Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pancasila sebagai ideologi

Oleh

image-gnews
Iklan
INILAH saat-saat yang terindah, inilah saat-saat yang terburuk." Seorang novelis pernah menuliskan kata-kata itu tentang Revolusi Perancis 1789, ketika rakyat yang marah jadi beringas, bui besar digempur, dan raja bersama ratusan bekas penguasa dipenggal. Saat-saat terindah, saat-saat terburuk -- benar. Juga untuk soal yang lain. Kemeriahan kemenangan revolusi melahirkan semacam karnaval ideologi-ideologi. Dari yang ekstim konservatif sampai dengan yang ekstrim revolusioner bersemburan, berseru-seru. Dan bila hal yang mirip terjadi di Indonesia 1945, (atau sebentar di Iran 1979), apa sebenarnya yang terjadi? Bukan hanya karena hari-hari revolusi adalah hari-hari pesta kemerdekaan berfikir. Tapi terutama karena dasar budaya yang tadinya mengatur kehidupan politik baru saja runtuh mendadak dan orang banyak kehilangan sumber pembenaran yang sebelumnya mereka kenal. Pegangan pun kacau dan arah pun rancu. Maka ideologi-ideologi muncul. Mereka berusaha menawarkan penjelasan tentang pengalaman yang gemuruh itu. Mereka menawarkan program ke masa depan. Dan tak ketinggalan, mereka menjanjikan solidaritas. Jika kita tengok kembali sejarah (alangkah menyedihkannya orang yang mengetahui tapi tak merenungkan sejarah!, hal seperti itu wajar saja sebenarnya. Justru hiruk-pikuk yang berlangsung sampai beberapa puluh tahun setelah kemerdekaan itu menyebabkan kita kian sadar: kalau kita mau survive sebagai bangsa, kita butuh lambang milik bersama. Semacam pelabuhan, semacam rumah asal, ke mana kita bisa pulang bersama -- setelah saling bertengkar. Kita beruntung, bahwa di tahun 1945 itu ada sebuah dokumen penting pidato yang kemudian dianggap menandai lahirnya Pancasila. Dengan kata lain, sejak awal kemerdekaan itu kita punya simbol tempat kita menambatkan diri sebagai satu kaum, karena para perumus dasar negara 35 tahun yang silam itu sadar: yang merintis kemerdekaan bukan cuma satu golongan, juga yang harus mempertahankannya. MEMANG ada yang menganggap ideologl sebagal topeng dan sebagai senjata. Dalam "teori senjata" ini, ideologi adalah wajah lain dan alat dari perjuangan manusia ke arah kemenangan kepentingannya. Marxisme jelas menganut teoriini - juga untuk dirinya sendiri. Tapi Marxisme tak selamanya memadai untuk menjelaskan hal ihwal. Ada satu penjelasan lain tentang peranan ideologi di masyarakat sebagai pengobatan. "Teori penyembuhan" ini melihat ideologi dalam fungsinya untuk mengoreksi terus-menerus rusaknya harmoni sosio-psikologis. Ideologi menyediakan saluran simbolis bagi guncangan-guncangan emosional masyarakat, di tengah terganggunya keseimbangan sosial setiap kali. Kiranya banyak yang akan melihat Pancasila sebagai contoh yang baik ideologi sebagai penyembuhan: ia selalu dikaitkan dengan kepekaan kita akan aneka ragamnya manusia, kelompok dan lapisan sosial di negeri ini -- dan ia selalu dilekatkan ke hasrat menemukan harmoni. Dengan kata lain -- apa pun yang dihatakan para penganut Marxisme (termasuk yang tak sadar dan diam-diam) -- Pancasila bukanlah senjata. Bayangan tentang masyarakat dalam ideologi ini bukanlah sebuah medan perang kepentingan, tapi lebih damai dari itu. Meskipun, tak berarti Pancasila membayang kan masyarakat sebagai taman Firdaus. Justru karena ia selalu dilekatkan ke hasrat menemukan harmoni, justru karena ia juga religius, masyarakat bagi pandangan Pancasila adalah masyarakat manusia yang tak sempurna. Konflik, misalnya, bukanlah sesuatu yang mustahil. Masalahnya ialah bagaimana menyelesaikan serta mengelolanya. ** KARENA itu agaknya menarik untuk merenungkan, bagaimana pandangan Pancasila dalam mengelola konflik. Haruskah pihak yang berkonflik -- "kita" vs "mereka" -- saling mengucilkan bahkan menghabisi? Ataukah perlu selalu disediakan jembatan - antara "kita" dan "mereka", sebagai kemungkinan, biar kecil, ke arah berbaik kembali?
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Nasi Liwet Solo, Menu Sahur Praktis yang Dapat Dicoba

1 menit lalu

Nasi liwet bisa menjadi ide buka puasa/Foto: Doc. Frisian Flag
Nasi Liwet Solo, Menu Sahur Praktis yang Dapat Dicoba

Salah satu menu yang dapat dicoba adalah menu nasi liwet Solo apabila ingin menjadikannya sebagai menu sahur, dapat dicoba.


Menhub Budi Karya Bicara soal Kenaikan Harga Tiket Pesawat Menjelang Lebaran: Follow the Rule

6 menit lalu

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat meninjau kesiapan pesawat dan bandara menjelang mudik Lebaran 2024 di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang pada Jumat, 29 Maret 2024. Tempo/Novali Panji
Menhub Budi Karya Bicara soal Kenaikan Harga Tiket Pesawat Menjelang Lebaran: Follow the Rule

Menhub Budi Karya Sumadi menegaskan akan menindak maskapai penerbangan yang ketahuan menaikkan tarif tiket pesawat melebihi tarif batas atas.


Potongan Pajak THR 2024 Naik, Begini Perbandingan Hitungan Lama dan Baru

12 menit lalu

Ilustrasi pekerja menerima THR. Pexels
Potongan Pajak THR 2024 Naik, Begini Perbandingan Hitungan Lama dan Baru

Potongan pajak atas tunjangan hari raya (THR) dan bonus ramai dikeluhkan oleh masyarakat. Pasalnya, potongan pajak keduanya lebih besar dari tahun lalu.


Pakar Hukum Sebut MK Bisa Panggil Presiden Jokowi untuk Klarifikasi Tudingan Tak Netral di Pilpres 2024

19 menit lalu

Presiden Joko Widodo menyerahkan bantuan pangan atau bansos beras kepada masyarakat penerima manfaat di Kompleks Pergudangan Bulog Kampung Melayu, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat, pada Rabu, 20 Maret 2024. Foto Sekretariat Presiden
Pakar Hukum Sebut MK Bisa Panggil Presiden Jokowi untuk Klarifikasi Tudingan Tak Netral di Pilpres 2024

kesempatan itu bisa digunakan Presiden Jokowi untuk membela diri dan membuktikan dirinya tidak terlibat dalam kecurangan yang dituduhkan.


Sah, Kepala Desa Bisa Menjabat 8 Tahun

23 menit lalu

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyerahkan pandangan pemerintah soal RUU Desa kepada Ketua DPR RI Puan Maharani dalam Rapat Paripurna ke-14 Masa Persidangan IV tahun 2023-2024 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. DPR RI mengesahkan revisi Undang-Undang (RUU) tentang Desa menjadi Undang-Undang (UU) dengan salah satu poinnya perpanjangan masa jabatan kepala desa menjadi 8 tahun dan maksimal dua periode. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sah, Kepala Desa Bisa Menjabat 8 Tahun

Salah satu perubahan penting adalah ketentuan masa jabatan kepala desa menjadi 8 tahun dengan batas maksimal dua kali masa jabatan


Nama Cak Imin Masuk Bursa Pilkada Jatim Bersaing dengan Khofifah, Pakar Politik Unair: Kalau Bisa Dilerai, Kasihan NU

26 menit lalu

Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin bersama istrinya, Rustini Murtadho saat pencoblosan Pemilu 2024 di TPS 023, Kemang, Jakarta, Rabu, 14 Februari 2024. Pemilu 2024 yang digelar untuk memilih Presiden dan Wail Presiden, anggota DPR, DPRD Provinsi, DPD, dan DPRD Kabupaten/Kota itu dilaksanakan serentak di 38 Province dengan jumlah DPT 204.807.222 pemilih. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Nama Cak Imin Masuk Bursa Pilkada Jatim Bersaing dengan Khofifah, Pakar Politik Unair: Kalau Bisa Dilerai, Kasihan NU

Dari hasil survei, nama Cak Imin berada di bawah Khofifah, namun di atas Tri Rismaharini.


Prabowo Ingin Bentuk Kepemimpinan Kolegial Terdiri dari Para Sahabat

27 menit lalu

Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menyampaikan sambutan di acara buka bersama di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat, 29 Maret 2024. Pertemuan tersebut bertujuan untuk bersilaturahmi sekaligus bersyukur karena telah memenangkan Pemilu 2024 meskipun masih ada tahapan-tahapan yang belum mengesahkan. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Prabowo Ingin Bentuk Kepemimpinan Kolegial Terdiri dari Para Sahabat

Menurut Prabowo, keinginan itu bisa dilakukan bila ada dukungan untuk memberi nasihat. Prabowo meminta Golkar mendukungnya membangun pemerintahan.


Serba-Serbi Film Konser Aespa, Tayang April 2024

34 menit lalu

Grup idola K-pop, aespa. Foto: Instagram/@aespa_official
Serba-Serbi Film Konser Aespa, Tayang April 2024

Aespa akan merilis film konser berjudul Aespa: World Tour in Cinemas pada April 2024


Jangan Tanyakan 4 Hal Pribadi Ini saat Wawancara Kerja

34 menit lalu

Ilustrasi pria dan wawancara kerja. Shutterstock
Jangan Tanyakan 4 Hal Pribadi Ini saat Wawancara Kerja

Saat melakukan wawancara kerja, fokuslah pada pertanyaan terkait pekerjaan dan hindari bertanya soal kehidupan pribadi pelamar kerja.