Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Moral Untuk Menjembatani Lawan

Oleh

image-gnews
Iklan
RICHARD Nixon mungkin tipe orang yang tak banyak berbahagia. Dia tak dikenal bijak bicara dengan humor, pandai bersantai berbukan-bukan. Ia begitu serius. Agak pemalu. Mungkin juga "udik". Dia memang kelahiran pedalaman, 45 km dari Los Angeles, di sebuah dusun pertanian yang bernama Yorba Linda. Keluarganya miskin. "Bila kota kecil itu dingin," tulis seorang penyusun biografi Nixon, "rumah keluarga Nixon sangat, sangat dingin". Bapak, ibu dan anak-anak pun berpakaian tebal berdesak-desak di dapur, dekat kompor tempat masak. "Peluit kereta api adalah musik paling merdu yang waktu itu saya dengar," demikian Nixon mengenang. Ketika ia berumur 11 ia sudah bekerja sebagai buruh tani sambilan. Ia juga penunggu kedai kelontong bapaknya - ketika si bapak gagal jadi petani limau. Atau ia jadi tukang pompa bensin, pengantar barang dan entah apa lagi. Pendcknya sejak umur 16 tahun, Nixon sudah terbiasa bekerja 16 jam sehari, buat cari nafkah seraya sekolah. Di sekolah dia anak yang bersungguh-sungguh. Dia selalu ingin menang bertanding, baik dalam debat ataupun bola. Dan dengan ketegangan hati. Kawan masa remajanya bisa mengingat bagaimana Dick Nixon biasa hilang selera untuk makan sebelum pertandingan -hingga mereka berebutan duduk dekat anak dari dusun Yorba Linda itu, buat menyikat porsinya. Nasib kemudian meletakkannya sebagai tokoh politik yang harus bertarung dengan John Kennedy. Sebu ah kontras yang hampir lengkap: bila Nixon berasal dari rumah kecil yang kena dingin, Kennedy adalah anak kalangan atas yang penuh buku-pesta-dan-cinta. Bila Nixon seorang yang --dengan kepahitan masa muda --nampak masam di muka orang banyak, Kennedy dengan tawa dan kata-kata bisa jadi magnet orang sekitar. Dan dalam persaingan untuk kursi kepresidenan 1960 itu, Nixon kalah. Ia tak bisa melupakan pukulan ini. Ia merasa, dan selalu merasa, bahwa ia telah dipermak oleh pers. Para pelukis kartun (terutama Herblock dari Washington Post), memang melontarkan gambaran tentang Nixon yang nyaris seram, dan tak mudah dilupakan: bulu mukana membayang gelap, hidungnya mencocor, dagunya menggerowal. Tak heran bila Nixon bukan saja berhenti berlangganan Washington Post, (dengan alasan ia tak ingin putri-putrinya melihat kartun Herblock). Ia juga memusuhi koran terkemuka itu sampai ke ulu hati. "Musuh selalu merupakan hal yang pokok bagi dirinya," tulis David Halberstam dalam The Pouers That Be, yang melukiskan secara mengasyikkan konflik Nixon dengan pers. Nixon bahkan seakan membutuhkan musuh-musuh itu, "seperti sebagian orang perlu menggigit untuk melawan rasa gigi yang sakit." Dan ketika ia jadi Presiden, di tahun 1968, permusuhannya tak ia hentikan. Ia tak mengulurkan tangan. Ia ingin membalas, "memo tong mereka, melumatkan mereka", untuk memakai kata-kata David Halberstam. Adapun "mereka" yang dimaksud itu termasuk juga kalangan cendekiawan umumnya, terutama dari universitas-universitas tersohor. Mereka inilah kaum Establishment, yang pintar, berpengaruh, terpandang, punya glamor, tapi angkuh--kaum "ningrat " yang memandang enteng anak miskin yang naik dari udik. Kadang memang orang-orang pintar yang gemar mengkritik itu menjengkelkan. Bahkan tak adil. Nixon toh bukannya tanpa prestasi. Tapi patutkah sebenarnya Nixon, dalam posisinya ketika itu, tetap merasa tak aman dan menganggap perdebatan politik sebagai pergulatan hidup-mati? Henry Kissinger, di bagian lanjutan memoirsnya yang dimuat Time 8 Maret yang lalu, memahami sikap bekas Presidennya itu. Tapi ia juga menyesalinya: "Seorang Presiden tak dapat menghalalkan tindakannya yang menyeleweng dengan alasan bahwa lawan-lawannya juga berlebih-lebihan. Merupakan tugasnyalah untuk memasang ukuran moral, untuk membangun jembatan ke arah lawan-lawannya". Tapi itulah yang tak dilakukan Nixon, yang dirundung syakwasangka, yang tak bisa tenteram dan tak berbahagia.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

39 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

44 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

44 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.


Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

12 November 2023

Budayawan Goenawan Mohamad hadiri pembukaan pameran 25 Tahun Reformas!h In Absentia di Yayasan Riset Visual mataWaktu, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2023. Pameran yang menampilkan kumpulan foto arsip, seni instalasi dan grafis tersebut digelar dalam rangka merefleksikan seperempat abad gerakan reformasi di Indonesia, pameran berlangsung hingga 17 Juni mendatang. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

Goenawan Mohamad menyebut pilpres mendatang berlangsung dalam situasi mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar.