Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kota

Oleh

image-gnews
Iklan
SAYA punya teman yang seperti teman Anda: ia hidup di kota ini, mencari nafkah di kota ini, dan ia memaki kota ini. Dengan bersemangat. Pada suatu malam saya bertemu dengannya di luar sebuah restoran di Pecenongan. Ia tampak kenyang, tapi bersungut-sungut. "Jakarta," semburnya, "ini rantau tanpa induk semang." Lalu dengan kalem ia pergi ke pojok yang agak gelap sebentar, merapat ke sebuah tembok jalan, membuka resliting celananya, kencing. Ketika ia kembali, dipegangnya pundak saya. "Ingat," katanya, seraya mendekatkan kumisnya yang berkilat ke muka saya, "kita orang asing di sini. Kita pesinggah. Kita perdagangkan ke kota Ini segalanya: barang, badan, juga budi pekerti, lalu kita kepingin pulang. Ia pun pulang - ke rumahnya di Matraman. Bagi orang seperti dia (dan mungkin juga saya). "Pulang" memang mengandung dua arti. Orang itu balik ke rumah yang ia diami di Jakarta, atau ia naik sepur dan kembali ke udik, seperti yang dilakukan ratusan ribu manusia di sekitar Lebaran. Bagaimana ia bisa merasa diri sebagai "orang Jakarta"? Bagaimana ia bisa merasa sayang akan taman-taman kota Ini, pepohonannya, kaki limanya, bangunan-bangunan, bahkan pengkolan-pengkolannya? Saya tidak tahu. Baginya Jakarta seperti kehilangan suatu simpul, juga lambang. bersama yang hidup - simpul bagi orang yang di Menteng ataupun di Mester, di Kota ataupun di Kampung Melayu. Jakarta menyajikan banyak hal, tapi adakah sesuatu yang membikin dia unik, berharga untuk dipertahankan, diteruskan? Teman saya itu (yang mungkin seperti teman Anda juga) menggeleng, "Tidak ada." Tapi tiap pagi ia terus saja menggali, mencari sejumlah suap nasi di kota ini. Ia memang jenis orang yang - seperti kita juga - menyimpan kepusingan seorang yang belum berlabuh: seseorang yang tak cukup mencintai tempat asal, tapi juga gagal menambatkan hati ke tempatnya yang baru. Jakarta toh hanya menadahi kita, tak membentuk. Sebaliknya, kita cuma mengakomodasikan tuntutan-tuntutannya, tapi tak mengasimilasikan diri. Ada seorang ahli yang mengatakan, di kota seperti ini kita tak hanya menyaksikan proses urbanisasi. Kita juga menghadapi proses "ruralisasi": suatu arus manusia dan cara hidup yang masuk ke dalam kota, tapi malah membikin kota itu seperti udik - dengan jumlah kelahiran dan kematian bayinya, dengan takhayul dan ketidakbebasannya. Tapi apa daya sebuah kota di Dunia Ketiga pada abad ke-20? Benteng gaya Amsterdam yang didirikan Jan Pieterzoon Coen telah kalah. Dan ia bukan dikalahkan oleh pasukan Mataram. Ia kalah oleh sesuatu yang lain, yang lebih kuat: ia terdesak oleh kenyataan, bahwa sebuah kota di Indonesia tak bisa mandiri. Ia dikelilingi, dan akhirnya dikelola, oleh kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik di sekitarnya. Ia tak bisa jadi arena yang punya ciri dan semangat yang khas - suatu watak yang dalam sejarah, khususnya dii Eropa, telah menyebabkan kota jadi sumber kebebasan, penggerak kemajuan. Tapi Eropa memang lain. Di sana kota-kota hadir dan kukuh sebelum negara teritorial tumbuh dan jadi. Di dalam lingkungan yang kurang lebih eksklusif itu, orang-orang kota mengatur hidup mereka sendiri. Di situ mereka bebas dari jangkauan penguasa feodal, yang hidup di kastil-kastil nun jauh di pedalaman. Bahkan para petani, yang sempat lari dari kehidupan setengah budak di ladang-ladang, bisa jadi orang merdeka begitu ia melintasi gerbang kota dan tercatat jadi warga. Kisah kota memang bisa bercerita banyak hal. "Kota-kota, seperti halnya mimpi, terjadi karena hasrat dan ketakutan," kata tokoh Marco Polo kepada Kublai Khan dalam salah satu kisah ajaib Italo Calvino. Saya lalu ingat teman saya kembali: hasratnya mungkin hasrat yang lain, ketakutannya mungkin ketakutan lain, sehingga ia tak merasa ikut menjadikan Jakarta. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pemerintah Dorong Pertumbuhan Perkotaan Berkelanjutan

16 Desember 2023

Pemerintah Dorong Pertumbuhan Perkotaan Berkelanjutan

RDTR bukan hanya sebagai alat perencanaan, tetapi juga sebagai wahana inovasi yang juga mempertimbangkan beberapa isu global yang dihadapi


Pakar Tata Kota Sebut Tata Ruang Jakarta Jadi Pemicu Banjir

27 Oktober 2022

Warga berjalan melintasi banjir di permukiman penduduk kawasan Rawajati, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022. BPBD DKI Jakarta pada Senin pukul 06.00 WIB mencatat sebanyak 53 RT di DKI Jakarta terendam banjir akibat luapan Sungai Ciliwung. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Pakar Tata Kota Sebut Tata Ruang Jakarta Jadi Pemicu Banjir

Nirwono Joga menyebut banjir Jakarta adalah konsekuensi logis.


Hormat kepada Dosen yang Ubah Cara Pandangnya, Ridwan Kamil Kirim Batik dan Foto

28 Agustus 2021

Allan Jacobs, dosen Ridwan Kamil
Hormat kepada Dosen yang Ubah Cara Pandangnya, Ridwan Kamil Kirim Batik dan Foto

Ridwan Kamil mengenalkan dosen pembimbingnya saat mengambil magister di Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat.


Fakta-fakta DKI Dinobatkan Sebagai Kota dengan Tata Ruang Kota Terburuk di Dunia

25 Agustus 2021

Sejumlah anak bermain di Sungai Ciliwung, Jakarta, Selasa, 24 Agustus 2021. ANTARA/Galih Pradipta
Fakta-fakta DKI Dinobatkan Sebagai Kota dengan Tata Ruang Kota Terburuk di Dunia

Jakarta mendapat peringkat pertama kota dengan desain perencanaan tata ruang kota terburuk di dunia. Apa kata DPRD DKI dan pakar?


Efisiensikan Perencanaan Kota, Bank Dunia Beri Sejumlah Saran Ini

9 November 2019

Peta Dasar Pertanahan dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Efisiensikan Perencanaan Kota, Bank Dunia Beri Sejumlah Saran Ini

"Saya menyarankan investasi dan perencanaan harus tersinkronisasi," ujar Senior Urban Development Specialist dari Bank Dunia, Gayatri Singh.


IMB Akan Dihapus, Begini Dampaknya ke Penataan Ruang Kota

24 September 2019

Pembangunan gedung bertingkat di kawasan Sudirman, Jakarta, 18 Maret 2016. TEMPO/Tony Hartawan
IMB Akan Dihapus, Begini Dampaknya ke Penataan Ruang Kota

Pemerintah sebaiknya berfokus untuk membenahi proses pengurusan IMB, bukan malah menghapuskannya.


Perkiraan Cuaca BMKG: Hujan dan Petir Akan Melanda Jakarta

10 Desember 2018

Ilustrasi hujan di Jakarta. TEMPO/Frannoto
Perkiraan Cuaca BMKG: Hujan dan Petir Akan Melanda Jakarta

BMKG membuat perkiraan cuaca dimana hujan disertai petir dan angin kencang akan melanda Jakarta.


Korban Crane Ambruk di Kemayoran Jadi Pengungsi Sementara

7 Desember 2018

Sebuah crane ambruk menimpa rumah di Jalan Gelindra RT 01 RW 08, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis, 6 Desember 2018. Rumah korban, Husin, 56 tahun, hancur. Husin dan tiga anggota keluarganya mengalami luka-luka. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Korban Crane Ambruk di Kemayoran Jadi Pengungsi Sementara

Operator crane ambruk menyewa sebuah rumah untuk ditempati keluarga Husin yang rumahnya rusak tertimpa crane.


Anies Baswedan Buat Aturan Baru, Tim Pembebasan Lahan Dapat Honor

5 Desember 2018

Pembebasan salah satu lahan sengketa oleh Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno beserta pemilik lahan, Mahesh, di area proyek pembangunan Stasiun MRT Fatmawati, Jakarta Selatan. 20 Oktober 2017. Tempo/Zara
Anies Baswedan Buat Aturan Baru, Tim Pembebasan Lahan Dapat Honor

Pergub 127 yang diteken Gubernur Anies Baswedan diharapkan mampu mempercepat program pembebasan lahan yang selama ini tersendat.


Bos Sarana Jaya Ingin Sulap Tanah Abang Seperti SCBD 8 Tahun Lagi

23 Oktober 2018

Suasana pembangunan proyek Jembatan Penyeberangan Multiguna atau Skybridge Tanah Abang di Jakarta, Ahad, 14 Oktober 2018. PD Pembangunan Sarana Jaya akan mulai mengfungsikan Skybridge Tanah Abang pada esok hari, Senin, 15 Oktober 2018. ANTARA/Reno Esnir
Bos Sarana Jaya Ingin Sulap Tanah Abang Seperti SCBD 8 Tahun Lagi

Desain penataan Tanah Abang menjadi seperti kawasan SCBD Jakarta, masih digarap dan ditargetkan selesai tahun ini