Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Masih menjadi pertanyaan

Oleh

image-gnews
Iklan
MEREKA menamakan Sutan Syahrir "perdana meoteri atom". Suatu kekaguman, memang toko kaum sosialis Indonesia di awal kemerdekaan ini berpotongan kecil, tapi diantara dari masa modern di Asia. Betapapun julukan itu tak teramat tepat. Si "atom" itu tak pernah meledak. Ia tak pernah mengalahkan. Ia bahkan tak teramat mengejutkan. Dan bila anda baca buah pikirannya yang Agustus 1982 yang lalu diterbitkan-dengan judul Sosialisme Pembangunan Indonesia -- anda akan merasakan: Syahrir menyerang, mengkritik, tapi pukulannya bukanlah smash. Dia seorang pemain rally yang pelan, cermat. Hanya kurang efektif. Seorang tokoh sosialis dari jenis yang suka diejek musuh-musuhnya sebagai "Soska" -- alias sosialis kanan--Syahrir menyerang komunisme dengan argumen-argumen panjang yang mendasar. Ia juga mengurai kelemahan-kelemahan "Demokrasi Terpimpin" Bung Karno. Tokoh ini, yang biasanya diberi cap "Barat" dalam sikapnya, nampaknya memang alot dan gigih dalam satu hal: sosialismenya adalah sosialisme yang, dalam kata-katanya "percaya atas martabat manusia". Itulah baginya inti "sosialisme kerakyatan". Tapi tidakkah itu cuma harapan dan, sekedar semboyan? Bagi Syahrir pasti tidak. Tapi tokoh Partai Sosialis Indonesia ini toh pada dasarnya satu dari sejumlah pemikir Asia y ang dalam kesulitan. Dia merasakan ketidaksabaran untuk mengubah keadaan, tapi dia tahu bahwa hanya dengan kesabaran - martabat manusia dapat dijaga. "Kaum sosial (is) kerakyatan di Asia menyadari bahua mereka mempunyai ketidak-sabaran revolusioner yang sama dengan kaum komunis," kata Syahrir dalam ceramahnya di Kongres Sosialis di Bombay 6 November 1956, "tetapi mereka melihat dengan sangat jelas bahwa kaum komunis telah menempuh sesuatu jalan yang salah". Dituntun oleh Lenin dan Stalin, kata Syahrir pula, kaum komunis "telah menghancurkan dalam diri mereka sendiri jiwa serta semangat sosialisme, yaitu kemampuan untuk menghargai kemanusiaan dan martabat manusia". Syahrir, kita tahu, bukan sekedar mengigau. Di bawah Stalin kaum Bolshewik membasmi- bukan saja para pengisap, tapi menyikat kaum Bolshewik lain yang tak segaris. Orang kini pun masih bicara dengan hati bergetar pembersihan tahun 1930-an --dengan atau tanpa membaca kesaksian Solzhenitsyn. Dan kemudian datanglah Pol Pot. Tapi persoalan yang mungkin dapat dikedepankan setelah membaca Syahrir ialah: apakah hasilnya menghargai kemanusiaan, apa pula arti martabat manusia, di tengah penindasan? Suatu khotbah budipekerti? Suatu sikap heroik-tapi juga tragik? Hak-hak asasi, seperti yang hendak dikatakan Bung Karno dalam perdebatan sewaktu menyusun konstitusi di bulan Juli 1945, tak akan menolong mereka yang paling butuh, yang paling lapar. Jelas, bagi mereka yang benar-benar punya "ketidak-sabaran revolusioner", Syahrir adalah suara tanpa tindakan . TAPI soalnya memang tak mudah adakah satu alternatif lain, ketika sosialisme Syahrir ditolak dan sekah.us juga komunisme? Pemikiran Syahrir, akhirnya, seperti halnya pemikiran Bung Karno, kini terasa sebagai jawaban yang belum selesai bagi beberapa soal dasar di Indonesia. Dan Marxisme-Leninisme? Ia telah buntu di sebuah gang yang mengerikan. Tapi inilah aman yang teramat banyak menuntut. Syahrir dan Soekarno --dan yang lain-lain--tiba-tiba menemukan diri mereka dalam posisi tak lagi sebagai pemikir. Mereka penggerak yang harus memihak, dalam konflik politik di tanah air mereka, Lalu sejumlah pertanyaan ditelan kembali. Hidup memang kadang menunda pertanyaan.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

18 November 2023

Calon presiden nomor urut satu Anies Baswedan memberikan sambutan saat deklarasi relawan Garda Matahari di Jakarta, Jumat 17 November 2023. Relawan Garda Matahari mendeklarasikan dukungan terhadap calon presiden dan wakil presiden dari koalisi perubahan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar pada Pilpres 2024. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

Anies Baswedan mengatakan, pihaknya memahami betul bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang berdasar Pancasila.


Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

28 September 2023

Patung 7 pahlawan di Monumen Lubang Buaya. Shutterstock
Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

Menjelang meletusnya G30S 1965, situasi politik sangat tegang. PKI dan TNI bersitegang soal angkatan kelima.


Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

5 Mei 2023

Monumen Karl Marx di London, Inggris Dirusak. [SKY NEWS]
Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

Pemikiran Karl Marx dituangkan pada sejumlah buku, dua di antaranya adalah Das Kapital dan Communist Manifesto.


Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

26 Februari 2023

Tan Malaka. ANTARA/Arief Priyono
Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

Tan Malaka salah satu pahlawan nasional, dengan banyak nama. Pemikirannya tentang konsep bangsa Indonesia diserap Sukarno - Hatta.


Anwar Ibrahim Jamin Tak Akui LGBT, Sekularisme, Komunisme di Pemerintahannya

7 Januari 2023

Perdana Menteri baru Malaysia Anwar Ibrahim melambai kepada fotografer saat ia tiba di Istana Nasional di Kuala Lumpur, Malaysia, 24 November 2022. Anwar resmi dilantik sebagai perdana menteri ke-10 Malaysia. Fazry Ismail/Pool via REUTERS
Anwar Ibrahim Jamin Tak Akui LGBT, Sekularisme, Komunisme di Pemerintahannya

PM Malaysia Anwar Ibrahim menegaskan tak akan menerima LGBT, sekularisme, dan komunisme di pemerintahannya. Ia mengatakan telah difitnah.


Pemerintah Sebut Pasal 188 RKUHP Tak Akan Cederai Kebebasan Berpendapat

29 November 2022

Polisi membubarkan aktivis yang membentangkan spanduk saat aksi jalan pagi bersama tolak RKUHP dalam Car Free Day di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu, 27 Noveber 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis
Pemerintah Sebut Pasal 188 RKUHP Tak Akan Cederai Kebebasan Berpendapat

Juru Bicara Tim Sosialisasi RKUHP, Albert Aries mengatakan pasal 188 tidak akan mencederai kebebasan berpikir dan berpendapat.


Perlu Tafsir Ketat Soal Larangan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila di RKUHP

29 November 2022

Anggota Komisi Hukum DPR dari Fraksi Nasdem Taufik Basari ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 4 November 2019. TEMPO/Putri.
Perlu Tafsir Ketat Soal Larangan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila di RKUHP

Anggota DPR Komisi Hukum Fraksi Partai NasDem, Taufik Basari, menilai perlu ada tafsir ketat terhadap pasal 188 RKUHP.


5 Situasi Menjelang G30S, Pertentangan TNI dan PKI Makin Memanas

26 September 2022

Diorama penyiksaan Pahlawan Revolusi oleh anggota PKI (Partai Komunis Indonesia) di Kompleks Monumen Pancasila Sakti, Jakarta, 29 September 2015. ANTARA FOTO
5 Situasi Menjelang G30S, Pertentangan TNI dan PKI Makin Memanas

G30S menjadi salah satu peristiwa kelam perjalanan bangsa ini. Berikut situasi-situasi menjadi penyebab peristiwa itu, termasuk dampak setelah G30S.


Draf RKUHP: Ingin Ganti atau Tiadakan Pancasila Diancam 5 Tahun Penjara

11 Juli 2022

Wakil Menteri Hukum dan HAM Edward Omar Sharif Hiariej (kiri) berbincang dengan Wakil Ketua Komisi III DPR Adies Kadir (kanan) dan Pangeran Khairul Saleh (kedua kanan) usai menyerahkan draf RKUHP dan RUU tentang Permasyarakatan yang telah disempurnakan dalam rapat kerja dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 6 Juli 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis
Draf RKUHP: Ingin Ganti atau Tiadakan Pancasila Diancam 5 Tahun Penjara

RKUHP juga menyebut penyebaran ideologi komunisme atau marxisme-leninisme juga diancam penjara, kecuali belajar untuk kepentingan ilmu pengetahuan.


Sejak Kapan Hari Lahir Pancasila Jadi Hari Libur Nasional?

1 Juni 2022

Puluhan warga membawa poster bergambar Pancasila dan Bendera Merah Putih bersiap mengikuti kirab memperingati hari lahirnya Pancasila di Desa Wonorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, 1 Juni 2017. Kirab Pancasila dilaksanakan untuk menumbuhkan rasa nasionalsme dan mengajarkan nilai-nilai Pancasila. TEMPO/Pius Erlangga
Sejak Kapan Hari Lahir Pancasila Jadi Hari Libur Nasional?

Pemerintah belakangan menetapkan Hari Lahir Pancasila sebagai hari libur nasional. Sejak kapan hal tersebut berlaku?