Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Broer

Oleh

image-gnews
Iklan
MEREKA memanggilnya "Broer". Nama lengkapnya: F.J. Tumbelaka Ia orang Minahasa, tentu. Tapi Ia dlbesarkan di Jawa Timur. Ia ikut bertempur dalam revolusi kemerdekaan di Jawa Timur, dan kemudian bekerja sebagai orang sipil di Jawa Timur. Latar belakang ini mungkin tak istimewa. Tapi pada Tumbelaka, hal itu menyebabkan ia jadi si "Broer" pada saat yang dibutuhkan. Ia berhasil diterima oleh dua kalangan yang tengah memusuhi. Dialah, setidaknya menurut Barbara Sillars Harvey dalam bukunya Permesta, Pemberontakan Setengah Hati, yang ikut jadi pereda dua pasukan yang baku bunuh, ketika sejarah Indonesia memasuki salah satu babaknya yang sedih. Sejak akhir 1956 sampai dengan 1961, Indonesia mengalami peristiwa yang kemudian ternyata memang umum terjadi di pelbagai negeri yang baru berdiri: letusan ketidakpuasan yang nyaris meretakkan. Daerah-daerah mengaum dan menembakkan marahnya kepada pemerintah pusat. Para pemimpin politik, militer, para pembentuk opini umum, bahkan rakyat biasa menggerundel tak putus-putus. "Harapan dan semangat yang dibangkitkan dalam revolusi 1945--1949 ternyata sukar dipertahankan begitu kemerdekaan diperoleh," tulis Harvey. Bukan sesuatu yang aneh. Bung Karno pernah bilang, dengan kiasannya yang khas, bahwa kemerdekaan adalah "jembatan emas" ke arah masyarakat sempurna, yang adil yang makmur, yang tenteram, dan seterusnya. Tapi kenyataannya tak akan pernah demikian. Kemerdekaan adalah jalan licin yang panjang dan sepi, yang hanya lebih baik ketimbang rawa-rawa penjajahan. Di jalan licin dan sepi itu kita harus menentukan arah sendiri, menabrak-nabrak sendiri, dan membikin kesalahan-kesalahan kita sendiri. Kita tak bisa lagi bilang, sepenuhnya, bahwa kita korban orang lain. Mungkin karena itulah rasa kecewa timbul. Kekacauan pun terjadi. Kemudian: ket kerasan. Salah satu bentuknya ialah apa yang kemudian disebut sebagai "Pemberontakan Permesta". Pada tengah malam I Maret 1957, orangorang sipil terkemuka di Ujungpandang (waktu itu Makassar) dibangunkan dari tidur mereka oleh pasukan berseragam. Mereka diundang untuk suatu pertemuan di Gubernuran. Banyak yang dibangunkan secara agak kasar, dan tak sedikit yang ketakutan. Tapi pada pukul 3 diniharinya, barulah perkaranya jelas. Dengan cara dramatis, komandan militer tertinggi di wilayah itu Letnan Kolonel Ventje Sumual, membacakan proklamasi keadaan darurat perang di Indonesia Timur. Di dinihari itu juga dibacakan "Piagam Perjuangan Semesta Alam" yang kemudian disingkat jadi Permesta. Ada bombasmc dalam kata-kata "semesta alam" itu, ada yang teatral dalam cara memaklumkannya. Tapi mungkin semuanya mencerminkan sifat dasar penstiwa politik han ItU: suatu gertakan ke arah pemerintah di Jakarta. Sumual dan kawan-kawan menggertak agar keluhan mereka di daerah didengar. Gertakan itu pada mulanya bukan pemberontakan. Mereka hanya minta hak-hak daerah yang lebih besar untuk mengatur diri sendiri. Mereka menandaskan berkali-kali, mereka tak hendak melepaskan diri dari Republik Indonesia. Mereka bukan separatis. Mereka bahkan masih ingin meneguhkan simbol-simbol persatuan, seperti kepemimpinan "dwitunggal" Sukarno-Hatta. Mereka juga tak banyak berbeda dengan para perwira ABRI lain di kubu "sana": sama-sama antikomunis, dan sama-sama meyakini adanya tali bertaut yang satu - Pancasila. Mereka, dengan kata lain, sama-sama, berbagi mitos dengan orang-orang yang kemudian beradu senjata dengan mereka. Mungkin karena itulah - walaupun sejumlah besar korban berjatuhan kekerasan yang terbit karena Permesta relatif cukup cepat bisa berakhir. Mungkin karena itulah "Broer" Tumbelaka bisa berperan dengan mudah. Oktober 1959, si "Broer". bekas tentara senior itu, menghubungi Kolonel Surachman, panglima Divisi Brawijaya. Ia menawarkan diri untuk mencoba mencapai suatu penyelesaian dengan para pemberontak Permesta. Akhirnya idenya disetujui. Awal 1960, Tumbelaka berangkat ke Manado. Ia mengontak Mayor Somba, orang Tomohon kelahiran Jawa Tengah yang merupakan tokoh pemberontak dengan pasukan terkuat dan juga teman lama si "Broer". Sepucuk suratnya yang ia sampaikan lewat kurir bermula dengan kalimat: "Saya datang kemari bukan karena paksaan orang . . . " Demikianlah kontak demi kontak berlangsung, dan Tumbelaka kaget sendiri menyaksikan betapa mgmnya orang seperti Somba menyelesaikan persengketaan. Orang bisa bilang, semua ini karena Permesta sudah terpojok - dan itu benar. Tapi orang juga bisa mencatat, bahwa di sini sebuah bangsa bisa menyelamatkan badan dan jiwanya dengan ikatan-ikatan persatuan, biarpun hanya mitos. Dan ia pun bisa terus hidup bila ia tahu kapan harus menguburkan dendam. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

39 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

44 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

44 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.


Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

12 November 2023

Budayawan Goenawan Mohamad hadiri pembukaan pameran 25 Tahun Reformas!h In Absentia di Yayasan Riset Visual mataWaktu, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2023. Pameran yang menampilkan kumpulan foto arsip, seni instalasi dan grafis tersebut digelar dalam rangka merefleksikan seperempat abad gerakan reformasi di Indonesia, pameran berlangsung hingga 17 Juni mendatang. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

Goenawan Mohamad menyebut pilpres mendatang berlangsung dalam situasi mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar.