Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ekstrem

Oleh

image-gnews
Iklan
ADA sebuah kisah tentang Umar dan orang-orang Mesir yang tak puas. Pada suatu hari, demikian menurut sebuah riwayat, datanglah sejumlah orang Mesir untuk menghadap Sang Khalifah. Mereka agaknya melihat ada di dalam masyarakat waktu itu hal-hal yang belum sesuai dengan ajaran Quran. "Kami melihat," demikian disampaikanlah kritik mereka, "beberapa perintah dalam Kitab Allah, yang seharusnya dikerjakan, tidak dikerjakan." Mendengar hal ini, Umar pun meminta agar mereka berkumpul. Ia bertanya adakah para tamunya itu membaca Quran secara keseluruhan. Mereka pun menjawab, "ya." Maka, Umar pun bertanya lagi kepada mereka, "Adakah kamu menyesuaikan perbuatanmu dengan Kitab Allah secara keseluruhan, dalam dirimu, anggota badanmu, perkataan-perkataanmu, tindakan-tindakanmu, gerak dan diammu?" Dengan serentak, orang-orang Mesir itu pun menjawab, "Demi Allah, tidak!" Mendengar ini, Umar pun berkata, "Amboil Adakah kamu akan membebankan kepada Umar, agar menegakkan hidup rakyat secara keseluruhan sesuai sepenuhnya dengan Kitab Allah? Tuhan kita telah mengetahui bahwa akan terjadi pada kita beberapa keburukan." Kata-kata sahabat Nabi - seorang yang terkenal bersih dan adil itu - tampaknya bisa bergaung kembali di abad ke-20. Ia mengucapkan suatu kearifan tentang batas-batas manusia. Tak heran bila kisah itu dikutip oleh Yusuf Qardhawi dalam Islam "Ekstrem": Analisis dan Pemecahannya, terjemahan dari As-Shahwah Al-lslamiyah Bainal-Juhud wat-Tatharruf, yang tahun ini diterbitkan Penerbit Mizan, Bandung. Salah satu pokok yang hendak disampaikan Qardhawi ialah agar para pembacanya - terutama para pemuda - "memilih sikap moderat". Artinya, menjauhkan "sikap melampaui batas dalam agama", hingga mempersulit orang kebanyakan. Qardhawi mengutip Quran: "Allah tidak hendak menyulitkan kamu". Tuhan memang tak hendak menyulitkan kita, tapi manusia kadang bisa aneh. Ia tak jarang ingin menjangkau justru hal yang hampir mustahil. Ia akan bersungguh-sungguh mendaki ke arah pucuk Himalaya doktrin dan akidah, berkobar-kobar dalam sebuah supermaraton ketaatan. Justru karena ia berada dalam status yang tak sempurna, manusia tampaknya begitu mudah terdera untuk menggapai yang paling sempurna. Kita memang butuh prestasi. Kita, tak jarang, butuh promosi. Atau mungkin juga tepuk tangan, yang diam-diam kita berikan kepada diri kita sendiri. Saya selalu ingat akan tokoh Bapa Sergius dalam sebuah cerita Leo Tolstoi yang termasyhur: kisah seorang yang, tatkala muda, ingin melaksanakan kesetiaan yang paling sempurna kepada Tsar, dan, sewaktu tua, ingin menjadi rahib yang paling sempurna bagi Tuhan. Pada akhirnya yang terjadi ialah pemujaan kepada dirinya. Segera setelah pengagung-agungan itu: korupsi. Bapa Sergius akhirnya meniduri seorang gadis dusun yang mengidamkan benihnya. Parabel ini disudahi dengan sang rahib merendahkan diri kembali jadi seorang hamba Tuhan yang tak dikenal. Namun, bila Sergius repot dengan dirinya sendiri, sebagian orang lebih repot dengan peri laku orang-orang lain. Seorang yang merasa berhasil mencapai ajaran yang sempurna terkadang punya niat yang baik untuk mengubah masyarakat di sekitarnya jadi sesuatu yang mengikuti dirinya. Ia bisa cukup sabar dan mencobakan suatu transformasi yang perlahan-lahan. Tapi ia bisa juga jadi tak sabar. Kedua sikap itu bisa berbeda dalam cara, tapi punya kemungkinan yang sama untuk alpa akan satu kenyataan yang telah dikatakan Umar, "Tuhan kita telah mengetahui bahwa akan terjadi pada kita beberapa keburukan." Utopianisme, yang mencita-citakan terciptanya kesempurnaan di bumi, sebenarnya ganjil bagi semangat agama-agama. Tapi abad ke-20 menawarkan banyak godaan untuk itu. Di abad ini orang makin peka pada penderitaan dalam diri dan sekitarnya, tapi di abad ini juga pikiran, organisasi, teknologi, dan kekuatan politik seakan-akan bisa menciptakan kesempatan yang tak terbatas. Tak heran bila di abad ini juga orang makin memaklumkan ingin mengubah dunia - seraya menciptakan, dalam pelbagai versinya, "manusia baru". Untuk itulah ikhtiar dikerahkan, agar sikap dan pikiran bisa dipermak. Propaganda dibikin, penataran diselenggarakan, indoktrinasi didesak-desakkan, kadang dengan rayuan, kadang dengan teror. Kontrol dan pengawasan diperketat, dan apa yang disebut "totaliterisme" lahir. Ambisinya: mengontrol pikiran, ingatan, bahkan perasaan, orang-orang di suatu masyarakat secara penuh. Tapi kian lama kita kian tahu bahwa ambisi itu tak akan pernah terpenuhi. Manusia baru tak kunjung keluar dari rekayasa besar itu. Masyarakat yang tanpa cacat tak kunjung jadi. Keburukan tetap mampir pada kita. Pelbagai proyek utopia gagal - meskipun kebanyakan tak diumumkan oleh para pendukungnya. Dan itulah yang mencemaskan. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

17 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

22 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

22 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

48 hari lalu

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

48 hari lalu

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

55 hari lalu

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.


Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

12 November 2023

Budayawan Goenawan Mohamad hadiri pembukaan pameran 25 Tahun Reformas!h In Absentia di Yayasan Riset Visual mataWaktu, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2023. Pameran yang menampilkan kumpulan foto arsip, seni instalasi dan grafis tersebut digelar dalam rangka merefleksikan seperempat abad gerakan reformasi di Indonesia, pameran berlangsung hingga 17 Juni mendatang. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

Goenawan Mohamad menyebut pilpres mendatang berlangsung dalam situasi mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar.