Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kekuasaan lahir dari senjata

Oleh

image-gnews
Iklan
PERLUKAH Gepeng bersenjata? Tidak, jawab teman saya. Tapi kemudian ia berkisah tentang Kebo Ijo. "Semua itu sudah pernah terjadi -- dan wajar untuk terjadi." Di Tumapel di abad ke-13, pemuda yang bernama Kebo Ijo itu juga celaka karena ia memamerkan sebuah senjata: sebilah keris yang elok, dan mungkin sakti. Keris itu kemudian ditemukan sebagai alat pembunuh sang kepala daerah, sang akuwu. Kebo Ijo sebagai akibatnya dihukum mati. Padahal, ia memakai keris bukan untuk menteror. Ia memakainya -- mungkin seperti Gepeng atau sopirnya 700 tahun kemudian -- untuk berlagak. Rupanya memang ada masa ketika senjata bisa jadi alat jual tampang, seperti kumis atau pun destar. Rupanya ada suatu ketika orang menerima keris atau pistol atau lainnya sebagai lambang keunggulan. Di Jawa pernah orang mengatakan bahwa lelaki sejati harus punya empat hal: perempuan, burung, kuda, dan keris. Senjata sebagai lambang suatu sukses agaknya memang tak terelakkan dalam masyarakat yang mengagungkan kejantanan, karena umumnya kaum prialah yang menguasainya. Dalam semangat machismo itu perempuan harus dengan mudah dipeluk dan alat berkelahi dengan mudah dipertunjukkan. Namun, berbeda dengan atribut-atribut machismo yang lain -- sederet pacar atau sebuah sepeda motor Harley Davidson, sepotong jaket kain kasar atau sebotol bir senjata juga bisa jadi lambang tingkat sosial-politik. Tentu saja ini ada dalam suatu masyarakat, ketika benda itu merupakan benda langka yang hanya dipakai oleh kalangan atas, dengan semacam kepercayaan: ia bisa membikin orang lain merunduk. Ia bisa membuat para pengganggu keder, juga bila sang "pengganggu" itu hanya seorang banpol kurus yang mau menertibkan jalan. Seperti keris dari abad ke-13 dan sesudahnya, alat bertempur pada masa-masa tertentu bisa jadi obyek snobisme. Ia idaman mereka yang hendak naik tingkat, dengan pelbagai hiasan lahiriah, ke dalam the previleged few. Seorang snob memang seorang yang selalu dengan susah payah menghindari diri dari menjadi orang kebanyakan: Kebo Ijo adalah seorang snob. Gepeng adalah seorang snob. Kita umumnya juga snob, yang mengenakan kaus Lacoste bermerk buaya ketika orang yang terpandang mengenakan merk itu, dan menanggalkannya ketika orang justru ramai-ramai membelinya. Namun, senjata berbeda dengan kaus Lacoste. Ia punya fungsi lain: ia jalan nyata ke arah kekuasaan. Mao, seorang Marxis yang seharusnya percaya betul kepada kekuatan massa, toh mengakui: "Kekuasaan lahir dari laras bedil." Barangkali itulah sebabnya, dalam sejarah, pemilikan senjata menghasilkan suatu wewenang -- dan lahirlah suatu kelas di atas yang bisa mengontrol, mengatur, dan memungut. Di Jepang kita mengenal kaum samurai yang beratus-ratus tahun mengkhususkan diri dalam keahlian di bidang senjata dan kekerasan, dengan itu dapat hidup tanpa memproduksikan pangan atau pun barang lain yang mereka konsumsikan. Di India lahir kasta kesatria -- kelas prajurit yang kemudian juga jadi kelas para raja. Dalam struktur yang demikian, persamaan sosial nampaknya hanya mungkin terjadi bila tercapai suatu persamaan daya jangkau ke persenjataan, atau setidaknya persamaan keahlian beperang. Konon di tahun 1200 Sebelum Masehi, perkembangan semacam itu pernah terjadi. Di masa itu suatu keterampilan baru tumbuh: orang mulai bisa membuat senjata dari besi. Dan karena biji besi mudah didapat berbeda dengan logam lain yang sebelumnya orang kebanyakan pun dengan tanpa biaya banyak bisa menghasilkan senjata mereka sendiri. Bila semua sejumlah kecil kaum aristokrat saja yang dapat membiayai produksi alat perang, kini para petani dan lain-lain muncul. Mungkin itulah masa ketika Kitab Perjanjian Lama menyebut: "Di masa itu tak ada raja di Israel setiap orang berbuat apa yang ia senangi." Kedengarannya memang suatu anarki. Namun, yang menarik ialah bahwa teknologi besi itu juga membantu kehidupan dari segi lain: memperbaiki produktivitas pertanian, dan meningkatkan kekayaan secara relatif merata. Dalam kemakmuran itu orang saling menjaga untuk tak hancur menghancurkan. Dalam kemerataan itu masyarakat juga bisa lebih bertahan. Namun tak ada masyarakat tanpa sengketa. Konflik mengharuskan orang siap untuk menang. Keahlian ke arah itu pun kembali jadi penting. Dengan segera, keunggulan perang membuka jalan ke arah aristokrasi baru. Lalu di Tanah Israel muncullah raja-raja. Seorang nabinya pernah memperingatkan dengan itu kebebasan akan terancam, mungkin hilang, tapi tak banyak yang peduli. Manusia butuh organisasi, hierarki, birokrasi. Bahkan kekerasan pun perlu diatur, juga jual tampang. Soalnya kemudian: siapa yang mengatur? Siapa yang diatur?
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Kalimantan Timur Jadi Penerima Pertama Dana Karbon FCPF di Asia Pasifik

3 menit lalu

Monyet liar di hutan Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu, 28 Agustus 2019. Di kawasan yang akan menjadi lokasi ibu kota negara baru Indonesia itu masih banyak ditemui monyet-monyet liar. ANTARA
Kalimantan Timur Jadi Penerima Pertama Dana Karbon FCPF di Asia Pasifik

Kalimantan Timur menjadi penerima dana karbon pertama Forest Carbon Partnership Facility di Asia Pasifik.


Dokter Masih Mogok, Rumah Sakit Besar di Korea Selatan Tutup Bangsal

3 menit lalu

Para dokter mengambil bagian dalam protes terhadap rencana penerimaan lebih banyak siswa ke sekolah kedokteran, di depan Kantor Kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, 22 Februari 2024. REUTERS/Kim Soo-Hyeon
Dokter Masih Mogok, Rumah Sakit Besar di Korea Selatan Tutup Bangsal

Korea Selatan menutup bangsal rumah sakit besar karena tak ada dokter.


Alasan Kubu Anies Minta MK Hadirkan Sri Mulyani, Risma, Zulhas, hingga Airlangga

10 menit lalu

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani saat Konferensi Pers: PDB Kuartal III 2023 serta Stimulus Fiskal di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta, Senin, 6 November 2023. Pemerintah menyiapkan sejumlah paket kebijakan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, di antaranya bantuan pangan sampai akhir tahun dan 2024, insentif untuk sektor perumahan sampai tahun depan hingga insentif renovasi rumah bagi masyarakat miskin. TEMPO/Tony Hartawan
Alasan Kubu Anies Minta MK Hadirkan Sri Mulyani, Risma, Zulhas, hingga Airlangga

Tim Hukum Nasional Anies-Muhaimin meminta MK memanggil Menteri Keuangan, Menteri Sosial, Menteri Perdagangan, dan Menko Perekonomian sebagai saksi dalam sidang sengketa hasil Pilpres 2024.


Persikabo 1973 Dipastikan Degradasi dari Liga 1 ke Liga 2, Djajang Nurjaman Masih Ingin Bertahan?

15 menit lalu

Pelatih Persikabo 1973 Djajang Nurjaman. Kredit: Tim Media Persikabo 1973
Persikabo 1973 Dipastikan Degradasi dari Liga 1 ke Liga 2, Djajang Nurjaman Masih Ingin Bertahan?

Persikabo 1973 dipastikan terdegradasi dari Liga 1 ke Liga 2 setelah kekalahan telak 5-2 di kandang Persik Kediri pada Kamis malam, 28 Maret 2024.


Reaksi Hadi Tjahjanto Soal TPPO Ferienjob, Sebut 1.900 Mahasiswa Jadi Korban hingga Bentuk Tim Khusus

22 menit lalu

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto di gedung Kemenkopolhukam RI, Jakarta Pusat, Selasa, 19 Maret 2024. ANTARA/Walda Marison
Reaksi Hadi Tjahjanto Soal TPPO Ferienjob, Sebut 1.900 Mahasiswa Jadi Korban hingga Bentuk Tim Khusus

Hadi Tjahjanto mengatakan pihaknya mendorong perguruan tinggi segera menuntaskan kasus TPPO berkedok ferienjob.


MWA UNS Bentuk Panitia Pemilihan Rektor 2024-2029, Begini Tahapannya

27 menit lalu

Sebanyak 17 anggota Majelis Wali Amanat (MWA) UNS Solo resmi terbentuk. Foto diambil di UNS Solo, Jawa Tengah, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
MWA UNS Bentuk Panitia Pemilihan Rektor 2024-2029, Begini Tahapannya

Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo telah membentuk Panitia Pemilihan Rektor UNS Periode Tahun 2024-2029 melalui rapat pleno yang digelar Senin, 25 Maret 2024. Panitia beranggotakan 15 orang itu diketuai oleh Mohammad Jamin yang juga merangkap sebagai anggota.


Genshin Impact Gelar Acara di Empat Kota, Menyediakan Merchandise dan Bertemu Cosplayer

33 menit lalu

Game Genshin Impact. (miHoYo)
Genshin Impact Gelar Acara di Empat Kota, Menyediakan Merchandise dan Bertemu Cosplayer

Genshin Impact menggelar acara di Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya 31 Maret - 7 April 2024. Menyediakan merchandise dan bertemu cosplayer.


Tim Pembela Prabowo-Gibran, Anggap Pemilu 2024 Paling Damai hingga Menilai Gugatan PHPU Banyak Asumsi

39 menit lalu

Ketua Tim Pembela Prabowo-Gibran Yusril Ihza Mahendra didampingi jajaran Tim Pembela Prabowo-Gibran mendaftarkan diri sebagai pihak terkait dalam gugatan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) ke Mahkamah Konstitusi (MK) di Jakarta, Senin 25 Maret 2024. Tim Pembela Prabowo-Gibran yang dipimpin oleh Yusril Ihza Mahendra mendaftarkan diri untuk menghadapi gugatan sengketa Pilpres 2024 yang diajukan kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di MK. ANTARA FOTO/ Erlangga Bregas Prakoso
Tim Pembela Prabowo-Gibran, Anggap Pemilu 2024 Paling Damai hingga Menilai Gugatan PHPU Banyak Asumsi

Para pengacara yang tergabung dalam tim pembela Prabowo-Gibran, yaitu Otto Hasibuan, Fahri Bachmid, Hotman Paris Hutapea, dan O.C. Kaligis.


Pemerintah Diminta Jaga Tulang Manusia di Rumoh Geudong Aceh, Diduga Terkait Pelanggaran HAM

41 menit lalu

Rumoh Geudong. Dok. Museum HAM Lorong Ingatan
Pemerintah Diminta Jaga Tulang Manusia di Rumoh Geudong Aceh, Diduga Terkait Pelanggaran HAM

Rumoh Geudong diyakini sebagai tempat terjadinya pelanggaran HAM berat saat Aceh menjadi daerah operasi militer