Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Politik Kecemasan

image-profil

image-gnews
Iklan

Munawir Aziz,
Peneliti

Panggung politik Indonesia saat ini menggunakan kecemasan sebagai lakon. Kecemasan hadir sebagai metafora untuk membayangkan sebuah bangsa yang gelisah, masyarakat yang gundah. Bagaimana tidak? Di tengah kepungan janji-janji, isu-isu tentang gerakan untuk menggagalkan pemilu bergulir. Usaha penggagalan ini adalah kontestasi antara kekuatan yang saling menyimpan dendam. Dua poros utama saling bertikai di panggung kekuasaan: mereka yang merebut dan mereka yang mempertahankan kekuasaan.

Tentu saja, selalu ada kelompok yang kalah di tengah pertarungan. Selalu ada kelompok yang berusaha memenangi pertandingan. Tapi politik juga menyimpan kemungkinan bahwa mereka yang kalah belum tentu menjadi gagal. Dan mereka yang menang belum tentu merayakan kesuksesan. Artinya apa? Situasi chaos merupakan penanda bahwa dinamika politik menjadi instrumen utama dalam perebutan kekuasaan.

Pemilu legislatif sudah usai digelar pada 9 April lalu. Peta penguasa berubah, partai yang dalam satu dekade mendominasi kekuasaan harus rela berada di deretan tengah. Sebaliknya, partai yang pada dua periode pemerintahan kemarin menjadi oposisi masuk sebagai petarung utama. Selalu saja ada konsekuensi-konsekuensi dari pertarungan politik. Pada titik inilah pertarungan sesungguhnya terjadi. Kekuasaan selalu memberi ruang untuk kompromi. Pada celah inilah koalisi menemukan maknanya.

Satu dekade kekuasaan partai biru menghasilkan sejarah tentang dinamika masa reformasi. Mereka yang pernah menjadi panglima saat ini harus rela menjadi prajurit, bahkan tidak boleh lagi ikut berlaga dalam gelanggang. Mereka yang tersingkir inilah yang kemudian mengalami stres dan kehilangan spirit. Bahkan, di sisi lain, mereka menghimpun kekuatan untuk mengacaukan peta kekuasaan. Inilah akar dari kekisruhan politik dalam lima abad terakhir, dari masa Majapahit, Demak, Pajang, hingga kekuasaan Mataram. Yang tersingkir akan berusaha membalas dendam dan mengerahkan keributan. Dan tentu saja, politik tidak ditujukan bagi orang-orang yang kalah dan menyerah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kecemasan lahir dari upaya untuk mengacaukan keamanan, menggoyang stabilitas politik. Kecemasan menjadi efek samping dari pertarungan kekuasaan yang tak pernah berakhir. Kekuatan-kekuatan militer, intelijen, ekonomi, dan kultural menjadi bagian dari instrumen yang kemudian dipanggungkan sebagai episode politik. Dari kekuatan itulah politikus saling menyerang dengan menggunakan amunisinya.

Jika direnungkan secara mendalam, sejatinya politik adalah alat (wasilah), bukan tujuan (ghayah). Mereka yang salah membedakan alat dan tujuan akan kehilangan visi. Kemudian, visi yang tak tepat sasaran akan menghasilkan eksekusi yang gagal. Jika demikian, yang muncul adalah politikus-politikus tanpa ide. Politikus yang bingung untuk memainkan perannya, karena gagal menginspirasi, akan memiliki konsep yang tanpa isi dan kalap dalam eksekusi.

Inilah wajah politik kita saat ini? Semoga barisan politikus yang menduduki kuasa legislatif dan eksekutif adalah mereka yang "waras di zaman edan". Bukan sebaliknya. * 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


6 Tuntutan Aksi Mahasiswa Mei 1998, Reformasi Sudah Selesai?

12 Mei 2023

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma
6 Tuntutan Aksi Mahasiswa Mei 1998, Reformasi Sudah Selesai?

Para mahasiswa pada aksi unjuk rasa Mei 1998 menyuarakan 6 tuntutan dalam reformasi. Apakah hari ini sudah selesai?


Kesepakatan dengan IMF Alot, Presiden Kais Saied Sebut Tunisia Bukan untuk Dijual

8 April 2023

Kais Saied, Presiden Tunisia. Sumber : Reuters
Kesepakatan dengan IMF Alot, Presiden Kais Saied Sebut Tunisia Bukan untuk Dijual

Presiden Saied menolak pemaksaan lebih jauh dari IMF karena bisa mengarah pada kemiskinan yang lebih lanjut di Tunisia.


Peru Terperosok ke Krisis Politik, Unjuk Rasa Berubah Jadi Kerusuhan

14 Desember 2022

Polisi menghadapi pengunjuk rasa yang memprotes untuk menuntut pembubaran Kongres dan mengadakan pemilihan demokratis daripada mengakui Dina Boluarte sebagai Presiden Peru, setelah penggulingan Presiden Peru Pedro Castillo, di Lima, Peru, 12 Desember 2022. REUTERS/Sebastian Castaneda
Peru Terperosok ke Krisis Politik, Unjuk Rasa Berubah Jadi Kerusuhan

Setidaknya tujuh orang tewas dalam unjuk rasa di Peru akhir pekan lalu saat aksi protes berubah menjadi kerusuhan.


Krisis Politik di Myanmar Jadi Sorotan di Pertemuan AMM

5 Agustus 2021

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi  saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken di Departemen Luar Negeri di Washington, AS, Selasa, 3 Agustus 2021. Pertemuan tersebut membahas berbagai isu strategis antara Amerika Serikat dan Indonesia. Jose Luis Magana/Pool via REUTERS
Krisis Politik di Myanmar Jadi Sorotan di Pertemuan AMM

Menteri Luar Negeri RI secara terbuka menyebut isu Myanmar menjadi masalah yang paling banyak di bahas di pertemuan AMM


Netanyahu Perkenalkan Kabinet Baru ke Parlemen Israel

18 Mei 2020

Benny Gantz dan Benjamin Netanyahu.[Times of Israel]
Netanyahu Perkenalkan Kabinet Baru ke Parlemen Israel

PM Netanyahu dan rival politik Benny Gantz membentuk koalisi pemerintahan baru bersatu untuk mengakhiri konflik politik berkepanjangan.


Krisis Turki, Bagaimana Dampaknya Terhadap Pasar Modal Indonesia?

13 Agustus 2018

Ilustrasi perang dagang Amerika Serikat dan Turki. Gmfus.org
Krisis Turki, Bagaimana Dampaknya Terhadap Pasar Modal Indonesia?

Risiko sistemik dikhawatirkan akan mengakibatkan krisis Turki mempengaruhi IHSG.


Perludem Sebut Anak Muda Masih Jadi Penonton Politik

25 Maret 2018

Ilustrasi Tempat Pemungutan Suara (TPS) bertema unik. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Perludem Sebut Anak Muda Masih Jadi Penonton Politik

Perludem pun menilai sistem politik yang ada di Indonesia tak ramah bagi anak muda sehingga mereka sulit terjun di dunia politik.


Jokowi: 6 Bulan Terakhir Kita Buang-buang Energi Tidak Berguna

23 Mei 2017

Presiden Jokowi menyaksikan Latihan Gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) 2017 di Tanjung Datuk, Natuna, Kepulauan Riau, 19 Mei 2017. Puspen TNI
Jokowi: 6 Bulan Terakhir Kita Buang-buang Energi Tidak Berguna

Presiden Jokowi mengatakan, 6-8 bulan ini, energi dihabiskan untuk banyak hal tidak berguna, saling hujat, berdebat, dan membuat suhu politik memanas.


SBY: Jika Hanya Pentingkan Stabilitas Politik, Hati-hati  

8 Februari 2017

Ketum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY memberi salam seusai menyampaikan pidato politik pada Rapimnas dan Dies Natalies Partai Demokrat ke-15 di JCC, Jakarta, 7 Februari 2017. TEMPO/Dhemas Reviyanto
SBY: Jika Hanya Pentingkan Stabilitas Politik, Hati-hati  

SBY mengatakan pemerintah harus berhati-hati jika negara hanya menekankan aspek stabilitas politik.


Analis Politik: Situasi Memanas, Jokowi Harus Lakukan Ini  

2 Februari 2017

Presiden Jokowi memakai headset sambil mendengarkan pernyataan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam pertemuan ASEAN Plus Jepang di Vientiane, Laos, 7 September 2016. AP/Bullit Marquez
Analis Politik: Situasi Memanas, Jokowi Harus Lakukan Ini  

Pertarungan Joko Widodo adalah kepada siapa saja yang berdiri di seberang kepentingan negara dan bangsa.