Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Infotainmen Politik

image-profil

image-gnews
Iklan

Musyafak,
Staf Balai Litbang Agama Semarang

Pemilu selalu menghadiahi informasi politik yang tumpah-ruah kepada publik. Namun melimpahnya informasi politik berbanding terbalik dengan makna politik yang kian menyusut. Berita politik bak gelombang besar di lautan, sedangkan substansi politik ibarat buih-buih busa yang terombang-ambing di atas gelombang itu.

Meluapnya informasi politik memberi berkah tersendiri kepada industri media. Libido industri media terus mengondisikan agar berita terkemas semenarik mungkin demi rating dan raupan iklan. Pada momentum ini, kerja-kerja jurnalisme benar-benar memperhitungkan unsur hiburan. Malu-malu tapi mau, jurnalisme kian mencelup dalam ke ranah infotainmen.

Infotainmen berprinsip menggabungkan informasi dengan hiburan. Corak siaran informasinya lebih mementingkan kemasan ketimbang isi. Informasi mengarah pada unsur-unsur individualitas tokoh yang didramatisasi dengan unsur-unsur emotif sehingga mampu menimbulkan reaksi-reaksi psikologis.

Dalam pilpres kali ini, banyak corak infotainmen yang dikonstruksi seolah-olah berita. Incarannya adalah aspek-aspek individualitas capres atau cawapres yang dikomodifikasi untuk konsumsi publik. Masyarakat konsumen media massa tentu belum lupa paparan media tentang sederetan "kisah sisi lain" dari para politikus yang terkesan lucu, membikin penasaran, bahkan konyol. Taruhlah Aburizal Bakrie suka memeluk boneka, Joko Widodo membawa secarik kertas bertulisan doa dari sang ibu ketika debat, artis Julia Perez menggoda seorang capres di media sosial, Prabowo Subianto konon hendak rujuk dengan Titiek Soeharto, atau soal anggapan penolakan cium pipi salah satu kandidat sebelum memasuki ring debat capres. Serentetan informasi yang mencuat di arena politik itu dikemas sebagai hiburan yang terasa lebih menarik daripada informasi-informasi politik yang lebih substansial menawarkan ide-ide politik kepada publik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Wartawan menjadi mesin jurnalisme yang mengutamakan kecepatan dan up date ketimbang verifikasi atau investigasi. Sisi individualitas politikus diramu sebagai kasak-kasuk yang menghibur. Gaya hidup, penampilan, dan gesture seorang capres atau cawapres menjadi prioritas pemberitaan. Itulah yang justru lebih dinikmati dan menyita banyak energi publik. Sejalan dengan itu, jurnalis bukan lagi sekadar sebagai pencari atau penyampai berita, tapi juga sebagai penjual berita.

Informasi yang bersifat kasak-kusuk dan sas-sus seolah cuaca lembap bagi jamur fitnah. Berbagai kabar burung punya ruang tumbuh lebih luas. Penikmat infotainmen justru mengalami ekstase pada kabar politik yang kabur dan belum jelas kebenarannya.

Bagi politikus yang bernalar selebritas, lensa kamera adalah ruang untuk unjuk diri. Bukan hanya informasi seputar ide dan aksi politik yang ditampilkan, tapi ruang-ruang privat juga dieksplorasi untuk mengatrol popularitas. Ekses pemanfaatan media oleh politikus ini menampakkan libido kekuasaan yang berjodoh dengan libido kapitalistis industri media.

Kini infotaimen politik bukan cuma bumbu, apalagi sekadar pemanis, tapi juga sajian utama di media massa. Infotainmen politik sebetulnya bisa merelaksasi ketegangan di arus lalu lintas informasi publik. Namun, pada waktu yang sama, infotainmen mementaskan drama demokrasi sebagai tayangan ulang tentang banalitas politik yang kesekian.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


6 Tuntutan Aksi Mahasiswa Mei 1998, Reformasi Sudah Selesai?

12 Mei 2023

Ribuan mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR saat unjuk rasa menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, Mei 1998. Selain menuntut diturunkannya Soeharto dari Presiden, Mahasiswa juga menuntut turunkan harga sembako, dan cabut dwifungsi ABRI. TEMPO/Rully Kesuma
6 Tuntutan Aksi Mahasiswa Mei 1998, Reformasi Sudah Selesai?

Para mahasiswa pada aksi unjuk rasa Mei 1998 menyuarakan 6 tuntutan dalam reformasi. Apakah hari ini sudah selesai?


Kesepakatan dengan IMF Alot, Presiden Kais Saied Sebut Tunisia Bukan untuk Dijual

8 April 2023

Kais Saied, Presiden Tunisia. Sumber : Reuters
Kesepakatan dengan IMF Alot, Presiden Kais Saied Sebut Tunisia Bukan untuk Dijual

Presiden Saied menolak pemaksaan lebih jauh dari IMF karena bisa mengarah pada kemiskinan yang lebih lanjut di Tunisia.


Peru Terperosok ke Krisis Politik, Unjuk Rasa Berubah Jadi Kerusuhan

14 Desember 2022

Polisi menghadapi pengunjuk rasa yang memprotes untuk menuntut pembubaran Kongres dan mengadakan pemilihan demokratis daripada mengakui Dina Boluarte sebagai Presiden Peru, setelah penggulingan Presiden Peru Pedro Castillo, di Lima, Peru, 12 Desember 2022. REUTERS/Sebastian Castaneda
Peru Terperosok ke Krisis Politik, Unjuk Rasa Berubah Jadi Kerusuhan

Setidaknya tujuh orang tewas dalam unjuk rasa di Peru akhir pekan lalu saat aksi protes berubah menjadi kerusuhan.


Krisis Politik di Myanmar Jadi Sorotan di Pertemuan AMM

5 Agustus 2021

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi  saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken di Departemen Luar Negeri di Washington, AS, Selasa, 3 Agustus 2021. Pertemuan tersebut membahas berbagai isu strategis antara Amerika Serikat dan Indonesia. Jose Luis Magana/Pool via REUTERS
Krisis Politik di Myanmar Jadi Sorotan di Pertemuan AMM

Menteri Luar Negeri RI secara terbuka menyebut isu Myanmar menjadi masalah yang paling banyak di bahas di pertemuan AMM


Netanyahu Perkenalkan Kabinet Baru ke Parlemen Israel

18 Mei 2020

Benny Gantz dan Benjamin Netanyahu.[Times of Israel]
Netanyahu Perkenalkan Kabinet Baru ke Parlemen Israel

PM Netanyahu dan rival politik Benny Gantz membentuk koalisi pemerintahan baru bersatu untuk mengakhiri konflik politik berkepanjangan.


Krisis Turki, Bagaimana Dampaknya Terhadap Pasar Modal Indonesia?

13 Agustus 2018

Ilustrasi perang dagang Amerika Serikat dan Turki. Gmfus.org
Krisis Turki, Bagaimana Dampaknya Terhadap Pasar Modal Indonesia?

Risiko sistemik dikhawatirkan akan mengakibatkan krisis Turki mempengaruhi IHSG.


Perludem Sebut Anak Muda Masih Jadi Penonton Politik

25 Maret 2018

Ilustrasi Tempat Pemungutan Suara (TPS) bertema unik. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Perludem Sebut Anak Muda Masih Jadi Penonton Politik

Perludem pun menilai sistem politik yang ada di Indonesia tak ramah bagi anak muda sehingga mereka sulit terjun di dunia politik.


Jokowi: 6 Bulan Terakhir Kita Buang-buang Energi Tidak Berguna

23 Mei 2017

Presiden Jokowi menyaksikan Latihan Gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) 2017 di Tanjung Datuk, Natuna, Kepulauan Riau, 19 Mei 2017. Puspen TNI
Jokowi: 6 Bulan Terakhir Kita Buang-buang Energi Tidak Berguna

Presiden Jokowi mengatakan, 6-8 bulan ini, energi dihabiskan untuk banyak hal tidak berguna, saling hujat, berdebat, dan membuat suhu politik memanas.


SBY: Jika Hanya Pentingkan Stabilitas Politik, Hati-hati  

8 Februari 2017

Ketum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY memberi salam seusai menyampaikan pidato politik pada Rapimnas dan Dies Natalies Partai Demokrat ke-15 di JCC, Jakarta, 7 Februari 2017. TEMPO/Dhemas Reviyanto
SBY: Jika Hanya Pentingkan Stabilitas Politik, Hati-hati  

SBY mengatakan pemerintah harus berhati-hati jika negara hanya menekankan aspek stabilitas politik.


Analis Politik: Situasi Memanas, Jokowi Harus Lakukan Ini  

2 Februari 2017

Presiden Jokowi memakai headset sambil mendengarkan pernyataan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam pertemuan ASEAN Plus Jepang di Vientiane, Laos, 7 September 2016. AP/Bullit Marquez
Analis Politik: Situasi Memanas, Jokowi Harus Lakukan Ini  

Pertarungan Joko Widodo adalah kepada siapa saja yang berdiri di seberang kepentingan negara dan bangsa.