Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ron

Oleh

image-gnews
Iklan
REAGAN menang deras, dan Amerika berkilau. Berkilau, seperti gigi dan rambut sang presiden, seperti uang logam dari kas, seperti kristal lampu di rumah-rumah Beverly Hills. Amerika berkilau, seperti lantai batu pualam. Tapi di lantai pualam itu, "Tak akan ada apa-apa yang tumbuh." Itulah yang dikatakan Emerson, filosof Amerika itu, ketika ia melihat Inggris di tengah abad ke-19. Dan itu pula yang dikutip Penulis V.S. Naipaul ketika ia melihat pertemuan Partai Republik di Dallas, Texas, 1984. Semuanya licin, akas, rapi, dingin: tak ada suatu pun yang tumbuh, rumput atau kembang - dan terutama gambaran tentang dunia nyata di luar jendela. Bagi Naipaul, Amerika Serikat pada 1984 mirip Inggris pada 1847. Ia berada di atas angin: kekuatannya pulih dan ekonominya berbinar-binar. Ia tegak dengan wajah cerah oleh rasa kuasa, sumringah oleh uang, dan merona oleh keyakinan "inilah jalan yang benar. Tuhan bersama kami, juga kekayaan. Selebihnya hanya gelap. Karena itu, renungan lebih jauh tak perlu lagi. Pemikiran - yang biasanya terbit dari rasa prihatin akan nasib manusia yang berlika-liku biarlah tak berkutik. In God we trust, kata-kata ini tercetak di mata uang. Betapa tepatnya untuk zaman Ronald Reagan: "Pada Tuhan kita percaya", dan itu harus diingat siapa pun yang memegang uang dolar. Seakan-akan orang Amerika yakin betul bahwa kitab suci sudah cukup bisa menjelaskan rekening koran mereka di bank. Tuhan bagaikan sebutan lain untuk pengertian "tangan yang tak terlihat" yang, menurut Adam Smith dulu, mengatur kehidupan ekonomi dengan sendirinya - dan bisa membikin orang kaya atau miskin. Tak heran kita bila yang miskin kini dianggap tak perlu amat diurus. Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan, dari tahun 1980 sampai 1984, yakni di masa Reagan, pendapatan rata- rata mereka yang termelarat turun hampir 8%, sementara yang terkaya malah naik hampir 9%. Mencoba mengubah keadaan itu bcrarti menghujat sang "tangan yang tak terlihat". Siapa yang salah bila kamu jadi miskin di Amerika yang diberkati Allah? Bukankah itu tanda kamu kurang ikhtiar? Jangan minta tolong Negara. Itu berarti "sosialisme", dan itu berarti pengikut Marx, dan itu berarti "tak bertuhan". Dunia, bagi gembalaan yang ikut mengabarkan wasiat Amerikanisme ini, memang soal percaya atau tidak. Seperti halnya kaum Marxis gampangan (yang mereka musuhi dan memusuhi mereka), dunia ini hanya terdiri dari kaum "sini" dan kaum "sana". Sisanya hanya orang-orang yang bingung. Karena itu, jangan omong rumit. Misalnya soal defisit dan utang. Para pendukung Reagan, yang umumnya orang bisnis, bisa menjelaskan bahwa soal "defisit" dan "utang" itu soal lumrah dalam dunia usaha. Sebuah perusahaan lazim mengeluarkan uang lebih banyak, untuk investasi baru, ketimbang yang didapatnya dari hasil penjualan. Dan tak usah takut: ia selalu bisa meminjam dari bank atau menjual saham di bursa. Toh perusahaan itu, menurut neraca, tak berarti rugi. Jadi, kenapa cemas? Pandanglah Amerika sebagaimana Nancy Reagan menatap suaminya, Ron, bila sedang berpidato tentang masa depan: penuh cinta, penuh kagum, penuh keyakinan. Defisit AS sekarang toh cuma 5% dari output-nya tiap tahun. Utang nasionalnya, jika dihitung rata-rata per jiwa, toh hanya sepertiga dari utang yang pernah terjadi di tahun 1946. Maka, Tuhan pun memberkati Amerika dan Reagan membagi berkah itu kepada orang-orang kaya yang, menurut dia, tak usah terlalu banyak membayar pajak. Alasan: dunia bisnis perlu tetap bersemangat..... Yang tak terbayang pada lantai yang berkiiau seperti itu ialah kcnyataan yang tak sebentar: bahwa tanpa pajak yang memadai, uang tak akan banyak yang masuk ke kas negara. Sementara itu, pengeluaran (apalagi untuk alat-alat perang) kian besar. Padahal, seperti ditunjukkan Ekonom Robert Heilbroner dalam sebuah tulisan di The New Yorker, bukan besar-kecilnya defisit itu yang merisaukan, melainkan strukturnya. Dengan kata lain, orang perlu awas, meiihat bahwa jumlah pajak yang masuk ternyata tak kunjung menutup, pada satu titik, besarnya jumlah pengeluaran. Jurang itu bahkan kian besar sampai setidaknya 1989. Arunya, pemerintah Amerika akan kian bersaing dengan dunia swasta untuk mendapatkan uang dari bank. Sementara dolar enggan dicetak banyak-banyak karena takut inflasi, uang itu pun akan kian diperebutkan. Ia akan bertambah mahal. Bunga pinjaman yang kini tinggi akan tetap tinggi. Semua kecemasan itu tak teramat baru, memang. Tapi yang pasti, ia bukan cuma kecemasan Amerika. Batas antara Wall Street dan Dunia Ketiga telah lama kabur, ketika dolar dipakai untuk transaksi siapa saja. Utang Amerika Latin dan Asia dengan cepat pun menjirat, karena bunga pinjaman bank yang tak kunjung turun itu merogoh nasib mercka. Kemiskinan, akhirnya, tetap tak punya jawab. Tapi Ronald Reagan tersenyum, melambai, dan semua berkilau. Goenawan Mohamad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Universitas Terbuka Menegaskan Keterlibatan dalam Program MBKM

7 menit lalu

Universitas Terbuka Menegaskan Keterlibatan dalam Program MBKM

Sejumlah pemberitaan yang beredar di media belakangan ini menyinggung tentang keterlibatan Universitas Terbuka (UT) dalam program Ferienjob yang dijalankan melalui PT CVGEN dan PT Sinar Harapan Bangsa (SHB) sebagai penyelenggara program tersebut.


365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

14 menit lalu

Sawit 2
365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

Ratusan perusahaan pemilik lahan sawit ilegal di kawasan hutan mengajukan pemutihan.


Setelah Dibongkar Bareskrim, Polda Jambi Mulai Selidiki Dugaan TPPO Magang Mahasiswa ke Jerman

18 menit lalu

Universitas Jambi. Dok. ANTARA
Setelah Dibongkar Bareskrim, Polda Jambi Mulai Selidiki Dugaan TPPO Magang Mahasiswa ke Jerman

Polda Jambi mulai menyelidiki dugaan TPPO di balik program ferienjob magang mahasiswa ke Jerman. Diikuti 80 mahasiswa Universitas Jambi.


Atasi SPBU Nakal di Musim Mudik, Dirut Pertamina Setuju Pencabutan Izin

23 menit lalu

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati. Foto: Instagram/@nicke_widyawati
Atasi SPBU Nakal di Musim Mudik, Dirut Pertamina Setuju Pencabutan Izin

Dirut Pertamina Nicke Widyawati setuju sanksi pencabutan izin bagi SPBU yang nakal di musim mudik Lebaran.


Gunung Marapi Kembali Erupsi, Sejumlah Penerbangan di Bandara Minangkabau Dibatalkan

24 menit lalu

Gunung Marapi yang mengeluarkan batu pijar terlihat dari Jorong Batang Silasiah, Nagari Bukik Batabuah, Agam, Sumatera Barat, Jumat 23 Februari 2024 malam. Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi di Bukittinggi mencatat sejak Senin (19/2/2024) hingga Jumat (23/2) sore, aktivitas gunung yang berstatus siaga level III tersebut meningkat dengan 13 kali letusan dan 219 kali hembusan. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Gunung Marapi Kembali Erupsi, Sejumlah Penerbangan di Bandara Minangkabau Dibatalkan

Letusan Gunung Marapi disertai dengan suara gemuruh dan hujan abu tipis di beberapa wilayah sekitar gunung.


Ceramah Wapres soal Hawa Nafsu Bikin Jokowi dan Para Menteri Tertawa

38 menit lalu

Presiden Jokowi satu meja dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat mendengarkan kultum Wapres Ma'ruf Amin sebelum buka puasa bersama di Istana Negara, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Ceramah Wapres soal Hawa Nafsu Bikin Jokowi dan Para Menteri Tertawa

Wapres Ma'ruf Amin memberikan ceramah saat buka puasa bersama Jokowi dan menteri Kabinet Indonesia Maju.


MKMK Putuskan Saldi Isra dan Arief Hidayat Tak Langgar Kode Etik, Begini Pertimbangan Hukumnya

42 menit lalu

Ketua MKMK I Dewa Gede Palguna saat memimpin sidang putusan mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman yang dilaporkan oleh Zico Simanjuntak di Gedung 2 MK, Jakarta, Kamis 28 Maret 2024. Salah satu poin yang diucapkan Anwar adalah dirinya telah mengetahui ada upaya politisasi dan menjadikan dirinya sebagai objek dalam berbagai putusan MK. TEMPO/Subekti.
MKMK Putuskan Saldi Isra dan Arief Hidayat Tak Langgar Kode Etik, Begini Pertimbangan Hukumnya

MKMK menggelar sidang pengucapan putusan pada Kamis, 28 Maret 2024.


Terkini: Deretan Barang Mewah Pemberian Harvey Moeis untuk Sandra Dewi, Jumlah THR Ojol jika Wajib Dibayarkan Bisa Capai Puluhan Triliun?

43 menit lalu

Sandra Dewi dan Harvey Moeis. Instagram.
Terkini: Deretan Barang Mewah Pemberian Harvey Moeis untuk Sandra Dewi, Jumlah THR Ojol jika Wajib Dibayarkan Bisa Capai Puluhan Triliun?

Kejagung menetapkan suami artis Sandra Dewi, Harvey Moeis, sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam pengelolaan tata niaga timah.


4 Rumah di Rafah Dibom Israel

44 menit lalu

Warga Palestina memeriksa  lokasi serangan Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 27 Maret 2024. REUTERS/Ahmed Zakot
4 Rumah di Rafah Dibom Israel

Warga Gaza di Rafah mulai waswas ancaman Benjamin Netanyahu soal serangan darat di Rafah akan segera dilakukan.


Philippe Troussier Tersingkir dari Kepelatihan Timnas Vietnam, Berikut Perjalanan Kariernya

1 jam lalu

Philippe Troussier. vnexpress.net
Philippe Troussier Tersingkir dari Kepelatihan Timnas Vietnam, Berikut Perjalanan Kariernya

Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) mengakhiri kontrak pelatih Philippe Troussier pada Senin, 26 Maret 2024