Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rasa cemburu

Oleh

image-gnews
Iklan
SEORANG asing yang bekerja di Indonesia pada suatu hari pulang. Tapi di hari terakhir ia sempat memberikan kesannya. "Saya takjub melihat kuatnya rasa cemburu di masyarakat ini," bisiknya. Cemburu? Betul, jawab orang asing itu. "Di sini kalau ada tokoh bisnis yang jadi kaya, ia pasti didesas-desuskan ada main. Kalau ada penyair yang banyak dapat aplaus, segera ia dituduh tukang cari publisitas. Kalau ada pemimpin yang lagi populer, langsung ia dicurigai merancang politik. Kalau ada pejabat yang dipuji bersih, pasti dibilang munafik . . .". Betulkah bangsa kita bangsa yang sirik, menurut orang asing ini? "Pohon yang tinggi di Indonesia bukan cuma terkena angin yang paling besar, tapi juga pohon yang harus dikapak!" Dahsyat. "Orang di sini bilang mau maju tapi bagaimana? Mereka berpikir dalam mentalitas gilda Eropa Abad Pertengahan. Gilda, suatu terjemahan serampangan untuk guild, berarti persatuan usaha sejenis. Ada gilda para pedagang, ada gilda tukang kayu, ada gilda pandai besi, penjahit, dan lain-lain. Tak masuk ke dalam persatuan ini berarti tak bisa bekerja. Tapi begitu masuk jadi anggota gilda, orang harus tunduk kepada organisasi, termasuk tunduk untuk tak boleh maju . . ." Tak boleh maju? Tak boleb? "Tahukah kamu, dalam gilda kuno itu persaingan sangat dibatasi? Laba juga harus ditekan sampai ke batas yang diizinkan. Iklan tentu saja dilarang. Dalam gilda bahan sandang di Florence abad ke-14, misalnya, saudagar tak boleh mengundang seorang calon pembeli masuk ke tokonya. Dia bahkan tak boleh memproses bahan sandang yang diproduksikannya dengan cara lain. Memanfaatkan kemajuan teknis, melebihi warga gilda yang lain, bisa dianggap khianat. Semuanya diatur untuk ketertiban dan stabilitas. Nah, bagaimana mau maju?" Tapi itu 'kan suatu masa yang indah: tidak liberalistis, tidak kapitalistis, penuh harmoni dan pemerataan? "Pemerataan? Saya tak tahu apa yang kau maksud. Jika pemerataan berarti menyamakan kekayaan yang diperoleh tiap-tiap orang, itu bukan keadilan. Seorang yang bekerja keras dan punya manajemen baik tentulah berhak memperoleh lebih banyak, ketimbang seorang yang malas dan acak-acakan." Lalu orang asing itu pun menambahkan, "Lucunya, di sini pun orang yang bekerja keras dicemburui." Orang asing itu memang keterlaluan! Tapi barangkali ia tak salah. Atau adakah yang salah? Mungkin rasa cemburu ada fungsinya. Ia telah jadi semacam kontrol sosial yang diam. Amat tidak sehat, tapi efektif. Ia telah meratakan jalan bagi semangat egalitarian, dengan cara yang pahit. Ia telah secara tak kentara memaksa semangat bourgeois untuk memakai kata-kata pemikir revolusi Prancis Rousseau -- menjadi semangat citoyen: seorang yang mengejar kepentingan sendiri didesak jadi warga yang mengabdi masyarakat. Betapa pun, rasa cemburu, untuk jadi suatu daya penggerak masyarakat, tidaklah mudah. Di Republik Rakyat Cina di bawah Mao semangat bourgeois dibasmi, dan tiap individu harus citoyen. Hasilnya bukan saja totalitarisanisme. Hasilnya juga suatu jaring kekuasaan yang mengawasi dan mengatur perilaku -- di atas manusia yang tak boleh bersendiri. Sebab terlampau berbahaya bila semangat bourgeois-nya timbul lagi. Sebab seperti dalam gilda kuno, si warga harus patuh. Ia tak boleh tumbuh jadi bisnis besar. Big business adalah bahaya bagi kemerdekaan. Tapi yang merepotkan di zaman ini adalah kenyataan, bahwa untuk melawan bisnis besar telah lahir birokrasi besar, yang mengangkang. Sosialime dibangun, dan ternyata kehilangan kerakyatannya.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sejarah Kue Keranjang yang Jadi Ciri Khas Tahun Baru Imlek

10 Februari 2024

Sejumlah pekerja menata kue keranjang di Neglasari, Kota Tangerang, Banten, Senin 24 Januari 2022. Jelang Hari Raya Imlek, produksi dodol di tempat tersebut meningkat hingga lima kali lipat dibanding hari biasanya. ANTARA FOTO/Fauzan
Sejarah Kue Keranjang yang Jadi Ciri Khas Tahun Baru Imlek

Kue keranjang adalah salah satu makanan yang identik dengan Tahun Baru Imlek. Kue dari ketan yang manis ini ternyata sudah aja sejak 2.500 tahun lalu.


Makna Sosial Kue Keranjang yang Jadi Ciri Khas Perayaan Imlek

10 Februari 2024

Pekerja menata kue keranjang di Rumah Produksi Kue Keranjang Hoki, Depok, Jumat, 5 Februari 2021. Akibat pandemi, pemilik usaha menurunkan jumlah produksi kue khas perayaan Imlek tersebut hingga 60 persen dengan harga jual Rp 25 ribu per kue. ANTARA /Asprilla Dwi Adha
Makna Sosial Kue Keranjang yang Jadi Ciri Khas Perayaan Imlek

Kue keranjang, salah satu makanan khas Imlek, merupakan wujud nyata kerekatan warga lokal dan juga masyarakat Tionghoa.


Asal usul Ritual Bakar Uang Arwah, Tradisi Etnis Tionghoa Saat Cheng Beng

4 April 2023

Seorang pria etnis Tionghoa melempar jinzhi atau uang arwah atau kertas emas, pada patung Dewa Cina, Da Shi Ye yang terbuat dari kertas saat berlangsungnya festival Ghost di Kajang, di Kuala Lumpur, Malaysia, 13 Agustus 2016. AP Photo
Asal usul Ritual Bakar Uang Arwah, Tradisi Etnis Tionghoa Saat Cheng Beng

Tradisi bakar uang arwah dipercaya dilakukan sejak zaman Dinasti Tang.


Dirjen Kemendagri Apresiasi Peran PHIS dukung Pemerintah

7 November 2022

Foto bersama saat acara pelantikan Pengurus Perhimpunan Hakka Indonesia Sejahtera (PHIS) Periode 2022-2027, di Museum Hakka Indonesia di area Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur pada Sabtu (05/11/2022).
Dirjen Kemendagri Apresiasi Peran PHIS dukung Pemerintah

PHIS dan masyarakat Tionghoa diharapkan terus membantu pemerintah di bidang Ekonomi, Sosial Pendidikan.


Masih Pandemi Covid-19, Ini Imbauan Merayakan Tahun Baru Imlek 2572

3 Februari 2021

Ilustrasi imlek. Shutterstock
Masih Pandemi Covid-19, Ini Imbauan Merayakan Tahun Baru Imlek 2572

Karena masih situasi pandemi Covid-19, masyarakat Tionghoa disarankan untuk merayakan Tahun Baru Imlek di rumah.


Malam Ini, Prabowo Bertemu Pengusaha Tionghoa di Medan

22 Februari 2019

Malam Ini, Prabowo Bertemu Pengusaha Tionghoa di Medan

Prabowo akan bertemu dengan pengusaha dan warga tionghoa di Medan.


Jokowi ke Masyarakat Tionghoa: Jangan Sampai ada yang Tak ke TPS

7 Februari 2019

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghadiri Perayaan Imlek Nasional 2019 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, 7 Februari 2019. TEMPO/Ahmad Faiz
Jokowi ke Masyarakat Tionghoa: Jangan Sampai ada yang Tak ke TPS

Jokowi meminta masyarakat Tionghoa menggunakan hak pilih.


Jokowi Minta Masyarakat Tionghoa Gunakan Hak Pilih di Pemilu 2019

7 Februari 2019

Presiden Jokowi mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek di akun Instagram pribadinya. instagram.com/jokowi
Jokowi Minta Masyarakat Tionghoa Gunakan Hak Pilih di Pemilu 2019

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum 17 April 2019.


Suasana Hari Raya Imlek di Wihara Lalitavistara Cilincing

5 Februari 2019

 Wihara Lalitavistara di Cilincing, Jakarta Utara. TEMPO | Bram Setiawan
Suasana Hari Raya Imlek di Wihara Lalitavistara Cilincing

Turis mancanegara datang ke Wihara Lalitavistara untuk berwisata sekaligus menikmati semarak Imlek.


Pengamanan Imlek 2019, Polda Metro Jaya Kerahkan 5.000 Personel

5 Februari 2019

Warga Tionghoa Indonesia beribadah di Vihara Dharma Bakti Petak Sembilan, Jakarta, Senin, 4 Februari 2019. Perayaan tahun baru Imlek 2570 akan dilaksanakan pada hari selasa, 5 Februari 2019, yang merupakan Tahun Babi Tanah. TEMPO/Muhammad Hidayat
Pengamanan Imlek 2019, Polda Metro Jaya Kerahkan 5.000 Personel

Pada perayaan tahun baru Imlek 2019, Polda Metro Jaya mengerahkan 5.000 personel untuk menjaga keamanan kegiatan pada hari ini.