Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tak bisa dicampur, perlu dialog

Oleh

image-gnews
Iklan
SEBUAH iringan jenazah, dari jauh. Muhammad s.a.w. berdiri, untuk menghormati. Ketika prosesi itu mendekat, seorang sahabat tiba-tiba menyadari sesuatu. Ia berkata, kurang lebih, "Tapi itu jenazah orang Yahudi." Tapi sang Nabi tetap tegak. Ia berkata, "Jika ada iringan jenazah lewat, berdirilah." Kita nampaknya memang harus menyadari kenyataan tentang kemanusiaan kita yang sama -- apa pun perbedaan ras, agama, golongan kita satu sama lain. Kemanusiaan yang sama pada batas kematian, pada bencana, rasa sedih dan mungkin juga kegembiraan. Seorang penyair berkata untuk semuanya ketika ia menyebut, "Di bawah kaki kebesaranMu." Kesadaran itu adalah benih yang indah dalam budi yang luhur --budi dalam arti reason dan moralitas. Ia sanggup menghibur kita ketika kita sedih menyaksikan rasa benci. Ia seperti pantulan cahaya, dari sumber terang entah di mana, ketika kita hampir putus asa di tengah prasangka-prasangka yang keruh. Tapi seperti halnya apa saja yang baik, ia juga bisa menyebabkan suatu hasrat yang berlebihan. Pada Akbar, misalnya, keturunan Babur, Timur dan Jenghis Khan. Ketika raja Mogul yang besar itu masih seorang pangeran kecil bernama Muhammad, ia sempat menjalani ritus yang seram: dengan satu hentakan pedang, anak berumur 13 tahun itu memotong leher seorang tahanan Hindi. Namun ketika ia tumbuh dan bertemu dengan banyak kenyataan baru, nampaknya ia tak bisa lagi terus dengan fanatismenya yang purba. Bahkan di tahta di atas Hindustan yang luas itu, ia akhirnya kecewa menemui jurang yang terbentuk dari bentrokan-bentrokan keimanan. Sebab pada dasarnya Akbar, yang mulai memerintah pada usia 18, memang seorang yang didorong oleh rasa adil yang besar, oleh gairahnya akan filsafat yang luas -- dan mungkin pula oleh kenyataan-kenyataan politik yang keras. Ia membaca Mahabbarata dengan terpesona. Ia menghormati penganut Jainisme dan berhenti berburu. Ia mengenakan pakaian suci penganut Zoroaster. la mengundang padri Jesuit, yang waktu itu datang ke Goa, ke majelisnya. "Pikiranku tak tenteram oleh berbeda-bedanya iman dan sekte ini," demikian ia berkata. "Tiap orang, menurut kondisinya, memberikan Zat Yang Maha Tinggi itu sebuah nama. Tapi sungguh pongahlah untuk memberi sebuah nama kepada Yang Tak Terketahui." Syahdan, ketika di Eropa orang Katolik dan Protestan saling membunuh, di India Akbar mengundang wakil pelbagai agama untuk berbincang-bincang. Sikapnya begitu rupa, hingga Santo Franciskus Xaverius mencatat, dari persinggahannya di India, bahwa Akbar "telah menghancurkan" Islam di bawah kekuasaannya. Konklusi itu berlebihan, tapi tak 100% salah. Akbar, cemas dan luka oleh perpecahan keagamaan di kerajaannya, bergerak memperkenalkan sebuah agama baru -- dan meninggalkan Islamnya. Harapan Akbar agaknya seperti tertera pada Kenisah Agama Persatuan yang didirikannya di Fathpur-Sikri: semua penduduk India akan jadi bersaudara, dan menyembah Tuhan yang satu sama. Ternyata tidak. Agama baru itu, Din Ilahi, tak punya daya himbau. Mungkin karena Akbar salah menyangka, bahwa agama hanyalah sebuah program yang rasional -- bukan getaran rohani ketika bersentuhan dengan Kehadiran Yang Agung. Perbedaan iman bukanlah sekedar problem sosial politik. Di masanya orang Islam dan Katolik pun mengelak dari sidang penyatuan kepercayaan yang diselenggarakannya. Di masa kini kita boleh teringat akan penolakan ahli theologi Katolik Hans Kung terhadap semangat seorang kepala negara India lain: Presiden Radhakrishnan almarhum,yang juga filosof, seperti Akbar. Radhakrishnan cenderung menganggap semua agama pada akhirnya satu. Bagi Hans Kung percampuran singkretis justru akan mereduksikan, dan dengan demikian menekan, kebenaran. Tapi tak berarti tak akan ada dialog, dan tak ada yang bisa saling dipelajari oleh agama yang berbeda-beda itu. "Akan ada suatu perjumpaan yang tulus dan berbuah," tulis Kung" dalam Christ Sein (1974) yang diterjemahkan menjadi On Being A Christian, "di mana agama-agama lain akan digalakkan untuk melahirkan apa yang terbaik, dan terdalam, 'dari diri mereka." Bukan Kristenisasi, bukan sekularisasi.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Review Film Glenn Fredly The Movie: Nostalgia hingga Menguras Air Mata

3 menit lalu

Glenn Fredly The Movie. Dok. Poplicist Publicist
Review Film Glenn Fredly The Movie: Nostalgia hingga Menguras Air Mata

Glenn Fredly The Movie mengisahkan perjalanan hidup, karier, hingga cinta dari Bung Glenn yang diperankan apik oleh Marthino Lio.


Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

9 menit lalu

Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla berjalan saat menghadiri acara gerakan masjid bersih 2024 di Masjid Akbar Kemayoran, Jakarta, Rabu, 6 Maret 2024. Kegiatan tersebut merupakan upaya berkelanjutan untuk mendorong terciptanya masjid yang bersih dan nyaman bagi umat Islam di seluruh Indonesia, khususnya dalam menyambut bulan Ramadan. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

Menurut Jusuf Kalla, pandangan masyarakat Papua seakan-akan Indonesia merampok Papua, mengambil kekayaan alamnya.


Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

10 menit lalu

Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain River Warrior Indonesia (Riverin) Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024. Foto dok: ECOTON
Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.


Viral Bea Masuk Rp 31,8 Juta untuk Sepatu Seharga Rp 10 Juta, Begini Cara Perhitungan Bea Cukai

12 menit lalu

Tangkapan layar dari video pendek pengguna TikTok @radhikaalthaf ketika curhat soal bea masuk Rp 31,8 juta yang harus dibayar atas sepatu sepak bola yang dibelinya dari luar negeri (Sumber: TikTok)
Viral Bea Masuk Rp 31,8 Juta untuk Sepatu Seharga Rp 10 Juta, Begini Cara Perhitungan Bea Cukai

Ditjen Bea Cukai menanggapi pemberitaan penetapan bea masuk untuk produk sepatu impor yang dibeli oleh konsumen sebesar Rp 31,8 juta.


The Fall Guy Tayang, Mengenal 2 Pemeran Utama Film Ini

14 menit lalu

Ryan Gosling dalam film The Fall Guy. Dok. Universal Pictures
The Fall Guy Tayang, Mengenal 2 Pemeran Utama Film Ini

The Fall Guy dibintangi Ryan Gosling dan Emily Blunt


Khofifah Jadi Satu-satunya Gubernur yang Dapat Satyalancana

14 menit lalu

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian (kedua kiri) didampingi Penjabat Gubernur Jawa Timur yang baru dilantik Adhy Karyono (kiri), pejabat lama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kedua kanan) dan Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak (kanan) berfoto bersama usai pelantikan Penjabat Gubernur Jawa Timur di kantor Kemendagri, Jakarta, Jumat 16 Februari 2024. Adhi Karyono yang sebelumnya menjabat sebagai Sekda Provinsi Jatim itu secara resmi menjadi Penjabat (Pj) Gubernur Jatim menggantikan Khofifah Indar Parawansa yang berakhir masa jabatannya pada 13 Februari 2024 lalu. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.
Khofifah Jadi Satu-satunya Gubernur yang Dapat Satyalancana

Khofifah menjadi satu-satunya gubernur karena Jatim menjadi provinsi berkinerja terbaik berturut turut.


Nyanyi di HUT Adik Tien Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Suara Jelek Tetap Harus Tepuk Tangan

21 menit lalu

Presiden terpilih Prabowo Subianto, menerima ucapan selamat dari Menteri Pertahanan AS, Lloyd J. Austin III, pada Rabu, 24 April 2024, setelah penetapan oleh Komisi Pemilihan Umum. Foto: Tim Media Prabowo
Nyanyi di HUT Adik Tien Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Suara Jelek Tetap Harus Tepuk Tangan

Prabowo sempat memberikan sambutan dan ucapan selama sekitar 10 menit. Dia pun lanjut bernyanyi usai memberi sambutan itu.


Mengenali Beragam Jenis Satyalencana

27 menit lalu

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyerahkan penghargaan Satyalencana kepada Wali Kota Medan Bobby Nasution dalam acara Peringatan Hari Otonomi Daerah XXVIII  tahun 2024 di Surabaya, Jawa Timur Kamis 25 April 2024. Humas Pemkot Surabaya
Mengenali Beragam Jenis Satyalencana

Gibran tidak mendapat Satyalencana, Jokowi batal menyematkan penghargaan, yang digantikan Tito Karnavian.


Solo dan Medan Dapat Penghargaan Satya Lencana, Tito Karnavian Bilang Penilaian Tak Diintervensi

27 menit lalu

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyerahkan penghargaan Satyalencana kepada Wali Kota Medan Bobby Nasution dalam acara Peringatan Hari Otonomi Daerah XXVIII  tahun 2024 di Surabaya, Jawa Timur Kamis 25 April 2024. Humas Pemkot Surabaya
Solo dan Medan Dapat Penghargaan Satya Lencana, Tito Karnavian Bilang Penilaian Tak Diintervensi

Tito Karnavian menjelaskan bahwa penilaian dalam penghargaan ini tidak dilakukan sendiri oleh Kemendagri.


Tiba di Kertanegara Sore Ini, Surya Paloh Dirangkul Prabowo

32 menit lalu

Presiden terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto menyambut kedatangan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di Kartanegara IV, Jakarta, Kamis, 25 April 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis
Tiba di Kertanegara Sore Ini, Surya Paloh Dirangkul Prabowo

Kedatangan rombongan tersebut disambut langsung oleh Prabowo di depan pintu rumah kediamannya.