Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Goyang

Oleh

image-gnews
Iklan
PADA suatu hari di kampung saya dulu, seorang tetangga memperkenalkan sesuatu yang baru ke sekitar: orkes gambus. Ia, yang lebih berada dari yang lain-lain, punya hajat. Penyunatan anak sulungnya hendak ia rayakan secara istimewa. Orkes itu pun didatangkannya dari kota. Pukul 20.00 musik berbunyi. Pengeras suara (juga sesuatu yang baru) seakan memaklumkan kehadiran para pemain dan penyanyi yang 11 orang itu. lampu listrik dipasang terang di beranda yang empunya hajat. Dan orang desa pun - kebanyakan petani dan nelayan berbaju kasar cokelat gelap - datang berbondong. Orkes gambus itu memang suatu sensasi tersendiri. Selama ini orang kampung kami umumnya menggemari ketoprak, sandiwara Jawa dengan lakon dongeng atau kisah sejarah. Bahkan mereka sempat membentuk grup ketoprak amatir sendiri. Dengan itu mereka naik ke pentas kayu yang cara darurat didirikan di dekat sungai atau di lapangan rumput bekas pabrik gula abad ke- 19. Dan bila tak ada ketoprak dan tak ada wayang, mereka pun nonton rombongan doger yang datang - dengan segala follow-up-nya, termasuk membawa seorang doger kesemak-semak yang gelap untuk beberapa rupiah ciuman. Waktu itu saya masih di kelas VI sekolah dasar. Ketika saya menyelinap di antara jubelan penonton orkes gambus itu, saya terkesima oleh dua hal. Yang pertama adalah bahwa para penyanyinya menggerak-gerakkan seluruh tubuh mereka, seperti pohon-pohon didera angin. Yang kedua adalah bahwa di antara penyanyi itu ternyata ada teman saya sekelas, Rajak. Esok harinya di kelas saya tanyai Rajak. "Kenapa tubuhmu dan yang lain-lain bergoyang-goyang waktu nyanyi gambus?". Rajak, yang jauh lebih tua dari saya, dan anak perlente, tersenyum kecut. "Supaya jangan ketahuan kami gemetaran," jawabnya. Saya pikir, dia bohong. Tak berapa lama sesudah Rajak dkk. bergoyang-goyang, orkes gambus dan orkes Melayu dan film India dan lagu India secara cepat memulut ribuan orang. Di RRI Studio Jakarta, Abdul Harris menyanyi dengan suara bariton sebuah lagu yang tak ketahuan asal usulnya, Awarahum. Sebuah lagu lagi kemudian tetap populer 30 tahun kemudian, Larilah Hai Kudaku. Maka, satu tipe musik baru yang kemudian disebut "dangdut" pun lahirlah di Republik Indonesia. Di kota kecil kami sendiri, sementara itu, bioskop baru dibangun. Orang tak lagi menonton, berulang kali, Captain America yang bisu di bangunan yang dindingnya seng tua. Kini yang didatangi adalah sesuatu yang lebih gemerlapan dan sekaligus cocok dengan dongeng tentang raja dan pangeran: film India. Sejumlah orang Bombay tertentu pun disebut hangat di rumah-rumah: Shakila yang cantik, Mahipal yang berkumis, dan Raj Kapoor yang oleh tukang becak dan murid sekolah disebut sebagai "Rai Kapur". Bahasa Hindi pun masuk ke kosa kata kedai kopi: nehi berarti "tidak" dan sukriya berarti "matur nuwun". Agaknya ada sesuatu yang khas hingga itulah yang terjadi. Mungkin ada afinitas, ada persamaan ataupun kecocokan antara jutaan orang di Indonesia dan jutaan orang di Asia Selatan sana. Pada tahun 1966 saya berada di kampus sebuah universitas di Norwegia. Saya berkenalan dengan seorang insinyur listrik dari Pakistan, yang entah kenapa bernama Ali Khan. Suatu hari, sehabis mencoba bermain tenis secara ngawur dengan dua cewek Skandinavia, Ali Khan saya dengar bernyanyi-nyanyi kecil. Segera saya kenali: lagu dangdut. "Dari mana kau belajar lagu itu?" tanya saya. "Dari film India, waktu saya tinggal di Turki," jawabnya sembari menghapus keringat. Lalu Ali Khan pun meneruskan nyanyiannya: ... dunyia ... dunyia .... Pakistan, India, Turki, Indoncsia .... Kenapa justru dangdut? Saya tidak tahu. Tapi seorang teman punya teori. Ia konon sudah bikin studi atas pelbagai musik yang terutama menggunakan alat gesek, suling, dan gendang. Dalam musik-musik itu, katanya, yang dominan adalah elaborasi atas melodi, bukan kerapian harmoni. Dan bagi orang Indonesia, itu adalah semacam pembebasan: tatkala soal harmoni jadi soal yang kritis dalam kehidupan sosial, melodi yang berhanyut-hanyut bisa membuka gerbang jiwa yang lain. Lalu orang pun berjoget atau, seperti Rajak, teman saya dulu, bergoyang. Tentu saja, sebagaimana teori-teori lain, teori kawan itu sukar dipahami. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


WhatsApp Kembangkan Fitur Kelola Jadwal, Tidak Ada Lagi Alasan Lupa

1 menit lalu

Untuk mengunci percakapan pribadi dan bersifat rahasia, Anda bisa menggunakan fitur chat lock WhatsApp. Berikut manfaat dan cara menggunakannya. Foto: Canva
WhatsApp Kembangkan Fitur Kelola Jadwal, Tidak Ada Lagi Alasan Lupa

Fitur terbaru WhatsApp memudahkan pengguna untuk mengatur pengingat jadwal via grup.


Ponsel Jadul Xiaomi Akan Mendapat Pembaruan HyperOS, Ini Daftar Peningkatannya?

2 menit lalu

Xiaomi 13T varian warna Alpine Blue. TEMPO/Maria Fransisca Lahur
Ponsel Jadul Xiaomi Akan Mendapat Pembaruan HyperOS, Ini Daftar Peningkatannya?

Xiaomi bakal melakukan pembaruan HyperOS ke smartphone seri jadulnya, Mi 10. Pembaruan sistem operasi dilakukan secara bertahap ke semua serinya.


KPK Siap Hadapi Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

5 menit lalu

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali melakukan orasi di parkir selatan Ponpes Bumi Sholawat, Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis 1 Februari 2024. ANTARA FOTO/Umarul Faruq
KPK Siap Hadapi Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali atau Gus Muhdlor akan mengajukan praperadilan atas penetapannya sebagai tersangka oleh KPK.


Berita Catur: Pertamina Indonesia Tournament 2024 Pekan Ini Diikuti 12 GM dan 12 IM dari 8 Negara

6 menit lalu

Dewan Pembina Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) Eka Putra Wirya (dua dari kanan) saat konferensi pers jelang Pertamina GM Tournament 2024 yang berlangsung di Arotel Gelora Senayan, Jakarta, Senin, 22 April 2024. Foto: PB Humas Percasi
Berita Catur: Pertamina Indonesia Tournament 2024 Pekan Ini Diikuti 12 GM dan 12 IM dari 8 Negara

PB Percasi selenggarakan Pertamina Indonesian GM Tournament 2024, pekan ini. Kejuaraan internasional catur ini diikuti 12 GM dan 12 IM dari 8 Negara.


Apindo Sebut Keputusan MK dalam Sengketa Pilpres Berdampak Positif bagi Investasi dan Dunia Usaha

10 menit lalu

Foto presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024 - 2029 di jual di lapak penjual bingkai foto di Pasar Baru, Jakarta, Selasa 23 April 2024. Pasangan Prabowo - Gibran resmi keluar sebagai pemenang Pilpres 2024 setalah dalam sidang putusan PHPU Pilpres 2024 Mahkamah Konstitusi menolak semua permohonan sengketa pemilu yang diajukan oleh pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar dan pasangan Ganjar Pranowo - Mahfud MD. TEMPO/Subekti
Apindo Sebut Keputusan MK dalam Sengketa Pilpres Berdampak Positif bagi Investasi dan Dunia Usaha

Asosiasi Pangusaha Indonesia atau Apindo merespons soal keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh gugatan dalam sengketa Pilpres.


Pembunuhan Wanita Hamil di Kelapa Gading Terungkap, Polisi Tangkap Pacarnya yang Kabur ke Lampung

12 menit lalu

Agustami (27 tahun), tersangka pembunuhan wanita hamil di Kelapa Gading, meminta maaf dan berbela sungkawa atas kematian korban, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Advist Khoirunikmah.
Pembunuhan Wanita Hamil di Kelapa Gading Terungkap, Polisi Tangkap Pacarnya yang Kabur ke Lampung

Tersangka pembunuhan wanita hamil 4 bulan itu dikenakan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.


Putusan Mahkamah Konstitusi di Sengketa Pilpres Tidak Bulat

20 menit lalu

Putusan Mahkamah Konstitusi di Sengketa Pilpres Tidak Bulat

Mahkamah Konstitusi menolak semua gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud dalam sengketa pilpres. Putusan ini tidak bulat.


Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Bertemu dan Diskusi Bareng

21 menit lalu

Mantan calon presiden nomor urut 01, Anies Baswedan, ketika memberikan keterangan pers di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Defara
Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Bertemu dan Diskusi Bareng

Menurut Anies, kontestasi pemilihan presiden telah selesai dan bertukar pikiran bukanlah sesuatu yang aneh dan harus dihindari.


Ekonom Sebut Putusan MK Jadi Preseden Buruk yang Wajarkan Politisasi Bansos

25 menit lalu

Film Dirty Vote membongkar politik gentong babi yang dilakukan oleh Presiden Jokowi, Ahad 11 Februari 2024.
Ekonom Sebut Putusan MK Jadi Preseden Buruk yang Wajarkan Politisasi Bansos

Putusan MK yang menolak gugatan hasil Pilpres disebut akan menyuburkan politisasi Bansos buat elektoral Pemilu.


Soal Peluang Anies Maju Pilkada Jakarta, Presiden PKS: Beliau Sudah Jadi Tokoh Nasional

28 menit lalu

(Dari kiri) Mantan calon presiden nomor urut 01 Anies Baswedan bersama Presiden PKS Ahmad Syaikhu, mantan calon wakil presiden Muhaimin Iskandar, dan Sekjen PKS Aboe Bakar Al Habsyi ketika memberikan keterangan pers di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Defara
Soal Peluang Anies Maju Pilkada Jakarta, Presiden PKS: Beliau Sudah Jadi Tokoh Nasional

Presiden PKS Ahmad Syaikhu mengatakan Anies Baswedan saat ini sudah menjadi tokoh nasional.