Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bom

Oleh

image-gnews
Iklan
TAK setiap bom bisa membunuh anak yang menangis. Tak setiap bom membinasakan batas antara yang bersalah dan tak bersalah: musuh yang layak dibenci dan seorang bapak yang cuma tengah mencari sesuap nasi. Tapi zaman berubah. Pernah ada masanya, dulu, ketika seorang panglima bahkan melarang para prajuritnya merusakkan pohon-pohon. Yang sipil, tak berdaya, dibiarkan, walaupun mereka di pihak lawan. Yang tak mengangkat senjata dilindungi. Tapi zaman berubah. Dan zaman berubah dengan cepat, dengan ganas, sedih. Di Hiroshima, sesuatu yang mengerikan, total dan tak memilih-milih, telah dijatuhkan kota itu pun luluh lantak 39 tahun-yang lalu, lengkap dengan bayi-bayinya. Selanjutnya adalah teror. Ketakutan tak punya persembunyian lagi di abad ke-20. Ada sekali masanya kita mengenal sebuah tirai - mungkin juga teori yang memisahkan kekerasan yang "adil" dan kekerasan yang "tak adil". Namun, tirai itu pun kini jebol. Tiap pembunuhan bahkan yang sewenang-wenang, seakan pandai menemukan alasan yang beradab. Tiap kesewenang-wenangan punya dalih, kadang-kadang filsafat. kadang-kadang ideoloi atau sekadar statistik. Rasa malu telah kita simpan, jauh-jauh, di kolong yang kelam. Kita hidup dengan wajah suram Stepan Fedorov. Stepan ini adalah Stepan yang diciptakan Albert Camus dalam lakon termasyhurnya tentang teroris Rusia awal abad ini, Les Justes. Sandiwara itu pernah diterjemahkan dan dipentaskan di Indonesia beberapa belas tahun yang lalu, lantas dilupakan. Ia memang cerita pentas yang tak mengesankan. Tapi saya kira kita kini lebih baik mengingatnya kembali. Setidaknya, kita mengingat Stepan. Sebab, Stepan adalah sebuah ide yang berkata dengan yakin tentang teror sebagai teror - bukan sekadar sebuah gaya lain-seorang radikal. Dengan kata lain, tak ada basa-basi. "Kita ini para pembunuh, dan kita telah memilih untuk jadi demikian," katanya kepada teman-temannya seperjuangan. Itulah sebabnya terorisme bukan permainan untuk mereka yang masih repot dengan perasaan moral serta hati nuram. La terreur ne convient pas aux delirats, titik. Maka, orang macam Stepan tak akan bergeming buat melemparkan bom ke tubuh anak-anak sekalipun, asal sang Hertog Agung yang menguasai Rusia bisa ia enyahkan. "Ya, saya memang brutal," katanya, mengakui. "Tapi bagi saya, rasa benci bukanlah sebuah maiman. Kita di sana bukan untuk mengagumi diri. Kita di sana untuk berhasil." Sudah jelas bahwa bagi Albert Camus, sang pengarang, tokoh jenis Stepan adalah tokoh yang merisaukan. Sebab, hanya dialah yang bisa mengucapkan kata bena dengan bagus, dan dengan bagus pula jadi sosok yang mencemooh Ivan Kaliayev. Kaliayev, yang selalu dipanggil Yanek, memang anak muda revolusioner yang bersemangat. Tapi dengan segala sikap patuhnya kepada "Organisasi", Yanek kadang masih menciptakan aturan sendiri. Bagi orang macam Stepan, itu suatu tanda bahwa anak muda itu ikut revolusi hanya lantaran bosan. Ia terlampau romantis. Jika pun tak ada yang disebut "hati nurani", orang macam Yanek tetap akan menyimpannya jauh di dalam. Dan memang itulah yang terjadi. Ketika Yanek petang itu harus melemparkan bom ke kereta sang Hertog Agung, ia tak jadi melakukannya. Ia melihat sesuatu yang tak diperkirakan sebelumnya: ada anak-anak di kereta itu. Dua bocah yang tak tertawa, dua keponakan kecil yang memandang kosong ke depan, dua waah yang sekilas sedih. Yanek terkesiap. "Tanganku mendadak lemah. Anggota badanku gemetar," tuturnya kemudian. Sedetik setelah itu, ia telat sudah. Sang Hertog selamat. Bersalahkah Yanek? Bagi Camus, tidak. "Kau benar," kata Yanek keoada Dora. teman seperjuangan yang juga kekasihnya, "soalnya tak begitu sederhana. Tadinya kusangka bahwa mudah untuk membunuh, bahwa ide saja cukup, dan keberanian. Tapi saya tidak sedemikian besar dan sekarang saya tahu, tak ada bahagianya kebencian itu." Meskipun demikian, dalam kisah ini, Yanek akhirnya tak melarikan diri dari tugas. Ia mati digantung, tak sebagai orang cengeng. Ia hanya tahu, betapapun kerasnya ia berbuat untuk keadilan, "manusia tak hidup hanya dengan keadilan". Dan Camus menampilkannya sebagai hero. Di tahun 1957, beberapa jam setelah menerima Hadiah Nobel, Camus sendiri bahkan seakan mengulang Kaliayev-nya, Ia bicara tentang teror yang-terjadi di jalan-jalan kota masa mudanya, Algiers. Ia tahu, kekerasan itu dilakukan para pejuang kemerdekaan Aljazair. Tapi ia juga tahu bahwa suatu saat bom blsa membunuh ibunya, yang hidup tua di sana. Maka, ia tak bisa bersikap lain: "Saya percaya kepada keadilan, tapi saya akan membela ibu saya di depan keadilan. Mungkin, yang ingin dibelanya bukanlah sebuah cita-cita abstrak, tapi seorang manusia yang benar ada dan tak berdaya. Tapi zaman berubah dan Camus ditertawakan sebagai penjaga sebuah kepentingan. Yanek telah mati. Hanya Stepan yang ketawa suram dengan tepuk tangan di kanan kiri: penghancuran, katanya, adalah sesuatu yang "tak ada batas". Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

4 hari lalu

Perwakilan dari tiga ratus guru besar, akademisi dan masyarakat sipil, Sulistyowari Iriani (kanan) dan Ubedilah Badrun memberikan keterangan pers saat menyampaikan berkas Amicus Curiae terkait kasus Perkara Nomor 1/PHPU.PRES/XXII/2024 dan Perkara Nomor 2/PHPU.PRES/XXII/2024 perihal Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 kepada Mahkamah Konstitusi (MK) di Gedung 2 MK, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Subekti
MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

45 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

50 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

50 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.