Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Shen Te

Oleh

image-gnews
Iklan
TIGA dewa turun ke bumi untuk membuktikan benarkah sudah tak ada lagi manusia yang baik budi. Di Setzuan, mereka menemukan Shen Te, seorang wanita lacur. Ia satu-satunya orang yang bersedia menerima mereka menginap. Lalu mulailah kisah Wanita Baik Budi dari Setzan, lakon Bertolt Brecht yang terkenal itu, yang beberapa tahun silam pernah dipentaskan Teater Populer, dan kini agaknya layak dikenang lagi. Shen Te, pelacur itu, memang hati yang penolong. Ketika dia tiba-tiba jadi kaya (setelah para dewa yang menginap akhirnya membayar sewa kamar), la tak henti-hentinya mencoba menyelamatkan tetangga dan sanak saudaranya yang dilindas kemiskinan. Yang tak ia perhitungkan ialah bahwa orang-orang itu, scbaik mereka menerima pangkalan bertaut, jadi kemaruk dan serakah. Mereka merongrong. Tempat berteduh itu pun terancam bangkrut. Tak tahan, Shen Te pun menghilang. Ternyata ia kembali: menyamar sebagai seorang pria, dengan nama Shui Ta. Ia mengambil alih toko tembakau yang semula dipakal Shen Te untuk menampung orang-orang malang itu. Dari sinilah kisah Brecht secara menarik menunjukkan ambiguitas sikap Shen Te yang juga Shui Ta: sosok barunya itu datang dengan rasa jera. Ia tak lagi si pemurah yang lembut hati. Shui Ta kejam, dingin, dan pandai menginjak orang lain. Dunia pun, seakan-akan, tak tertolong lagi. Seorang wanita berbudi telah hilang. Dewa-dewa mencarinya kembali. Akhirnya, ketika Shui Ta harus diadili karena kesewenang-wenangannya, para dewa mendapatkan sesuatu yang mengejutkan: Shui Ta tak lain adalah Shen Te. Pengusaha yang keras itu mengakui identitasnya yang sebenarnya. Harus dihukumkah Shen Te yang juga Shui Ta? Para dewa hanya bengong, gugup, tak tahu apa mesti dibuat. Apalagi ketika Shen Te, dengan hati yang pedih dan putus asa, berkata: Perintah paduka agar berbuat baik tapi juga hidup terus adalah halilintar, yang membelah diri. Aku tak tahu bagaimana. Namun berbuat baik kepada orang lain dan kepada diriku sendiri sekaligus, tak dapat aku lakukan. Dunia yang diciptakan para dewa itu, seperti kata Shen Te, memang bukan dunia yang mudah. Seperti dialami Shen Te sendiri, saat ia mengulurkan tangan bagi para pengemis, tangan itu ternyata dirobek-robek. Dan karena itu bila tak makan berarti mati siapa dapat menolak untuk tak jadi jahat? Akhirnya, memang tak seorang pun menolong Shen Te dari dilema itu. Para dewa meninggalkannya. Petuah mereka tak jelas lagi. Bagi mereka, sudah cukup bahwa telah ditemukan seorang wanita baik. Artinya, dunia tak perlu diubah. Dewa-dewa tak hendak berurusan lagi dengan kenyataan, bahwa wanita baik dari Setzuan itu tertinggal di bumi yang suram, yang membingungkan dan sulit. Tapi memang apa daya Shen Te? Dia mungkin bisa membaca sejarah. Konon, dulu, pada aman manusia hidup dari berburu, apa yang kejam tak dikutuk sebagai kejam, dan yang baik punya ukuran yang lain. "Mungkin tiap kebejatan dulunya adalah suatu kebajikan," tulis Will Durant dalam The Lessons of History, setelah ia selesai menyusun 11 jilid tebal buku riwayat peradaban. Khususnya, suatu kualitas yang membuat individu, keluarga, atau kelompok bisa hidup terus. "Dosa manusia," tulis Durant lagi, "mungkin lebih merupakan peninggalan kebangkitannya ketimbang cacat yang timbul karena kejatuhannya." Tapi bukankah Shen Te menderita, justru karena sejarah tak bisa menetralisir hati nurani yang terluka di hari ini? Bukankah Shen Te punya tangis ketika orang lain jatuh, dan dunia membutuhkan harap? Brecht tak memberi jawab. Ia malah bertanya: Dapatkah orang diubah? Bisakah dunia diganti? Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

4 hari lalu

Perwakilan dari tiga ratus guru besar, akademisi dan masyarakat sipil, Sulistyowari Iriani (kanan) dan Ubedilah Badrun memberikan keterangan pers saat menyampaikan berkas Amicus Curiae terkait kasus Perkara Nomor 1/PHPU.PRES/XXII/2024 dan Perkara Nomor 2/PHPU.PRES/XXII/2024 perihal Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 kepada Mahkamah Konstitusi (MK) di Gedung 2 MK, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Subekti
MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

45 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

50 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

50 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.