsung dalam situasi mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar.