Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Krisis Ekonomi

Oleh

image-gnews
Iklan
ZAMAN edan yang pernah terjadi ialah di Jerman, tahun 1923. Di hari-hari itu--yang akan selalu dikenang sebagai sejarah inflasi dahsyat-uang US$ 1 berarti 1.000.000.000.000 Mark. Syahdan, seorang turis Amerika suatu hari datang ke Berlin. Di sebuah restoran yang lezat ia meninggalkan tip satu dollar buat si juru masak. Dan apa yang terjadi? Suatu kesibukan besar. Keluarga sang koki berkumpul. Mereka merundingkan apa yang akan dilakukan dengan uang sebanyak itu. Akhirnya dimufakatilah untuk mendirikan sebuah dana kesejahteraan, yang dikelola oleh sebuah bank. Dengan modal 1.000.000.000.000 Mark. Atau satu dollar. Dongeng yang ganjil? Tidak. Seorang buruh pabrik pernah mencatat bagaimana suasana gajian tiba di hari-hari itu: "Pada pukul 11 pagi sirene dibunyikan. Semua orang berkumpul di halaman depan pabrik. Ke sana sebuah lori seberat lima ton didorong dengan muatan penuh uang kertas. Lalu kasir kepala dan para pembantunya naik. Mereka membaca nama-nama, lalu melemparkan bundelan-bundelan uang ke bawah... ' Harga-harga membubung dengan kecepatan luar biasa. Daftar dalam menu kedai-kedai kopi terpaksa tak bisa lagi diganti lebih sering. Seorang mahasiswa Universitas Freiburg suatu hari memesan secangkir kopi. Menurut menu ia harus bayar 5.000 Mark. Ia menambah secangkir lagi. Ketika rekening datang, ia ternyata harus bayar 14.000 Mark, Nasihat yang didapatnya: "Kalau kau akan menghemat, dan ingin minum dua cangkir kopi, pesanlah sekaligus." Pengaruh kegilaan seperti itu dengan sendirinya tak cuma menimpa kocek. Dokter menolak dibayar duit. yang dimintanya mentega. Dan untuk menghindarkan diri dari mata uang yang.sudah nyaris tanpa arti itu orang ramai tak cuma membeli emas, tanah dan barang antik, tapi juga -- akhirnya -sabun dan penjepit rambut. Semua praktis dilahap. Pencurian mengganas. Anak anak yang diajari bapak mereka agar kerja keras seraya menabung, kehilangan kepercayaannya baik kepada tabungan maupun kepada si bapak. Semua itu dikisahkan kembali oleh Adam Smith . nama samaran seorang ahli keuangan yang pintar menulis novel ---dalam Paper Money yang terbit setahun yang lalu. Dan Smith pun mengutip Thomas Mann: "Wanita di pasar, yang tanpa mengerdipkan mata meminta uang seratus juta Mark untuk sebutir telur, telah kehilangan kemampuannya untuk terkejut. Dan apa pun yang terjadi sejak itu, semuanya tak lagi terasa cukup gila dan cukup kejam untuk bisa mengagetkannya." Apa yang terjadi sesudah itu, yang cukup gila dan kejam, tapi tak mengagetkan, adalah Hitler. Pemimpin ini praktis lahir dari kecakapannya meraung seolah raungan adalah kepastian. Tapi memang orang seperti jadi buta, dan api pemikiran mati- Semua teori ekonomi macet. Jawaban kabur, ramalan serba salah. Dr. Rudolf Havenstein presiden Reichsbank--yang jadi bank sentral Jerman waktu itu--begitu optimistis hingga kepada seorang kenalannya ia berkata, kuranglebih: "Aku perlu satu setel jas, tapi aku tak mau membelinya sekarang -- sebelum harganya turun." Akhirnya bukan harga satu setel jas itu yang turun, tapi Herr Doktor Havenstein sendiri. Juga, agaknya, martabat teori ekonomi. Untung, kemudian di Barat lahirlah, di tahun 1936, sebuah buku berjudul Tbe General Theory of Employment, Interest and Money. John Maynard Keynes tampil sebagai pemberi suluh. Tapi apakah yang kekal dalam ilmu? Kini pun orang bicara bukan saja.berakhirnya zaman Keynes, juga zaman kepastian teori-teori ekonomi. Di tengah krisis ekonomi dunia sekarang, dan kebingungan kiu tentang itu, tak mengherankan terbit pula buku seperti yang disusun Daniel Bell dan irving Kristol The Cirisis in Economic Theory. Lalu kita pun jadi tahu, bahwa para ahli pun masih menunggu jawaban baru. Memang belum kembali zaman edan seperti Jerman di tahun 1923. Tapi kita tak yakin adakah orang bisa terus bebas dari hasrat memperoleh satu jawab yang segera, yang pasti dan yang final. Dengan kata lain, satu doktrin. Dan untuk itu, mungkin tak diperlukan sederet ahli ekonomi: seorang yang nekad pun sudah cukup. Seperti Hitler.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

15 Desember 2023

Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menetri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, saat konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan Tahun Anggaran 2024 di Jakarta, Rabu, 16 Agustus 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.


Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

21 Oktober 2022

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di sela-sela IMF Annual Meetings 2022 di Washington DC, Amerika Serikat pada Selasa, 11 Oktober 2022. FOTO/Instagram/kristalina.georgieva
Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun.


Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

28 September 2022

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat memberikan sambutan pers di Kabupaten Toba pada Sabtu, 3 September 2022. (ANTARA FOTO/Adimas Raditya/my)
Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

Luhut Binsar Panjaitan meminta Indonesia harus kompak menghadapi ancaman resesi global 2023.


Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

17 Februari 2020

Refleksi layar pergerakan saham di kacamata seorang mahasiswa yang tengah berkunjung ke Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis, 13 Februari 2020. Indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah 0,63 persen atau 37,02 poin ke level 5.876,06 pada awal sesi II perdagangan hari ini. Tempo/Tony Hartawan
Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

Pasar saham menjadi yang paling rentan terpengaruh oleh dinamika perekonomian global yang diliputi ketidakpastian sejak awal 2020.


Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

24 September 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan pers APBN KiTa di kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin, 26 Agustus 2019. Kementerian Keuangan mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per 31 Juli 2019 sebesar Rp183,7 triliun atau 1,14 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). TEMPO/Tony Hartawan
Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini.


Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

30 Juli 2019

Orang-orang berhjalan di samping gedung bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, September 14, 2008.[REUTERS /Chip]
Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

Core menyatakan kondisi perekonomian dunia hingga akhir 2019 diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2018.


IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

10 April 2019

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde (ketiga kanan) memberi salam kepada petugas pameran kerajinan Indonesia di sela pertemuan tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Ahad, 14 Oktober 2018. ANTARA/ICom/AM IMF-WBG//Nyoman Budhiana.
IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomiglobal 2019 sebanyak 0,2 persen dari angka dikeluarkan pada Januari lalu.


Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

27 Agustus 2018

Presiden Joko Widodo saat menghadiri Young on Top (YOT) National Conference 2018 di Balai Kartini, Jakarta, Sabtu, 25 Agustus 2018. Tempo/Hendartyo Hanggi
Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

Presiden Jokowi mengatakan Indonesia mesti mengandalkan kemampuannya sendiri agar aman dari dampak ketidakstabilan ekonomi dunia"Saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Jokowi saat menerima anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.


Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

17 Juli 2018

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan laporan semester 1 APBN 2018 di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, 9 Juli 2018. TEMPO/Friski Riana
Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

Sri Mulyani menyatakan Indonesia siap menghadapi kondisi perekonomian global tersebut.


Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

12 Juni 2018

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde berbicara dalam Konferensi Internasional Tingkat Tinggi bertema Models in a Changing Global Landscape di Jakarta, 27 Februari 2018. TEMPO/Tony Hartawan
Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

IMF memprediksi perekonomian dunia tahun depan hanya tumbuh 3,9 persen.