Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Yahudi

Oleh

image-gnews
Iklan
AKU tak bermaksud menulis tentang orang-orang yang menangis. Itulah kata-kata Menachem Begin dalam The Revolt, sebuah buku tentang hidupnya, tindakannya dan pandangannya. "Buku ini dipersembahkan bukan kepada airmata, tetapi kepada pembangkangan, bukan kepada yang bernasib malang, melainkan kepada yang memberontak." Tak seorang pun mengira, bahwa Menachem kecil yang dulu tak bisa sport itu pada akhirnya bisa mengucapkan demikian. Ia yang dikenal sopan dalam bergaul, ia yang begitu banyak membaca. Tak seorang pun mengira bahwa ketika ia tumbuh jadi orang, ia ingin membebaskan tanah Palestina dari Inggris bukan dengan cara BenGurion, dengan havlagah atau "menahan diri". Menachem Begin jadi seorang pemimpin teror. Salah satu adegan terkenal dalam riwayat hidupnya ialah ketika ia menggantung dua prajurit Kerajaan - lalu memasang ranjau di dekat pohon itu. Perhitungan Begin ialah bila tentara Inggris datang untuk mengangkut tubuh di dahan itu, tempat itu akan dihumbalangkan oleh ledakan. Makin banyak tenura musuh diharapkan akan tewas. Tapi yang terjadi ternyata tak sehebat itu - justru terasa lebih keji: tempat itu memang menggelegar, tapi yang hancur hanya mayat anak muda yang telah dijirat itu, berkeping-keping. Begin toh tak mau dikecam karena kebiadaban. Baginya tindakan itu sah, adil, niscaya. Tenura Inggris harus diusir. Menachem tanpa apologi. Dunia tak hendak berbelas kasihan kepada bangsa Yahudi demikian tulisnya. Sebagaimana dunia tak menaruh belas kepada ribuan ternak yang digiring ke rumah penjagalan di Chicago, dunia juga tak tergugah - atau telah jadi biasa - melihat "puluhan ribu manusia dimasukkan ke pembantaian seperti domba, di Treblinka." "Bila orang jadi buas seperti binatang, orang Yahudi pun tak lagi dipandang sebagai manusia, demikian lagi tulisnya. Betapa geram, betapa pahit. Dan seperti psikologi penganut terorisme yang lain, betapa terbatas. Begin tak melihat, bahwa bila orang jadi buas seperti hewan, bukan cuma orang Yahudi yang tak dipandang sebagai manusia. Tapi juga orang Arab, atau orang Inggris, orang Bali atau orang lain yang mungkin tak termasuk dalam cakrawala kegetiran Menachem Begin. Dengan kata lain, dunia tak cuma terdiri dari orang Yahudi dan bukan orang Yahudi, yang satu terpisah--bahkan terancam--oleh yang lain. DULU Adolf Hitler mengirim anak kecil Anne Frank dan orang-orang sebangsanya ke kamar gas untuk dibasmi. Itulah "penyelesaian terakhir"-nya bagi persoalan Yahudi, suatu kerja besar. Sebenarnya Hitler pun punya dunia yang geram, pahit, terbatas: dunia yang menyisihkan "bani Israel" itu dari manusia selebihnya. Adakah Begin memiliki kerangka pandangan yang sama dengannya, tapi dari posisi duduk yang berlawanan? Barangkali tidak--atau tak sejauh itu. Betapa pun orang toh kian yakin bahwa dasawarsa ini bukan dasawarsa pembunuhan di Treblinka dan Dachau. Bangsa Yahudi memang bangsa yang luka, tapi seperti pernah ditulis Rabbi Arthur Hertzberg, "bahkan suatu bangsa yang luka pun tak bisa terus-menerus menjerit." Masalah yang dihadapi Israel kini agaknya ialah bahwa ia memang tak bisa terus-menerus menjeritkan kepedihannya yang lama. Jerit orang Palestina tak kurang kerasnya, dan tak kurang pula dalamnya. Keduanya bersahuun. Novelis Amos Oz dengan indahnya mungkin melukiskan itu dalam Where the Jackals Howl, ketika malam tiba dan suara ajak melolong dan anjing-anjing jinak di kibbutz menyalak. "Kadang terjadi di tengah malam, seekor anjing rumah yang montok mendengar suara saudaranya yang dikutuk. Bukan dari padang-padang gelap suara itu datang. Musuh yang dibencinya itu tinggal di dalam hatinya sendiri."
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


The Sahira Hotel Menyambut Zasly Perdana Kusuma sebagai General Manager Baru

1 hari lalu

Zasly Perdana Kusuma, General Manager The Sahira Hotel yang baru,
The Sahira Hotel Menyambut Zasly Perdana Kusuma sebagai General Manager Baru

The Sahira Hotel adalah sebuah akomodasi bintang 4 yang berkonsep madani eksklusif dengan sentuhan nuansa Timur Tengah.


Menhan Israel: Hasil Akhir Perang Gaza akan Berdampak ke Timur Tengah selama Bertahun-tahun

1 hari lalu

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berbicara selama konferensi pers bersama dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv, Israel 18 Desember 2023. REUTERS/Violeta Santos Moura
Menhan Israel: Hasil Akhir Perang Gaza akan Berdampak ke Timur Tengah selama Bertahun-tahun

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan hasil akhir dari perang di Gaza akan memengaruhi Timur Tengah selama bertahun-tahun.


McDonald's Tutup Seluruh Gerai di Sri Lanka, Bagaimana Bisnis McD Pasca Dihujani Boikot?

2 hari lalu

Logo McDonald. REUTERS/Bazuki Muhammad
McDonald's Tutup Seluruh Gerai di Sri Lanka, Bagaimana Bisnis McD Pasca Dihujani Boikot?

McDonald's tutup seluruh gerainya di Sri Lanka. Bisnis McD di Timur Tengah pun terimbas akibat aksi boikot anti-israel.


5 Pemimpin Negara Muslim dan Timur Tengah yang Ucapkan Selamat Kepada Prabowo

3 hari lalu

Presiden AS Joe Biden berbincang dengan Pangeran Mohammed bin Salman saat mengunjungi Al Salman Palace, di Jeddah, Arab Saudi, 15 Juli 2022. Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS
5 Pemimpin Negara Muslim dan Timur Tengah yang Ucapkan Selamat Kepada Prabowo

Raja Salman hingga Presiden Uni Emirat Arab mengucapkan selamat atas kemenangan Prabowo dalam Pemilu 2024.


Al Qaeda Umumkan Kematian Pemimpinnya, Penyebab Masih Misteri

17 hari lalu

Al Qaeda Umumkan Kematian Pemimpinnya, Penyebab Masih Misteri

Al Qaeda Yaman mengumumkan kematian pemimpinnnya. Pemimpin baru telah diumumkan.


Dampak Boikot, Pewaralaba Starbucks di Timur Tengah Pecat 2.000 Pekerja

21 hari lalu

Seorang pekerja membersihkan jendela kedai kopi Starbucks dari Grafiti bertuliskan,
Dampak Boikot, Pewaralaba Starbucks di Timur Tengah Pecat 2.000 Pekerja

Pemilik waralaba Starbucks di Timur Tengah pada Selasa mengakui bahwa mereka telah mulai memecat sekitar 2.000 pekerja akibat boikot anti-Israel


Imigrasi Jakarta Selatan Tangkap 3 WNA Yaman Pelaku Penyelundupan Manusia

34 hari lalu

Kepala Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta Sandi Andaryadi (kiri) bersama Kepala Kantor Imigrasi Jakarta Selatan Felucia Sengky Ratna (kedua kiri) menunjukkan barang bukti di Jakarta, Jumat 23 Februari 2024. ANTARA/Khaerul Izan
Imigrasi Jakarta Selatan Tangkap 3 WNA Yaman Pelaku Penyelundupan Manusia

Imigrasi mengatakan 3 WNA asal Yaman ini dipastikan tidak bekerja sendiri, namun ada juga WNI yang terlibat dalam kasus penyelundupan manusia.


Top 3 Dunia: Menlu Retno di ICJ, Suara Prabowo-Gibran dan Anies-Muhaimin di Luar Negeri

36 hari lalu

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Dokumentasi Kementerian Luar Negeri RI
Top 3 Dunia: Menlu Retno di ICJ, Suara Prabowo-Gibran dan Anies-Muhaimin di Luar Negeri

Berita Top 3 Dunia pada Selasa 20 Februari 2024 diawal oleh kabar Menlu Retno akan menyampaikan oral state soal Palestina di ICJ


Daftar Pangkalan Militer Rahasia AS di Timur Tengah, dari Israel hingga Arab Saudi

40 hari lalu

Angaktan laut Taiwan mengambil posisi saat latihan pada bagian dari demonstrasi kepada media untuk menunjukkan kesiapan tempur menjelang liburan Tahun Baru Imlek, di pangkalan militer di Taitung, Taiwan 31 Januari 2024. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
Daftar Pangkalan Militer Rahasia AS di Timur Tengah, dari Israel hingga Arab Saudi

Berikut daftar pangkalan militer rahasia AS di Timur Tengah, diantaranya ada di Israel dan Arab Saudi


Kilas Balik Pecahnya Revolusi Iran 45 Tahun Lalu

46 hari lalu

Pendemo memegang poster yang menunjukkan potret pendiri revolusioner Iran Ayatollah Khomeini, dan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dalam sebuah demonstrasi pro-pemerintah di kota suci Qom, Iran, 3 Januari 2018. Puluhan ribu warga Iran mengambil bagian dalam demonstrasi pro-pemerintah di beberapa kota di seluruh negeri. AP
Kilas Balik Pecahnya Revolusi Iran 45 Tahun Lalu

Revolusi Iran 45 tahun lalu mengakhiri rezim monarki Pahlavi dipimpin Shah Mohammad Reza Pahlavi dan membawa Ayatollah Ruhollah Khomeini ke kekuasaan