Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pameran

Oleh

image-gnews
Iklan
SEBUAH pameran mempertontonkan diri ke khalayak ramai. Ia memang usaha pamer. Bahwa kata pamer, yang setahu saya berasal dari bahasa Jawa, sekarang dipakai dengan tenang, berarti suatu perkembangan yang menarik telah terjadi di kepala kita. Pamer, dalam bahasa asalnya, punya konotasi buruk. Di dalamnya ada unsur menyombongkan diri. Padahal, beratus-ratus tahun lamanya kita merasa risi untuk bersikap demikian. Perhatikan saja nama warung atau hotel-hotel kita yang melanjutkan gaya masa lampau: warung Sudi Mampir atau hotel Sederhana restoran Saung Kuring (yang berarti "gubuk saya") atau penginapan Tawakal. Kita tak terbiasa dengan nama-nama yang menyala dan menyalak. "Royal" (yang artinya bisa juga "berfoya-foya") atau "Lux" baru datang kemudian. Kita umumnya merendah. Atau pura-pura merendah. Atau netral-netral saja. Dengan kata lain, kita belum biasa "menjual". Bahkan kata "menjual" itu, sebagai idiom, merupakan hal yang baru. Orang Amerika memakai kata "menjual" (to sell) bukan cuma untuk memperdagangkan barang. Ungkapan "To sell his idea" di sana berarti "menawarkan gagasannya". Percobaan untuk mengindonesiakannya secara harfiah, yang kadang saya dengar dalam seminar-seminar, bagi saya terdengar janggal. "Menjual gagasan" rasanya hampir sama kurang patutnya dengan "menjual diri": yakni memperdagangkan hal yang tak layak diperdagangkan. Tapi kini perusahaan tanah dan bangunan dengan lancar (dan mungkin latah) menyebut diri Indah, atau Molek, atau Mas. Bioskop tidak lagi dinamai - seperti yang dilakukan orang di Yogya - Seni Sono. Iklan bertambah agresif. Papan-papan nama pada berebut, karena yang perlu bukanlah menyejukkan pemandangan, melaraskan lanskap, tapi menggaet. Pendeknya, kita sudah berjualan. Kita sudah mau pamer. Ada yang barangkali mengeluhkan proses perubahan ini - dengan hati seorang snob atau dengan hati seorang sufi. Tapi apa daya? Dan lagi pula, kenapa tidak harus demikian? Toh di balik hal yang mungkin merusakkan estetika itu, ada sesuatu yang sehat. Yakni: sehimpun orang, sebentuk kegiatan, kini kian membutuhkan khalayak ramai. Persaingan makin keras untuk memperoleh perhatian publik, biar secercah. Orang banyak, orang ramai itu, harus dibujuk, dicolek, diseru. Dalam arti tertentu, kita tak tinggi hati lagi. Kita tak merasa bahwa kitalah yang mereka butuhkan. Menyadari itu kiranya penting, terutama jika para birokrat dan pejabat sudah pula harus "berjualan". Dalam sejarah kita tampaknya para priayi dan para punggawa ini terlampau lama sudah jadi pihak yang didatangi, bukan yang mendatangi. Rakyat, mereka yang di luar, adalah yang menghadap. Keleluasaan memang bisa macet dengan keadaan seperti itu. Juga perdagangan, termasuk "perdagangan" ide-ide. Beberapa tahun yang lalu, pada suatu bulan yang cerah, orang ramai diwajibkan, oleh seorang bapak kepala polisi, memakai helm bila naik sepeda motor. Kewajiban itu praktis mendadak. Polisi seakan lupa bahwa suatu perubahan kebiasaan perlu proses meyakinkan, yang sistematis, bertahap, sabar. Pada saat kita hanya kasih sejenis instruksi, yang akan terjadi adalah kegagalan. Sebab, khalayak ramai, kita toh tahu, bukan bawahan dalam satu dua kantor. Tak semuanya bisa dibayangkan sebagai korpri. Mereka perlu lebih dulu digelitik, bahwa helm itu (seperti halnya keluarga berencana itu) pertama-tama adalah untuk kepentingan mereka sendiri, bukan kepentingan pemerintah. Penghargaan kepada kepentingan mereka itu sekaligus suatu unsur praktis demokrasi: dengan itu sebuah ide didukung karena orang merasa cocok. Artinya, bapak polisi dan bapak-bapak lain harus bisa "berjualan": menawarkan ide untuk diambil orang di luar. Dan, agaknya, itulah inti pameran besar yang berlangsung di Jakarta sekarang: Pameran Produksi Indonesia '85. Di sana ada "jual kecap", promosi, dan pembujukan: suatu aktivitas yang 100% sah, bahkan mesti. Sebab, dengan itu yang sekaligus dituju ialah penciptaan pasar dan pemaparan cerita keberhasilan, sebuah cara membangun harapan. Dengan kata lain, bukan sebuah laporan kerja departemen, tapi suatu kerja "hubungan masyarakat" - yang dengan sendirinya harus peka terhadap apa yang diinginkan masyarakat. Sayang, bahwa kata itu sendiri, terutama setelah diakronimkan jadi "humas", kehilangan makna. Kepekaan lebih banyak tertuju ke atas. Barangkali itu juga salah satu gejala birokratisasi pengertian-pengertian kita. Barangkali ini pula yang tercermin ketika kita mendengar siaran berita di radio dan televisi: berita-berita itu lebih dikelompokkan menurut departemen atau bidang di pemerintahan, ketimbang menurut daya tarik potensialnya bagi pendengar. Dan dengan poster, spanduk, foto-foto yang terpampang di beberapa tempat itu: siapakah yang hendak disentuh hatinya? Khalayak ramai? Atau siapa? Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

2 hari lalu

Perwakilan dari tiga ratus guru besar, akademisi dan masyarakat sipil, Sulistyowari Iriani (kanan) dan Ubedilah Badrun memberikan keterangan pers saat menyampaikan berkas Amicus Curiae terkait kasus Perkara Nomor 1/PHPU.PRES/XXII/2024 dan Perkara Nomor 2/PHPU.PRES/XXII/2024 perihal Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 kepada Mahkamah Konstitusi (MK) di Gedung 2 MK, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Subekti
MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.


Nostalgia Lewat Pameran Naruto di Singapura Mulai 28 Maret, Ada Apa Saja?

32 hari lalu

Cuplikan video Naruto dalam rangka perayaan ulang tahun ke-20 pada Senin, 3 Oktober 2022. Foto: YouTube Studio Pierrot.
Nostalgia Lewat Pameran Naruto di Singapura Mulai 28 Maret, Ada Apa Saja?

Dari tanggal 28 Maret hingga 30 Juni 2024, pengunjung dapat menyaksikan memoar perjalanan Naruto, salah satu serial manga terlaris sepanjang masa


Pameran China Homelife Berakhir, Sejumlah Perusahaan Tiongkok Diklaim Akan Berinvestasi

36 hari lalu

Ruko-ruko yang menampilkan produk di sektor bangunan, elektronik, kebutuhan rumah tangga dan furniture. Pameran berada di JIExpo, Jakarta sejak 13 Maret 2024, berakhir pada Sabtu, 16 Maret 2024. Tempo/Aisyah Amira Wakang.
Pameran China Homelife Berakhir, Sejumlah Perusahaan Tiongkok Diklaim Akan Berinvestasi

Sebanyak 400 produsen dari Tiongkok serta lokal mengikuti China Homelife. Sejumlah perusahaan Tiongkok diklaim akan berinvestasi di Indonesia.


Artefak Rasulullah Dipamerkan di Batam, Mulai dari Cambuk hingga Tapak Kaki

38 hari lalu

Cambuk peninggalan Nabi Muhammad SAW yang digunakan saat berkuda salah satu artefak yang ditampilkan dalam acara BISPO 2024 di Dang Anom Kota Batam, dari 15-17 Maret 2024. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
Artefak Rasulullah Dipamerkan di Batam, Mulai dari Cambuk hingga Tapak Kaki

Pameran benda peninggalan Rasulullah ini pertama kali diselenggarakan di Kota Batam, berlangsung hanya tiga hari.


Pameran Produk Bangunan Hingga Mebel di JIExpo, Banyak Produk Tiongkok

41 hari lalu

Ruko-ruko yang menampilkan produk di sektor bangunan, elektronik, kebutuhan rumah tangga dan furniture. Pameran berada di JIExpo, Jakarta sejak 13 Maret 2024, berakhir pada Sabtu, 16 Maret 2024. Tempo/Aisyah Amira Wakang.
Pameran Produk Bangunan Hingga Mebel di JIExpo, Banyak Produk Tiongkok

Pameran dagang internasional digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta sejak Rabu, 13 Maret 2024 hingga Sabtu, 16 Maret 2024.


Pameran Dagang Pembangunan dan Dekorasi Skala Internasional Dibuka Hari Ini

41 hari lalu

Wakil Direktur Departemen Perdagangan, Provinsi Guangdong, Tiongkok, Shuang Dehui (nomor 5 dari kiri) membuka pameran dagang berskala internasional di JIExpo, Jakarta pada Rabu, 13 Maret 2024. Tempo/Aisyah Amira Wakang.
Pameran Dagang Pembangunan dan Dekorasi Skala Internasional Dibuka Hari Ini

Pameran Building and Decoration Expo (BD Expo), Appliances and Electronic Show (AES), serta China Homelife Indonesia digelar di JIExpo, Jakarta pada Rabu, 13 Maret 2024.


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

43 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


Galeri Orbital Dago Bandung Gelar Pameran Menggambar Langsung Ten Portraits

45 hari lalu

Proses menggambar Krishnamurti Suparka di Galeri Orbital Dago. (Tim.Dokumentasi).
Galeri Orbital Dago Bandung Gelar Pameran Menggambar Langsung Ten Portraits

Galeri Orbital Dago Bandung menggelar pameran karya yang menempatkan seniman menggambar langsung di lokasi.


Produk Mebel dan Dekorasi Rumah dari Indonesia Hadir di Pameran Art of Living 2024 di Lebanon

46 hari lalu

Pekerja menyelesaikan pembuatan mebel di kawasan Klender, Jakarta, Senin, 8 Januari 2024. Anjloknya ekspor disebabkan kondisi geopolitik dan inflasi besar di negara tujuan ekspor.  Tempo/Tony Hartawan
Produk Mebel dan Dekorasi Rumah dari Indonesia Hadir di Pameran Art of Living 2024 di Lebanon

KBRI Beirut berpartisipasi dalam pameran Art of Living 2024 yang bekerja sama dengan perusahaan dari Indonesia.


PUPR Teken Kontrak Rp 2,09 Triliun Beli Produk RI untuk IKN

47 hari lalu

Beginilah penampakan Ibu kota Nusantara di Indonesia nantinya bila semua pembangunan sudah selesai. (Foto: IKN)
PUPR Teken Kontrak Rp 2,09 Triliun Beli Produk RI untuk IKN

Kementerian PUPR menandatangani kontrak senilai Rp 2,09 triliun untuk membeli produk dalam negeri selama pameran Business Matching 2024.