Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sang kiai

Oleh

image-gnews
Iklan
TAK setiap orang punya kiai. Tak semua orang Indonesia, biarpun dia Muslim, hidup atau pernah hidup di bawah bayangan seorang tokoh yang - dengan serban dan jas tutup serta keahlian ilmu agama itu - hadir untuk sekitarnya. Saya termasuk di antara mereka yang tak mengenal dekat figur semacam itu. karena itulah saya terpesona akan lukisan yang disajikan Syu'bah Asa, ketika ia menulis kata pengantar untuk Kitab Usfuriah yang terbit Juli yang lalu. Uraian Syu'bah tidak sistematis, pengalimatannya kadang berkelok-kelok, tapi deskripsinya tentang tokoh kiai tak mudah saya lupakan. Seorang kiai, kata Syu'bah Asa, "Adalah pertama kali seorang bapak." la bapak bagi pengikutnya. Ia juga bapak bagi, "Anak tetangga yang akan mengelusnya kepalanya waktu bertemu atau ditanyanya siapa bapaknya." la tokoh yang bisa galak waktu mengajar, tapi penuh belas kasih kepada hal sehari-hari. Ia, "Menyembelih ayam dengan pisau yang sangat tajam . . . agar si ayam tak tersiksa, seperti yang diajarkan Nabi." Tokoh ini jelas bukan "sekadar seorang ustad juru tablig". Juga bukan cuma "ilmuwan agama yang jujur yang bisa bentrok" dengan sekitarnya. Pada galibnya, ia bukan cuma pendatang disatu tempat ia justru termasuk cikal bakal suatu lingkungan, dengan akar yang kukuh di sana. Tema pokok dalam hidupnya, tulis Syu'bah pula, adalah "pemeliharaan". la melindungi daerah yang berada di bawah wibawanya - biasanya satu atau beberapa desa di sekitar kota dari tekanan orang luar. Ia ibarat bemper. Ia punya umat yang sekaligus, sering kali, tetangga. Ia punya komunitas. Ia mendapatkan rezeki bersama mereka, mempunyai sumber sosial ekonomi di antara mereka. Ia punya kepentingan dengan semua itu. Ia menjawab pertanyaan, menyelesaikan sengketa, dan mengajarkan agamaserta kearifan. Ia memberikan suatu martabat kepada paguyubannya. Dari lukisan seperti itu, saya bayangkan bahwa tipe ideal kiai yang ditampilkan Syu'bah Asa adadlah tipe yang "membina ke dalam . la bukan pemimpin yang mencoba "menaklukkan" dunia diluar komunitasnya - biarpun komunitas itu bisa melebar. Di luar wilayahnya, ia toh tahu ada kiai lain. Ataul, kalau tidak, suatu dunia yang - seperti dibuktikan sejarah berpuluh-puluh tahun tak pernah berhenti jadi "beda": toko-toko pecinan, kantor polisi, asrama tentara, kabupaten, sekoiah negeri, atau hotel serta bungalo tempat orang asing datang menginap. Ia tak ingin mengusik dunia seperii itu, selama dunia itu tak mengusik dumanya. Saya teringat satu anekdot tentang K.H Wahab Chasbullah aImarhum, pendiri NU. Cerita ini dikisahkan seseorang yang pernah jadi mahasiswa di Amerika awal tahun 60-an. Waktu itu, sang kiai ikut rombongan muhibah Presiden Soekarno ke Washington D.C., dan sejumlah mahasiswa Indonesia di negeri jauh itu bertugas mengawalnya. Syahdan, pada suatu malam sehabis resepsi, ketika pulang ke hotel, Pak Kiai yang sudah sepuh dan capek itu tiba-tiba saja duduk nglemprok di lantai lift .... Mahasiswa Indonesia yang berada dalam lift itu merasa malu bahwa tamu agung dari tanah air mereka tampil seperti itu. Tapi Pak Kiai tidak: ia tak merasa minder. Ia begitu yakin, dan ia tak terusik. Seluruh sikapnya adalah sikap yang tak merasa risau oleh "Barat". Ia tak ingin seperti "Barat", sebagaimana ia juga tak hendak melabrak "Barat". Di dalam lift itu, dengan kain sarungnya, Pak Kiai menarik sebuah garis demarkasi. Yang dinyatakannya sudah tentu bukan konfrontasi, melainkan koeksistensi. Barangkali ini pun mencerminkan tema pokok itu: "pemeliharaan". Tak ada sikap agresif, sebagaimana tak ada sikap defensif. Dalan hedup sehari-hari, seorang kiai sebagai yang dicitrakan kata pengantar Kitab Usfuriah adalah seorang yang melihat dunia dengan "sangka baik", dengan husnuzh zhann. Pelbagai hikayat, dalam lektur pesantren yang diterjemahkan oleh Musthafa Helmy ini, dengan memikat memang menyiratkan semangat harapan dan penghiburan. Maka, sang kiai agaknya bukanlah tokoh yang dari dalam dirinya, cenderung melontarkan paguyubannya ke dalam gejolak. la memang terkadang seperti orang yang genar "cari selamat", dan menukar murninya ajaran dengan pelbagai komprorni. Tapi apa nau dikata: ia memaang tak hendak mencelakakan komunitas tempat ia hidup dan jadi bapak dan - ia toh tak nerasa perlu membuktikan kemurnian Islamnya. Bila ia seorang ahli fiqih, ia umumnya tahu bahwa hukum Islam telah melintasi pelbagai abad, dan berkembang seraya meniti buih ke seberang sejarah. Murni atau tak murni adalah soal yang tak cuma diperdebatkan di zaman ini. Keputusan tentang itu bukan monopoli suatu masa, bukan pula monopoli suatu mazhab. Kitab-kitab kuning itu menunjukkan sederet yurisprudensi: kekayaan perbandimgan yang tak ada taranya, dalam garis riwayat yang satu. Barangkali kesadaran akan hadirnya sejarah yang luas itu lagi yang menyebabkan sang kiai bertambah arif: begitu banyak yang dicitakan manusia, begitu banyak yang ingin diperbaikinya, tapi Allahu Akbar dan kita hanya duli. Sejarah adalah kisah-kisah ketidaksempurnaan. Hanya dengan sangka baik kepada dunia kita tak akan putus asa kepada rahmat-Nya. Goenawan Muhammad
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

38 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

43 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

43 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.


Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

12 November 2023

Budayawan Goenawan Mohamad hadiri pembukaan pameran 25 Tahun Reformas!h In Absentia di Yayasan Riset Visual mataWaktu, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2023. Pameran yang menampilkan kumpulan foto arsip, seni instalasi dan grafis tersebut digelar dalam rangka merefleksikan seperempat abad gerakan reformasi di Indonesia, pameran berlangsung hingga 17 Juni mendatang. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

Goenawan Mohamad menyebut pilpres mendatang berlangsung dalam situasi mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar.