Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kampung!

image-profil

image-gnews
Iklan

Heri Priyatmoko,
Alumnus Pascasarjana Sejarah FIB UGM

Tanpa terasa dua windu telah lewat. Peristiwa kerusuhan Mei 1998 yang dibarengi aksi kekerasan meninggalkan kenangan mendalam, barangkali kekal bagi mereka yang menjadi korban.

Kala itu, kota dan banyak pertokoan besar terbakar. Tapi, eloknya, ruang kampung utuh. Tiada yang berani menyentuhnya, apalagi membakar. Kampung malah menjelma menjadi tempat berlindung yang aman bagi korban (rata-rata sahabat Tionghoa) dari amukan massa yang kalap dan kelompok penjarah yang tak lagi punya hati nurani.

Kampung dan kota merupakan dua entitas yang sulit diceraikan lantaran punya relasi yang bersifat komplementer. Kota terdiri atas banyak kampung. Secara teoretis, kampung semula merupakan kumpulan rumah, sebagai kesatuan unit administrasi yang meliputi suatu area yang terdiri atas permukiman inti dan beberapa permukiman yang lebih kecil. Adapun istilah kampung pada zaman kolonial menunjukkan suatu wilayah hunian yang sering kali kumuh dan mengepung kota-kota besar, yang tumbuh hampir tidak terkontrol, serta sering dianggap tak sesuai dengan perencanaan kota, atau tak terencana (Amos Setiadi, 2010). Warisan pemikiran kolonial itu mengakar, dan tampaknya mengakibatkan keberadaan kampung acap diremehkan oleh pemerintah kota, baik segi penataan ruang maupun pemberdayaan komunitas.

Bila berkaca dari realitas sejarah kelam kerusuhan Mei 1998 ini, sebenarnya kita disadarkan bahwa kota adalah ruang yang rapuh. Miskin paseduluran (kerukunan) di sana, dan seolah warga tak merasa handarbeni (memiliki) akan kota. Berbeda dengan kampung, kendati perkembangannya dipengaruhi kota bertolak dari dampak globalisasi, lingkungan sosial kampung tetap mampu mewadahi kerukunan warga yang terikat dalam hubungan kekerabatan ataupun aneka kegiatan sosial semacam arisan, kerja bakti, dan ronda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain memiliki kesatuan administrasi yang lebih kecil (rukun tetangga dan rukun warga), kampung yang relatif bersifat tradisional ini masih mengamalkan ungkapan lokal. Misalnya, warga percaya "pager mangkok luwih kuat tinimbang pager tembok". Terjemahan bebasnya, dengan gemar memberi makanan kepada tetangga, mereka akan ikut menjaga harta dan keamanan rumah kita. Dengan demikian, kampung bisa mempertahankan pola kehidupan sosial dalam bentuk yang lebih fleksibel, atas dasar kerukunan dan saling menghargai. Kenyataan inilah yang turut menjadi alasan mengapa kampung tak tersentuh kerusuhan.

Mulut gang kampung dijaga ketat. Orang lain yang bukan komunitasnya sulit masuk jika tak sanggup memberi alasan jelas dan menunjukkan kartu identitasnya. Tiba-tiba rasa tepa selira (toleransi) yang biasa ditemukan di jalan kampung menguap. Seketika yang muncul ialah rasa waswas ketimbang tepa selira. Jalan kampung, yang sehari-hari bersifat publik dan menjadi ruang ampuh untuk mempersatukan warga serta memelihara kerekatan sosial di kampung, berubah menjadi privat bagi pengunjung. Dalihnya adalah demi menjaga keamanan kampung, karena kota dinilai sudah tidak lagi aman.

Dari kilas balik ini, kita paham bahwa kampung bukan sekadar tempat bermukim dan bersosialisasi. Pada saat genting, kampung merupakan benteng keamanan terakhir masyarakat yang sebelumnya diikat oleh rasa solidaritas dan kerukunan yang dipupuk dalam kehidupan sehari-hari. Kota bukanlah segala-galanya, bukan? *

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menteri Yasonna Laoly Minta Masyarakat untuk Terus Mendesak Penuntasan Kasus Kerusuhan Mei 1998

1 Februari 2024

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna H. Laoly.
Menteri Yasonna Laoly Minta Masyarakat untuk Terus Mendesak Penuntasan Kasus Kerusuhan Mei 1998

Menteri Hukum dan HAM menerima sejumlah advokat dari TPDI yang meminta penuntasan kasus Kerusuhan Mei 1998.


Amnesty Minta Negara Tak Lupa Usut Kekerasan Seksual dalam Kerusuhan Mei 1998

15 Mei 2023

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid. Foto: TEMPO | Hilman Faturrahman W
Amnesty Minta Negara Tak Lupa Usut Kekerasan Seksual dalam Kerusuhan Mei 1998

Amnesty International Indonesia meminta pemerintahan mengusut kekerasan seksual dalam Tragedi Kerusuhan Mei 1998.


Jejak Samar Kekerasan Seksual Mei 98 di Surabaya

7 April 2023

Warga yang melakukan penjarahan di toko-toko pada saat kerusuhan Mei 98. RULLY KESUMA
Jejak Samar Kekerasan Seksual Mei 98 di Surabaya

Komnas Perempuan sedang menelusuri jejak kekerasan seksual Mei 1998 di Surabaya.


Dipicu Kekerasan Seksual 1998, Inilah Sejarah Berdirinya Komnas Perempuan

20 Agustus 2022

Komisioner Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin (kiri) bersama Azriana (tengah) dan Masruchah saat  menggelar konferensi pers terkait tidak disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual oleh DPR RI periode 2014-2019 di Kantor Komnas Perempuan, Jakarta, Senin, 1 Oktober 2019. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Dipicu Kekerasan Seksual 1998, Inilah Sejarah Berdirinya Komnas Perempuan

Komnas Perempuan dibentuk sebagai buntut tindak kekerasan terhadap perempuan dalam kerusuhan Mei 1998.


12 Kasus Pelanggaran HAM Berat yang Pernah Ditangani Komnas HAM

27 Juli 2022

Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono yang juga Ketua tim khusus bentukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk mendalami kasus penembakan terhadap Brigadir J oleh Bharada E di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo bersama Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik saat memberikan keterangan pers di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Jumat 15 Juli 2022. Kedatangan Wakapolri untuk melakukan pertemun dengan Komnas HAM terkait kasus kasus penembakan terhadap Brigadir J oleh Bharada E. TEMPO/Subekti.
12 Kasus Pelanggaran HAM Berat yang Pernah Ditangani Komnas HAM

Selain kasus kematian Brigadir J, Komnas HAM banyak terlibat menangani kasus pelanggaran HAM berat lainnya. Apa saja kasus tersebut?


Catatan 5 Peristiwa Sebelum Soeharto Lengser sebagai Presiden RI

14 Mei 2022

Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998 setelah 32 tahun menjabat. wikipedia.org
Catatan 5 Peristiwa Sebelum Soeharto Lengser sebagai Presiden RI

Peristiwa 12 sampai 15 Mei 1998 di Jakarta dikenal sebagai Kerusuhan Mei 1998 menjadi satu penyebab Soeharto lengser sebagai Presiden pada 21 Mei 1998


Kronologi Tragedi Kerusuhan 12 - 15 Mei 1998, Gugur 4 Mahasiswa Trisakti

13 Mei 2022

Seorang mahasiswa menabur bunga memperingati tragedi 12 Mei 1998 di kampus Universitas Trisakti, Jakarta (12/5).  ANTARA/Paramayuda
Kronologi Tragedi Kerusuhan 12 - 15 Mei 1998, Gugur 4 Mahasiswa Trisakti

Peristiwa 12 sampai 15 Mei 1998 di Jakarta dikenal sebagai Tragedi Mei 1998. Empat mahasiswa Trisakti tewas ditembak dan timbulnya kerusuhan massa.


Dunia Kecam Kerusuhan Mei 1998, Indonesia Dianggap Gagal Lindungi Warga Negara

14 Mei 2021

Kerusuhan Mei 1998, menjelang Soeharo lengser, berupa amuk massa, pembakaran, penjarahan dan pemerkosaan. Ita Marthadinata, korban pemerkosaan, yang kemudian dibunuh sehari menjelang ia pergi ke PBB untuk sampaikan testimoni. MARIA FRANSISCA
Dunia Kecam Kerusuhan Mei 1998, Indonesia Dianggap Gagal Lindungi Warga Negara

Pemerintahan Indonesia mendapat kecaman keras dari Singapura, Taiwan, Malaysia, Thailand dan Amerika Serikat saat terjadi kerusuhan Mei 1998.


Kerusuhan Mei 1998, Sejarah Kelam Pelanggaran HAM di Indonesia

14 Mei 2021

Massa membalik dan membakar mobil pada kerusuhan tanggal 14 mei 1998 di jalan hasyim ashari, Jakarta [ Bodhi Chandra/ DR; 20000422 ].
Kerusuhan Mei 1998, Sejarah Kelam Pelanggaran HAM di Indonesia

Kerusuhan Mei 1998 jadi sejarah kelam bagi bangsa Indonesia, pelanggaran HAM terjadi secara masif kala itu.


Hujan di Balik Jendela, Kisahkan Pengorbanan dan Ketulusan Cinta

8 Februari 2021

Film Hujan di Balik Jendela. Foto: Falcon Pictures
Hujan di Balik Jendela, Kisahkan Pengorbanan dan Ketulusan Cinta

Selain ceritanya yang bagus, Bio One merasa setiap karakter di film Hujan di Balik Jendela ini punya kerumitan masing-masing yang beragam.