Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Etiopia

Oleh

image-gnews
Iklan
ORANG memanggilnya Sang Negus. Kadang juga Raja di Raja, atau Yang Tak Bertara, atau lebih ringkas: H.S. Daiam abad ke-20, penguasa kerempeng di negeri Habsi itu seakan-akan sebatang pohon tua di gunung mur. Lalu ia digulingkan di tahun 1974. Bahkan hari-hari terakhir Haile Selassie terasa ganjil. Dikurung dalam kamar Istana Menelik di perbukitan, H.S. masih mengira ia tetap penguasa Etiopia. Kekuasaan yang demikian besar di tangan tampaknya telah membuat ia tak bisa bersentuhan lagi dengan dunia luar sebagaimana adanya. Keinginan telah menyulap kenyataan. Apalagi karena keinginan itu umumnya terkabul, cukup dengan berbisik. Ajaib memang, tapi benar. Dan barangkali karena itulah karya Rysard Kapuscinski tentang Haiie Selassie, The Ernperor (sebuah terjemahan dari bahasa Polandia), merupakan sebuah kisah yang tak jelas benar apakah dongeng apakah sejarah. Yang pasti, buku kecil itu menggerakkan kita - kadang dengan cara puitis kadang pula jenaka - ke dalam liku-liku suram sebuah kekuasaan. Novelis Salman Rushdie menyebut The Emperor seperti sebuah risalah Machiavelli yang ditulis kembali oleh pengarang non-realis Italo Calvino. Pada mulanya memang sejenis reportase: seorang wartawan datang ke Addis Ababa. Ini terjadi di hari-hari pertama setelah Sang Maharaja disingkirkan. Di malam hari, di ibu kota itu, sang wartawan mendengarkan cerita tentang kehidupan Istana. Semuanya dikisahkan oleh para bekas abdi dalem yang masih hidup - mereka yang kebetulan belum tertangkap dan ditembak mati oleh militer yang berontak. "Aku ingin merekam kembali dunia yang telah disikat habis senapan mesin Divisi Keempat," demikian tulis Kapusciriski. Dunia itu ternyata adalah dunia yang aneh tapi angker. Dengarlah cerita "F", misalnya. Sang Maharaja, katanya, punya seekor anjing kecil bernama Lulu. Ia selalu menyertai Baginda. Di saat-saat upacara, Lulu kadang meloncat dari haribaan tuannya, lalu kencing di atas sepatu pejabat yang hadir. Para pembesar yang agung itu tak boleh menghindar atau bergeser sedlklt pun ketika mereka merasa kaki mereka basah. Maka, tugas "F' itulah untuk membersihkan kencing anjing dari sepatu tuan-tuan besar yang tengah tegak sempurna di hadapan Sang Negus. Sang Negus sendiri menuntut sikap yang layak. Ia selalu berjalan dengan anggun bila ia merasa ada orang lain yang melihat nya. Padahal, di saat-saat bersendiri di kamarnya, raja yang kurus ini (beratnya cuma 50 kilo), yang sudah kempot dan tua ini hanya bisa berjalan dengan susah payah. Keagungan mcmang harus seperti kekal sebab mungkin itulah sumber kekuasaan. Maka, selain petugas khusus pembersih kencing Lulu, ada pula petugas peletak bantal di kaki Sang Gusti. Alasan: Haile Selassie begitu pendek kecil, dan kakinya biasanya terjuntai bila ia duduk di tahtanya yang luhur. Maka, bantal pun perlu, agar ia pas untuk dipandang. Sebab, memang dialah pusat pandangan di seluruh negeri. Datanglah pada Jam Penugasan, ketika seluruh kehldupan gementar. Para petinggi berduyun, berdebar, menunggu, mencuri pandang, mengharap. Haile Selassie sendiri yang akan memutuskan kedudukan mereka. Ia sendiri yang menunjuk menteri, gubernur, manajer hotel, bahkan kepala kantor pos. Ia Sang Penentu nasib. Tak heran bila Tam Penugasan adalah klimaks seluruh harap-harap cemas, juga kasak kusuk, gosip, info-info, dan fitnah-fitnah sesama pembesar. Dan H.S. tampaknya mendengar semua dengan senang. Tiap pagi, seraya berjalan dari kandang ke kandang hewan piaraannya, sambil memberi makan macan kumbangnya, ia mendengarkan laporan para informan. Pagi memang saat yang cocok untuk itu: siang hari ia bisa mengawasi sendiri para pejabat yang ia curigai, tapi malam hari - ketika orang bisa berkomplot - ia butuh mata-mata. Ia memang tak salah untuk sangat waspada. Di tahun 1960, sebuah komplotan orangorang penting mencoba memakzulkannya. Dan Anda tahu apa sebab? Karena ada seorang yang bernama Germame Neway: lulusan Amerika yang kemudian diangkat Sang Negus jadi gubernur. Hanya, gubernur yang satu ini aneh, dan menimbulkan risau: ia tak mau mencrima suap. Atau ia menerima upeti, tapi semua yang diterimanya disumbangkannya untuk membuat sekolah. Perbuatan semacam ini, bila diikuti gubernur lain, pasti akan menyebabkan keresahan. Germame pun dicopot, tapi ia mulai melawan .... Dengan menolak upeti, bahkan dengan berpikir lain dari pola yang umum di Etiopia, Germame memang telah melawan. Orang celaka! Maka, ia pun tewas. Yang aneh ialah bahwa ternyata perlawanannya menyebabkan orang tersadar dari tidur. Tak ayal, bahaya pikiran pun menyebar. Haile Selassie akhirnya copot. Ia dimakzulkan dan dikurung di Istana Menelik. Di sampingnya seorang abdinya nembaca Maz:mur keras-keras, agar Baginda, di saat kritis itu, tak mendengar teriakan marah rakyat: ". . . sebab kesusahan telah dekat/dan tidak ada yang menolong". Memang tak ada yang menolong. Di luar mereka Etiopia sibuk mempersiapkan sejarah baru, kekuasaan baru - dan siapa tahu penderitaan baru. Goenawan Mohamad.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

39 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

44 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

44 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.


Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

12 November 2023

Budayawan Goenawan Mohamad hadiri pembukaan pameran 25 Tahun Reformas!h In Absentia di Yayasan Riset Visual mataWaktu, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2023. Pameran yang menampilkan kumpulan foto arsip, seni instalasi dan grafis tersebut digelar dalam rangka merefleksikan seperempat abad gerakan reformasi di Indonesia, pameran berlangsung hingga 17 Juni mendatang. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

Goenawan Mohamad menyebut pilpres mendatang berlangsung dalam situasi mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar.