Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Masjid Gedhe dan Toleransi

image-profil

image-gnews
Iklan

Heri Priyatmoko,
Alumnus Pascasarjana Sejarah, FIB, UGM

Yogyakarta, kota yang disebut-sebut sebagai ruang sosial yang plural dan menjunjung tinggi toleransi, terkoyak. Dua aksi kekerasan bernuansa agama pecah di Kota Gudeg dalam rentang tempo yang dekat. Penyerangan di kota tua warisan dinasti Mataram Islam tersebut jelas merusak kerukunan kehidupan beragama.

Bicara agama Islam, toleransi, dan kota kuno di Jawa segera yang membayang adalah Masjid Gedhe. Bangunan masjid memang tidak pernah luput ditempatkan dalam tata ruang istana Mataram Islam, kendati pusat pemerintahan kerajaan acap kali mengalami perpindahan lokasi lantaran berbagai hal. Di ibu kota kerajaan, seperti Demak, Pajang, Kota Gedhe, Pleret, Kartasura, Surakarta, dan Yogyakarta, selalu melekat situs Masjid Gedhe. Sekalipun artefaknya sudah roboh dan tak ditemukan jejak fisiknya, toponimi (asal-usul nama tempat) masjid masih dirawat warga dalam memori kolektif.

Dalam pandangan Islam-Jawa yang mengedepankan toleransi, masjid tergolong sebagai "pusaka" yang tak ternilai di seluruh tanah Jawa. Karena itu, maklum jika dijadikan pedoman para penguasa dinasti Mataram Islam. Sumber klasik Babad Tanah Jawa merekam bagaimana Paku Buwana I melukiskan kesakralan Masjid Gedhe dan makam sewaktu dia mengenang pusaka-pusaka keraton: "Betapa sedihnya hati saya bahwa semua pusaka telah diambil oleh putera saya raja (Amangkurat Mas). Tetapi, saya tahu bahwa sekalipun semua barang pusaka yang lain pun diambil, namun kalau saja Masjid Demak dan Makam Adilangu tetap ada, maka itu sudah cukup. Hanya dua inilah yang merupakan pusaka sejati tanah Jawa."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bentuk toleransi dan upaya menjaga warisan leluhur adalah halaman masjid dipakai untuk gelaran upacara tradisional Grebeg Sekaten. Sebab, melalui cara itulah proses islamisasi bisa diterima masyarakat Jawa. Tidak harus lewat pemaksaan fisik dan penutupan tempat ibadah. Fakta berharga lainnya adalah Masjid Gedhe sangat terbuka bagi siapa pun. Masjid Gedhe di Kota Solo, misalnya, sejak dulu dikenal tidak "berideologi", alias bukan untuk kalangan Islam tertentu. Hal tersebut tidak lepas dari terobosan Paku Buwana X (1893-1939), yang memanfaatkan bahasa Jawa untuk komunikasi dalam acara khotbah di Masjid Gedhe.

Bahasa Jawa menjadi penyatu pemeluk Islam lokal yang baru, dan mereka bertatap muka di masjid kendati hanya seminggu sekali. Dengan begitu, Masjid Gedhe menjelma menjadi pusat dari kesatuan sosial muslim. Kesatuan sosial muslim itu beragam bentuknya. Ada kesatuan sosial dengan rukun kampung, komunitas abdi dalem, komunitas bangsawan, dan bentuk kesatuan lainnya. Saban Jumat mereka berhimpun, waktu di mana ulama mengucapkan khotbahnya di muka berbagai kesatuan sosial itu.

Saat itu, dalam lingkungan kerajaan hidup pemikiran bahwa agama Islam ataupun kebudayaan Jawa merupakan inti pendidikan moral dan etika untuk anak-anak pribumi. Agama Islam merupakan sistem keyakinan, sedangkan budaya Jawa adalah falsafah kehidupan yang diyakini masyarakat Jawa dan mengutamakan rasa. Tak ayal, toleransi terus dipupuk, dan kerukunan sosial senantiasa dijaga. Demikianlah, situs Masjid Gedhe menyimpan kisah apik islamisasi dan kearifan masa lalu dalam mengelola toleransi tanpa memakai kekerasan. *

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

17 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.


Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

34 hari lalu

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi berbicara dalam Sidang ke-55 Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss, pada Senin 26 Februari 2024. ANTARA/HO-akun X @Menlu_RI
Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.


Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

16 November 2023

Suasana Terowongan Silaturahim yang menghubungkan antara Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral, Senin, 25 Oktober 2021. Terowongan yang dibangun dengan panjang tunnel 28,3 meter, tinggi 3 meter, lebar 4,1 meter dengan total luas terowongan area tunnel 136 m2 dengan total luas shelter dan tunnel 226 m2 menelan dana sebesar Rp 37,3 miliar. TEMPO/Syara Putri
Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.


Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

18 Juni 2023

Wali Kota Tangerang Selatan bersama Pangdam Jaya Mayjen TNI Mohamad Hasan meresmikan dua Markas Koramil, Selasa 30 Mei 2023. Foto TEMPO/Muhammad Iqbal
Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

Kepada remaja masjid, Pangdam Jaya mengatakan pluralisme sebagai modal kuat dalam bekerja sama untuk menjaga persaudaraan dan kedamaian di Indonesia.


Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

24 Mei 2023

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

Berbudaya itu, bagaimana budaya toleransi beragama, menghargai umat beragama lain, budaya tolong menolong.


Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

1 April 2023

Menikmati pemandangan indah di pinggir danau venue dayung, Jakabaring Sport City. Disini pengunjung dapat pula olahraga jogging sore sembari ngabuburit. TEMPO/Parliza Hendrawan
Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

Di akhir pekan atau hari libur nasional, Jakabaring Sport City menjadi pilihan destinasi liburan dalam kota yang seru.


Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

16 Februari 2023

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo berfoto bersama dengan pengurus BEM PTNU Se-Nusantara di Jakarta, Rabu (15/2/23).
Ketua MPR Ajak Junjung Tinggi Nilai Toleransi Agama

Indeks perdamaian global terus memburuk dan mengalami penurunan hingga 3,2 persen selama kurun waktu 14 tahun terakhir.


Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

2 Februari 2023

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo.
Bamsoet: MPR dan MUI Siap Gelar Sosialisi Empat Pilar MPR

Sosialisasi itu akan mengangkat tema seputar peran organisasi keagamaan dalam menjaga kerukunan dan kondusivitas bangsa.


Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

16 November 2022

Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dr. Drs. Karjono, S.H., M.Hum menghadiri Pengukuhan Pengurus Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu, (16/11).
Wakil Kepala BPIP Dorong Pemkab Klaten dan FKUB Raih Penghargaan

Klaten disebut sebagai miniaturnya Indonesia. Di tengah keberagaman agama tetap memiliki keharmonisan, persatuan dan kesatuan.


Siswi Muslim Jadi Ketua Osis di SMA Katolik St. Fransiskus Saverius Ruteng

28 Oktober 2022

Sejarah Pertama di SMAK St. Fransiskus, Siswi Muslim Menjadi Ketua OSIS. Instagram/smakstfransiskusrutengntt
Siswi Muslim Jadi Ketua Osis di SMA Katolik St. Fransiskus Saverius Ruteng

Aprilia Inka Prasasti terpilih sebagai ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMA Katolik St. Fransiskus Saverius Ruteng Nusa Tenggara Timur.