Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Apa itu kebenaran

Oleh

image-gnews
Iklan
PERNAHKAH saudara dengar tentang gerhana matahari yang disensur? Itu terjadi di Indonesia. Dan pernahkah saudara dengar tentang kuburan yang dianggap subversif? Itu terjadi di Singapura. Kisah dari Indonesia kita sudah kenal betul. Ketika gerhana matahari total yang tersohor itu mendekat, dengan gegap gempita dimaklumatkan larangan agar rakyat jangan mencoba-coba mengintip peristiwa alam itu. GMT, seakan-akan, sudah satu kategori dengan film porno. Kisah di Singapura diceritakan oleh wartawan The Asian Wall Street Journal di harian yang terbit di Hong Kong itu 8 Juni yang lalu. Perkaranya dimulai gara-gara Tan Chu Boon, seorang peternak ikan. Adapun Tan yang berumur 39 tahun ini punya seorang saudara kandung. Si saudara kandung dihukum mati di Malaysia, lantaran dia memiliki pistol dan agaknya karena dia juga seorang komunis. Tubuhnya dikuburkan di Singapura, dan Tan membuat satu epitaf yang unik untuknya. Tulisan di batu nisan itu memuji dengan bergelora "kebencian" sang mendiang kepada "masyarakat lama". Tulisan itu menyebutnya sebagai martelar, pejuang yang mati dengan "keyakinan tanpa batas akan kemenangan revolusi" di tanah air. Gagah sekali. Tapi rupanya ada orang yang kemudian membaca huruf-huruf di kuburan yang sunyi itu. Laporan disampaikan kepada kejaksaan. Kesimpulan, seperti dikatakan seorang petugas yang menangani kasus ini, "Pemerintah menganggap dokumen itu subversip. Tan Chu Boon pun diancam hukuman lima tahun atau denda 10.000 ringgit. Kenapa sebuah gerhana matahari dianggap berbahaya, dan sebuah batu nisan dianggap menghasut? Jawabnya: karena kita cemas. Dan sensur adalah pelembagaan dari kecemasan itu. Tapi saudara tentu pernah dengar, dalam sejarah, ada buku-buku yang dilarang dan dibakar, serta pengarang yang dikucilkan. Di situ, nampaknya, sensur datang dari jurusan lain. Jurusan itu ialah jurusan orang yang mengira, bahwa jika ada satu Kebenaran yang diyakini, maka keanekaragaman kemungkinan harus dibasmi. Pluralisme di anggap tak perlu, merepotkan, banyak cingcong, membingungkan, menjengkelkan, dan seterusnya. Lalu Kebenaran yang tunggal itulah, dengan "K", yang harus disebarkan. Kebenaran, dengan demikian, seolah merupakan barang yang sudah jadi. Tinggal pakai. Ia tidak diketahui persis prosesnya. Ia tak hadir secara lengkap sebagai buah pergulatan yang panjang, kebimbangan yang gawat atau pertarungan pikiran yang pedih. Kebenaran, pada akhirnya, dengan cara itu, hanya produk dari luar -- tanpa pencarian dari dalam. Tanpa otoaktivitas. Ia bagaikan hasil teknologi tinggi yang tidak kita ketahui mekanisme dan onderdilnya, dan bersama itu tak kita coba hasilnya sendiri. Kita akan bodoh berkepanjangan. Karena itu, dengarlah kisah seorang anak yang tidak pernah tersentuh jarum. Ia dilindungi oleh orangtuanya, seorang raja, dari benda tajam itu. Segala alat pintal dan alat jahit di istana disingkirkan jauh-jauh. Tapi, suatu saat, ia menemukan sepucuk jarum di suatu ruang yang terlupakan. Tak terbiasa menghadapi benda itu si anak tiba-tiba mendapatkan ujung jari manisnya tertusuk. Maka ia pun tertidur seribu tahun.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

3 hari lalu

Perwakilan dari tiga ratus guru besar, akademisi dan masyarakat sipil, Sulistyowari Iriani (kanan) dan Ubedilah Badrun memberikan keterangan pers saat menyampaikan berkas Amicus Curiae terkait kasus Perkara Nomor 1/PHPU.PRES/XXII/2024 dan Perkara Nomor 2/PHPU.PRES/XXII/2024 perihal Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 kepada Mahkamah Konstitusi (MK) di Gedung 2 MK, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Subekti
MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

44 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

49 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

49 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.