Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rakyat Butuh Presiden Baru

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Anton Kurnia, Mantan aktivis mahasiswa ITB

Mei 1998. Saya masih ingat, Kamis pagi 13 Mei, sekitar pukul sembilan, saya berangkat dari rumah kakek saya di kawasan Maleer yang padat menuju kampus ITB, hendak menghadiri aksi Kamisan di boulevard Ganesha. Sudah beberapa hari saya tak ke luar rumah, sehingga agak tertinggal kabar terakhir dari kawan-kawan. Saat itu ponsel masih barang mewah dan jaringan Internet tak semassal saat ini.

Di depan kampus ITB, massa sudah berkumpul. Membeludak. Saya segera bergabung. Polisi berjaga. Tapi tak seperti hari-hari lain, kini mereka tampak melonggarkan penjagaan. Tak ada senjata laras panjang. Tak ada tentara. Sebelumnya, sepasukan tentara bersenjata selalu berjaga di belakang barikade polisi. Sesekali mereka memerangkap massa demonstran saat terjadi dorong-dorongan dengan cara membuka sedikit barikade, lalu cepat-cepat menutupnya, sehingga beberapa demonstran terjebak terkepung di antara polisi dan tentara, lalu dengan mudah dihajar pentungan atau disepak sepatu lars sampai babak-belur.

Setelah beberapa orasi me-ngutuk penembakan mahasiswa di Jakarta dan menuntut Soeharto segera mundur, kami mulai bergerak. Biasanya, paling hebat kami hanya bisa merangsek hingga mulut Jalan Ganesha, di pertigaan Dago depan Borromeus. Itu pun setelah aksi jibaku saling dorong dengan petugas yang kerap memakan korban tak sedikit. Lebih sering kami tertahan di depan kampus. Lalu dipukul mundur dengan beringas oleh tentara. Tapi hari itu kami leluasa bergerak sambil bernyanyi dan meneriakkan yel-yel penuh semangat. Polisi-polisi yang tampak tak berwibawa hanya melihat dan membiarkan. Memberi jalan.

Kami terus maju menuju Gedung Sate, yang merupakan simbol kekuasaan, tempat gubernur dan para anggota DPRD Jawa Barat berkantor. Saat itu kami benar-benar marah mendengar kabar penembakan di Jakarta. Massa makin meluap dalam iring-iringan para demonstran. Banyak yang bergabung di tengah jalan. Saya ada di saf depan sehingga bisa mengamati keadaan dengan leluasa. Polisi membiarkan kami maju dengan bebas. Berbaris dengan tertib melewati jalan-jalan utama. Kami bernyanyi, berteriak, berseru. Tapi tak ada kerusuhan, apalagi huru-hara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akhirnya kami berhasil menduduki Gedung Sate tanpa perlawanan dari aparat keamanan. Kami lalu membentuk pagar betis. Membentangkan spanduk panjang dari kain putih bertulisan huruf-huruf merah: "RAKYAT BUTUH PRESIDEN BARU". Beberapa orang berorasi: "Reformasi sekarang juga!"

Setelahnya, massa beralih ke Lapangan Gasibu di depan Gedung Sate, bergantian berorasi menuntut rezim segera bubar. Seorang kawan yang baru datang dari Jakarta bergabung, memberi kabar soal penembakan di Trisakti. Dia melihat sendiri jenazah para martir yang berlubang oleh peluru tajam. Tapi kabar soal kerusuhan tetap simpang-siur.

Kami marah, kami sedih, tapi kami juga mulai gembira. Tanda-tanda kejatuhan Soeharto telah makin dekat. Kami bersiap berpesta di dalam duka. Selepas zuhur, kami mundur dengan optimisme di hati masing-ma-sing bahwa rezim yang korup dan haus darah ini akan segera hancur.

Kita tahu, sejarah kelak mencatat delapan hari kemudian Soeharto mundur setelah 32 tahun berkuasa dengan tangan besi di republik ini. Reformasi pun bergulir walau keburu layu sebelum mekar. Kini sudah dua windu berlalu. Bagi para demonstran, bergerak sampai ke mulut Jalan Ganesha sama sekali bukan  prestasi. Dengan mudah para demonstran menembus barikade polisi, berorasi di lobi gedung-gedung pemerintah. Rakyat masih butuh preisden baru, dan rakyat hanya bisa terus menunggu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Harta Kekayaan Megawati, SBY, dan Jokowi Saat Akhir Menjabat Presiden RI, Siapa Paling Tajir?

20 hari lalu

Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati dan Jokowi. Instagram, dan ANTARA
Harta Kekayaan Megawati, SBY, dan Jokowi Saat Akhir Menjabat Presiden RI, Siapa Paling Tajir?

Harta kekayaan Jokowi Rp 95,8 miliar selama menjabat. Bandingkan dengan harta kekayaan presiden sebelumnya, Megawati dan SBY. Ini paling tajir.


Pendukung Bersorak Setiap Prabowo Sebut Nama Titiek Soeharto, Ini Profil Anak Keempat Presiden RI ke-2

18 Februari 2024

Titiek Soeharto. TEMPO/Nickmatulhuda
Pendukung Bersorak Setiap Prabowo Sebut Nama Titiek Soeharto, Ini Profil Anak Keempat Presiden RI ke-2

Setiap kali Prabowo menyebut nama Titiek Soeharto, pendukungnya bersorak. Berikut profil pemilik nama Siti Hediato Hariyadi.


Masa-masa Akhir Jabatan Presiden RI dari Sukarno hingga Jokowi, Beberapa Berakhir Tragis

13 Februari 2024

Presiden Joko Widodo berbincang dengan warga penerima manfaat pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Dalam kesempatan tersebut Presiden memastikan Pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Masa-masa Akhir Jabatan Presiden RI dari Sukarno hingga Jokowi, Beberapa Berakhir Tragis

Tujuh Presiden RI miliki cerita pada akhir masa jabatannya. Sukarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, dan Jokowi punya takdirnya.


Sejak Kapan Megawati Menjadi Ketua Umum PDIP?

11 Januari 2024

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politik dalam perayaan HUT ke-51 PDI Perjuangan di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu, 10 Januari 2024. PDI Perjuangan menggelar perayaan HUT ke-51 dengan mengusung tema 'Satyam Eva Jayate' alias kebenaran pasti menang yang dilaksanakan secara sederhana. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sejak Kapan Megawati Menjadi Ketua Umum PDIP?

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bisa disebut sebagai ketua umum partai terlama di negeri ini. Sejak kapan?


Mengenang Gus Dur: Berikut Profil, Pemikiran, hingga Prosesi Pemakamannya

1 Januari 2024

Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. dok. TEMPO
Mengenang Gus Dur: Berikut Profil, Pemikiran, hingga Prosesi Pemakamannya

Genap 14 tahun kepergian Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Berikut kilas balik profil dan perjalanannya sebagai ulama dan presiden ke-4 RI.


Catatan 10 Tahun Terakhir Pertemuan Jokowi - SBY, Terakhir di Istana Bogor

5 Oktober 2023

07-nas-SBY-Jokowi
Catatan 10 Tahun Terakhir Pertemuan Jokowi - SBY, Terakhir di Istana Bogor

Pada 2 Oktober 2023, Presiden Jokowi bertemu Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ini catatan pertemuan mereka.


Megawati Haqul Yakin Ganjar Jadi Presiden RI ke-8, Jokowi: Habis Dilantik Besoknya Langsung...

2 Oktober 2023

Bakal Calon Presiden PDIP Ganjar Pranowo, Presiden Joko Widodo atau Jokowi, dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputeri saat mengjadiri Rapat Kerja Nasional atau Rakernas IV PDIP di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Jumat, 29 September 2023. TEMPO/Han Revanda Putra
Megawati Haqul Yakin Ganjar Jadi Presiden RI ke-8, Jokowi: Habis Dilantik Besoknya Langsung...

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi meyakini Ganjar Pranowo menang Pemilu 2024 dan menjadi Presiden RI ke-8.


Mr Assaat Gelar Datuk Mudo 9 Bulan Pernah Jadi Presiden RI, Tandatangannya Buat UGM Berdiri

19 September 2023

Mr. Assaat gelar Datuk Mudo adalah seorang politisi dan pejuang kemerdekaan Indonesia. wikipedia.org
Mr Assaat Gelar Datuk Mudo 9 Bulan Pernah Jadi Presiden RI, Tandatangannya Buat UGM Berdiri

Mr Assaat pernah menjadi acting Presiden RI selama 9 bulan pada 1949-1950. Tanpa kepemimpinannya, Indonesia mungkin saja direbut kembali Belanda.


74 Tahun SBY: Presiden Pertama Pemilu Langsung, Pernah Jadi Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik

9 September 2023

Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY menunjukkan surat suara saat menggunakan hak suaranya dalam Pemilu serentak 2019, di salah satu TPS, di Singapura, Kamis, 14 April 2019. SBY berada di Singapura untuk mendampingi istrinya yang sedang dirawat. ANTARA/Anung
74 Tahun SBY: Presiden Pertama Pemilu Langsung, Pernah Jadi Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik

Hari ini, 9 September 1949 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY lahir di Pacitan, Jawa Timur. SBY merupakan Presiden Indonesia ke-6 selama 2 periode.


2 Presiden Indonesia yang Kerap Dilupakan: Sjafruddin Prawiranegara dan Mr Assaat

11 Januari 2023

Sjafruddin Prawiranegara. Foto: life.com
2 Presiden Indonesia yang Kerap Dilupakan: Sjafruddin Prawiranegara dan Mr Assaat

Sjafruddin Prawiranegara dan Mr Assaat adalah dua sosok yang pernag menjadu Presiden Indonesia. Sayang peran keduanya kerap dilupakan