Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rambo

Oleh

image-gnews
Iklan
JIKA benar Rambo adalah suasana hati Amerika kini, kita perlu jeri, atau geli bergantung pada apa yang akan dilakukan orang di sana nanti. Mungkin Anda sudah menonton film itu. Sylvester Stallone muncul di hutan belantara Vietnam. Rambutnya berjurai ke tengkuk. Geraknya gesit. Ototnya besar bagaikan singkong mukibat. Dan dia datang, dia berjuang, dia menang, dengan catatan: semuanya dilakukan secara seru, tapi tak amat sulit. Tentu,James Bond dan Indiana Jones juga seperti itu: laki-laki yang tak terkalahkan dalam tiap pergulatan. Tetapi Rambo sedikit lain. Dan yang "sedikit" itu justru penting. Dalam film-film James Bond, seperti juga dalam film Indiana Jones, ada nada dasar yang cepat terasa: humor. Ada sikap main-main, bahkan ada parodi pada diri sendiri. Dalam Rambo, senyum itu absen. Dengan wajah tampan yang mengesankan rasa asam dalam keringat, sang jagoan - entah kenapa terus-menerus serius. Bagi saya, ia bahkan lebih dari sekadar serius. Ia fanatik. James Bond, mata-mata dari Kerajaan Inggris itu, bisa (dengan sikapnya yang begitu mentereng dan sekaligus mencemooh) mengambil jarak dari keyakinan-keyakinannya sendiri, kalaupun ia punya keyakinan. Rambo tidak. Ia berani, ia ahli berkelahi. Tapi pada dasarnya ia sukarelawan yang berapi-api untuk bertarung nonstop, waspada nonstop, dan membawa prasangka-prasangka Amerika nonstop. Musuh James Bond, kecuali mungkin dalam From Russia with Love, adalah bandit-bandit yang mengancam seluruh dunia tanpa pandang kebangsaan dan ideologi. Musuh Rambo, sebaliknya, dibatasi oleh kenyataan bahwa mereka musuh Amerika Serikat kini: pasukan Vietnam, tentara Soviet. Dan bila bandit-bandit James Bond biasanya sempat menjelaskan ambisi-nya, yang umumnya begitu besar dan tak masuk akal (hingga kita tahu, kita sedang menyaksikan dongeng yang lucu), musuh Rambo sebaliknya tak berbicara tentang alasan-alasannya. Mereka hanya keji. Rambo, dengan kata lain, adalah khas sebuah cerita propaganda politik. Baginya dunia menjadi bersahaja, dalam permusuhan. Film Rambo bahkan membenci keruwetan dengan keras (dan, sekali lagi, dengan fanatik). Di akhir- film, Sylvester Stallone membidikkan senjata semiotomatiknya, yang ia angkut dengan lengannya yang liat menggelegak, ke arah komputer. Teknologi penyimpan informasi itu pun hancur. Untuk berbuat, seakan-akan begitulah statemennya, manusia tak memerlukan informasi. Tahu lebih banyak bisa menunjukkan kenyataan yang lebih kompleks - dan jawaban-jawaban yang tidak satu, tidak mudah. Rambo tak mau itu. Maka, jika benar Rambo adalah suasana hati Amerika kini, kita perlu awas - atau berdoa bahwa semuanya itu semoga tidak betul. Sebab, Rambo adalah sebuah jiwa Amerika yang sakit oleh sebuah luka. Adapun luka itu disangka datang dari luar, padahal barangkali ia datang dari diri sendiri. Adegan awal: Rambo sedang bekerja sebagai orang hukuman, seorang bekas anggota pasukan Baret Hijau yang tersingkir setelah Perang Vietnam. Muncul bekas komandannya. Ia meminta Rambo bertugas ke Vietnam lagi. Tujuan: menyelidiki ada tidaknya sisa-sisa prajurit Amerika yang masih ditahan di negeri Asia Tenggara itu. Rambo diam, lalu bertanya: "Kali ini, kita harus menang?" Persepsi Rambo, tampaknya, ialah bahwa dalam Perang Vietnam Yang lalu itu Amerika Serikat telah kalah. Ia, seperti banyak sekali orang Amerika, lupa bahwa perang telah berakhir dengan tanpa sepotong wilayah Amerika pun jatuh. Perdamaian diteken di Paris dan menteri luar negeri Amerika, bersama menteri luar negeri Vietnam, dapat Hadiah Nobel. Maka, jika ada yang benar-benar kalah, itu hanya sebuah republik yang dulu pernah ada, sebuah negeri dengan ibu kota Saigon. Negeri itu kini telah diambil alih dan diduduki. Washington D.C. tidak, dan orang-orang Amerika seperti Sylvester Stallone tak harus lari sebagai orang perahu. Memang, Amerika telah gagal di sana. Ia tidak menang. Tapi siapa bilang kegagalan, Juga ketidakmenangan, dengan sendirinya berarti kekalahan? Kegagalan, seperti yang terjadi di Asia Tenggara satu dasawarsa yang lalu itu, bahkan sesuatu yang wajar: dunia toh sudah terlampau ruwet untuk dijangkau oleh satu dan dua tangan, biarpun tangan itu made in USA sekalipun. Tapi siapa akan menyalahkan Rambo, patriot yang tampak dungu itu, bila ia tak memahami hal itu? Bagaimanapun juga, ia warga dari sebuah negeri, yang begitu luas, begitu bermacam-macam penduduknya, begitu mencengangkan - sebuah negeri yang begitu besar hingga tiap hari harus sibuk berjuang dengan kebesarannya sendiri. Dengan kata lain, sebuah negeri yang mungkin sebenarnya tak punya waktu untuk memahami dunia di luarnya yang jauh, dan boleh jadi karena itu merasa asing, terkepung, dan tak habis-habisnya bingung. Maka, ketika dalam Rambo, gadis Vietnam yang jadi teman di hutan itu mati (sesuatu yang sudah bisa diduga), kita segera tahu betapa pas hal itu bagi dunia Sylvester Stallone. Ia akhirnya sendiri. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

38 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

42 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

43 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.


Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

12 November 2023

Budayawan Goenawan Mohamad hadiri pembukaan pameran 25 Tahun Reformas!h In Absentia di Yayasan Riset Visual mataWaktu, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2023. Pameran yang menampilkan kumpulan foto arsip, seni instalasi dan grafis tersebut digelar dalam rangka merefleksikan seperempat abad gerakan reformasi di Indonesia, pameran berlangsung hingga 17 Juni mendatang. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

Goenawan Mohamad menyebut pilpres mendatang berlangsung dalam situasi mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar.