Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ekonom

Oleh

image-gnews
Iklan
DI tahun 1966, ketika Universitas Indonesia jadi semacam tungku bagi gerakan oposisi, seorang guru besar berpidato dan ia mengutip sepotong lelucon. Guru besar itu Widjojo Nitisastro, dan lelucon yang dikutipnya berasal dari Amerika Latin. Syahdan, kata sang lelucon, ada seorang yang berkata bahwa di negeri Amerika Selatan itu ekonomi hanya berjalan di malam hari. Ketika ditanya kenapa demikian, jawabnya: karena di malam hari pemerintah tidur. Widjojo, agaknya - kalau saya tak salah duga - mencoba menyindir perekonomian Indonesia masa itu: terlampau banyak pemerintah mencongkrongi dan mengatur, dengan segala ketidakbecusannya, hingga kehidupan perekonomian pun mencari jalannya sendiri. Tentu saja dengan susah payah. Siapa bilang ekonomi Indonesia waktu itu tidak tersengal-sengal? Kritik terhadap banyaknya tangan pemerintah seperti itu tampaknya selalu bisa kembali hangat - dan itu tak cuma di tahun 1966. Yang menarik ialah bahwa di tahun 1985 ini, di Amerika Serikat, orang tak cuma berbicara bagaimana sebaiknya pemerintah tidur, tapi juga bagaimana sebaiknya para ekonom pemerintah ikut lelap. Soalnya, Presiden Reagan telah membuktikan bagaimana pentingnya untuk menjadi bodoh. Seperti Presiden Soekarno dulu, ia juga menolak untuk dalam kata-kata Bung Karno "dicekoki Keynes". Tapi berbeda dengan Bung Karno, yang melihat Keynes sebagai pemikir dalam buku pelajaran kapitalisme, Reagan melihat yang "dicekoki Keynes" sebagai orang-orang yang murtad dari kapitalisme. Mereka ini tak percaya bahwa sebaiknya pemerintah tinggal berpangku tangan dan cuma menyediakan hal-hal pokok yang sehat, agar "pasar bebas" dapat berlangsung dengan segala sihirnya. Dengan keyakinan akan sihir di "pasar bebas" itulah Reagan memasang stafnya. Satu-satunya ahli ekonomi dalam kabinetnya, seorang yang pernah menulis buku tentang penyusunan beleid perekonomian, adalah George P. Shultz. Orang ini ia taruh sebagai menteri luar negeri. Sementara itu, orang yang merupakan arsitek utama kebijaksanaan ekonominya adalah Donald T. Regan, seorang yang bahkan mencemooh para ahli ekonomi. Ketika ditanya apakah dia seorang ekonom, orang dekat Presiden ini menjawab, "Saya sudah pernah diberi sebutan jelek lain sebelumnya, tapi disebut ekonom baru kali ini." Bila di Amerika Serikat, negeri yang terbanyak punya ahli ekonomi dalam daftar pemenang Hadiah Nobel, sebutan "ekonom" telah jadi sejenis lelucon - setidaknya bagi Regan - tentu ada yang tak beres yang pernah terjadi. Apa dosa seorang ekonom? Dosa seorang ekonom, dalam zaman Reagan & Regan ini, adalah semacam dosa keturunan. Di masa pemerintahan Carter, ada empat ekonom duduk di kabinet dan Dewan Penasihat Ekonomi amat penting, tapi inflasi ternyata tak bisa dibendung. Di masa Reagan, dengan satu ekonom yang berada di kursi yang jauh, justru inflasi itu reda, dan si dewan penasihat bahkan sedang dipertimbangkan untuk dibubarkan. Sementara itu, segala ramalan tentang ekonomi masa Reagan ternyata pada rontok. Dugaan semula ialah bahwa kebangkitan kembali ekonomi AS tak akan bisa lebih lama menghadapi defisit anggaran yang besar dan tingkat bunga pinjaman yang tinggi. Kini, itu ternyata tak terbukti. Dugaan semula ialah bahwa dolar tak akan bisa selama ini bertahan di atas. Kini, yang ribut karena jatuh adalah poundsterling. Ada yang mengatakan bahwa semua itu gara-gara para ahli ekonomi terlampau pintar dan lupa untuk jadi orang biasa. Mereka sibuk menghitung, menyusun angka-angka dalam komputer, dan tidak mendengar apa yang didengar dari orang ramai. Adapun orang ramai itu - setidaknya dalam pengalamanan orang Amerika kini - ingin agar pemerintah pergi tidur dan hidup tak diatur oleh para macromanagers, para birokrat di dalam departemen-departemen. Ada lagi yang punya teori lain berkenaan dengan gagalnya para ekonom itu. Mereka, demikian menurut teori ini, berpikir dengan model-model yang mereka bentuk sendiri dan bertolak dengan sandaran suatu ceteris paribus. Tapi di dunia kini, yang tiap satuan ekonomi praktis berkait dengan perekonomian dunia, ceteris paribus macam apa yang bisa dibayangkan? Saya sendiri bukan ekonom, dan tidak tahu apa itu ceteris paribus. Tapi, saya ingin juga mencoba membela para ekonom - yang siapa tahu di Indonesia akan ikut jatuh reputasinya seperti rekan-rekan mereka (yang umumnya seperguruan) di Amerika. Sebab, jangan-jangan letak kemelesetan ramalan suram tentang ekonomi Amerika bukan disebabkan oleh kekurang-becusan para ekonom, tapi lebih karena efektivitas seorang politikus. Nama politikus itu Ronald Reagan: bekas aktor yang enak bicara, yang menyenangkan, yang bisa omong kosong secara mengasyikkan - dan dalam keadaan baru sulit, bisa jadi tokoh populer yang sekaligus menularkan harapan. Siapa yang salah bila akhirnya para ekonom, para penuntut ilmu yang muram itu - a dismal science, indeed membutuhkan seorang seperti dia? Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kelebihan dan Kekurangan Pisah Harta Seperti yang Dilakukan Harvey Moeis dan Sandra Dewi

3 menit lalu

Ilustrasi Pernikahan/Alissha Bride
Kelebihan dan Kekurangan Pisah Harta Seperti yang Dilakukan Harvey Moeis dan Sandra Dewi

Perjanjian pisah harta seperti yang dilakukan Sandra Dewi dan Harvey Moeis memiliki kelebihan dan kekurangan.


Antony Blinken Minta Beijing Beri Kesetaraan Kesempatan untuk Pengusaha Amerika di Cina

3 menit lalu

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi di Departemen Luar Negeri di Washington, AS, 26 Oktober 2023. REUTERS/Sarah Silbiger
Antony Blinken Minta Beijing Beri Kesetaraan Kesempatan untuk Pengusaha Amerika di Cina

Antony Blinken menyerukan pada Cina agar memberikan kesempatan yang sama pada para pelaku bisnis dari Amerika Serikat di Cina.


KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

5 menit lalu

Kapal kecil nelayan Natuna saat melaut di pesisir Pulau Ranai. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.


Respons PDIP-NasDem-PKS soal Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo

6 menit lalu

Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu tiba di NasDem Tower bersama jajaran Partai NasDem dan PKS dalam konferensi pers usai pertemuan kedua partai di NasDem Tower, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat pada Rabu, 24 April 2024. TEMPO/Adinda Jasmine
Respons PDIP-NasDem-PKS soal Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo

Bagaimana sikap PDIP, NasDem, dan PKS usai Prabowo-Gibran ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih? Akan jadi koalisi atau oposisi?


Jokowi Keluhkan Banyak WNI Berobat ke Luar Negeri, Ini Kilas Balik Menteri Luhut Berobat di Singapura

18 menit lalu

Presiden Joko Widodo menjenguk Luhut Binsar Pandjaitan di Singapura. FOTO/Instagram
Jokowi Keluhkan Banyak WNI Berobat ke Luar Negeri, Ini Kilas Balik Menteri Luhut Berobat di Singapura

Salah satu menteri Jokowi, Luhut Binsar Pandjaitan, diketahui pernah berobat hampir sebulan di Singapura pada November tahun lalu.


Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

20 menit lalu

Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.


Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

21 menit lalu

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyampaikan netralitas Pemilu di gedung KPK pada Rabu, 7 Februari 2024. Tempo/Aisyah Amira Wakang
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK Nurul Ghufron menggugat Dewan Pengawas (Dewas) KPK ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta.


Psikolog Sebut Perlunya Orang Tua Terapkan Aturan Jelas Penggunaan Ponsel pada Anak

26 menit lalu

Ilustrasi anak main ponsel pintar. (Shutterstock.com)
Psikolog Sebut Perlunya Orang Tua Terapkan Aturan Jelas Penggunaan Ponsel pada Anak

Orang tua harus memiliki aturan yang jelas dan konsisten untuk mendisiplinkan penggunaan ponsel dan aplikasi pada anak.


Elite NasDem Bertemu Prabowo, Surya Paloh: Mungkin Silaturahmi

27 menit lalu

Mantan Cawapres nomor urut 01 Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menggelar konferensi pers bersama Ketum NasDem Surya Paloh usai pertemuan keduanya terkait putusan MK. Pertemuan tersebut dilakukan di NasDem Tower, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Adinda Jasmine
Elite NasDem Bertemu Prabowo, Surya Paloh: Mungkin Silaturahmi

Surya Paloh menanggapi pertemuan Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali dengan Prabowo Subianto pada Selasa lalu. Sinyal koalisi?


Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

32 menit lalu

Presiden Jokowi bersama rombongan terbatas termasuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bertolak menuju Jawa Timur untuk kunjungan kerja, Lanud TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat, 8 Maret 2024. Foto Biro Pers Sekretariat Presiden
Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.