Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Konflik

Oleh

image-gnews
Iklan
IRAN begitu terkenal, tapi dunia luar begitu tak mengerti. Orang Barat berbicara tentang karpet dan Omar Khayyam, tentang Persepolis dan wanita bercadar, dan kita mendeng?rkan. Dan tatkala Shah Iran terpojok oleh gemuruh gemertaknya para penentang, kita bengong. Kita membaca Time atau Newsweek atau kawat kantor-kantor berita. Kita tetap tak mengerti. Hanya di kepala kita terbentang layar. Di sebelah kanan berderet para tokoh dari "Mahligai Merak". Shah Iran mengenakan jas tutup hitam berkilap. Di bahunya tercantum epaulet berbenang emas. Kerah jasnya dirias dua bentuk persegi yang berkilau. Tampan. Putih. Agung. Ia didampingi Ratu Farah, maharani terpelajar dan- halus budi. Juga para pangeran. Para menteri. Para jenderal. Pasukan setia, rapi. Pemuda bebas, wanita mempesona dan modern, lanskap nampak dirangkai oleh warna dan arsitektur yang menakjubkan . . . Bagaimana mungkin segala yang indah itu harus diubah? Bagaimana mungkin seorang kakek tua, berwajah suram di bawah turban hitam, bisa dibenarkan untuk melaknat itu? Media dari Barat tak faham, kita ikut tak faham. Kita hanya membayangkan: kemajuan Iran sedang ditentang oleh orang-orang kolot. Sejarah negeri itu akan diputar kembali ke abad lampau, di mana wanita ditaruh di dapur pengap, bioskop dilarang, tv diharamkan . . . Kita memang heran. Dan kita tambah heran ketika melihat bahwa para demonstran di metropolitan Teheran itu ternyata terdiri dari pria muda berjaket kulit, lelaki kelas menengah yang berdasi, gadis-gadis berblue-jeans, bahkan sarjana puteri lulusan Amerika. Nampaknya, ada yang salah dalam informasi yang mengalir lewat media Barat tentang Iran. Betul saja. Dua orang guru besar Amerika, yang satu keturunan Iran, baru-baru ini menulis dalam Columb ia Journalism Review. Mereka mengritik pers Amerika yang telah memberikan gambaran seakan-akan konflik yang terjadi di Iran kini hanyalah konflik antara modernisasi Shah dengan kekolotan para mullah. Pers Amerika, kata kedua penulis itu, tak tahu perubahan yang terjadi dalam ajaran sosial kaum Syi'ah. Ajaran sosial itu, kata mereka, sudah ditafsirkan kembali. Setelah ini kini tampil dengan postur progresif. Ia menarik orang-orang Iran yang kecewa terhadap liberalisme Barat atau Marxisme gayaSoviet, dua sumber ideologi utama yang selama ini mengilhami para penentang Shah. Maka orang Iran yang berpolitik pun, "berpaling dari ideologi asing dan menoleh ke dalam, kembali ke tradisi mereka sendiri." Di situ mereka pun temukan suatu ajaran Syi'ah tipe baru. Di sana bergabung hasrat "perubahan sosial secara radial" dengan keyakinan perlunya dimen moral dalam masyarakat -- agar tak tejatuh ke dalam totaliterianisme. Dalam banyak hal, katanya, Syi'ah modern dapat dibandingkan dengan penafsir radikal Kristen yang muncul Amerika Latin. Begitukah? Tapi tulisan William A. Dorman dan Ehsan Omeed (nama samaran) itu tak menjelaskan lebih lanjut. Sayang. Sebab betapa kepingin tahunya orang akan ide alternatif di dunia kini --setelah dengan agak sia-sia orang menyimak kata-kata Ayatullah Khomeiny. Sang ayatullah berbicara memang, tapi tentang prinsip-prinsip yang umum saja, dengan tekanan yang terasa berubah dari waktu ke waktu. Mungkin tak dapat semua kegoblokan disalahkan kepada pers Amerika. Tapi juga mungkin tak semuanya bisa disalahkan kepada ulama yang telah lanjut usia itu. Ia jelas menghendaki sesuatu yang lebih demokratis, tapi ia barangkali tak bisa diharapkan buat menyusun suatu program untuk memecahkan masalah ekonomi dan politik masyarakat Iran sekarang. Agaknya dia terutama bernyala oleh keyakinan, bahwa segala masalah besar akan lenyap begitu sebuah pemerintah berpegang kepada ajaran agama. Sayangnya, dalam zaman ini, tak ada contoh tentang pemerintah yang seperti itu. Yang kita sudah tahu ialah bahwa ajaran agama sangat mulia tapi sejarah ternyata tak banyak mencatat penguasa-penguasa yang mulia Maka mungkin diperlukan sistem, dimana orang bisa yakin akan kebenaran agamanya, tapi perlu rendah hati ia bisa bersalah.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


The Sahira Hotel Menyambut Zasly Perdana Kusuma sebagai General Manager Baru

1 hari lalu

Zasly Perdana Kusuma, General Manager The Sahira Hotel yang baru,
The Sahira Hotel Menyambut Zasly Perdana Kusuma sebagai General Manager Baru

The Sahira Hotel adalah sebuah akomodasi bintang 4 yang berkonsep madani eksklusif dengan sentuhan nuansa Timur Tengah.


Menhan Israel: Hasil Akhir Perang Gaza akan Berdampak ke Timur Tengah selama Bertahun-tahun

2 hari lalu

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berbicara selama konferensi pers bersama dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv, Israel 18 Desember 2023. REUTERS/Violeta Santos Moura
Menhan Israel: Hasil Akhir Perang Gaza akan Berdampak ke Timur Tengah selama Bertahun-tahun

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan hasil akhir dari perang di Gaza akan memengaruhi Timur Tengah selama bertahun-tahun.


McDonald's Tutup Seluruh Gerai di Sri Lanka, Bagaimana Bisnis McD Pasca Dihujani Boikot?

3 hari lalu

Logo McDonald. REUTERS/Bazuki Muhammad
McDonald's Tutup Seluruh Gerai di Sri Lanka, Bagaimana Bisnis McD Pasca Dihujani Boikot?

McDonald's tutup seluruh gerainya di Sri Lanka. Bisnis McD di Timur Tengah pun terimbas akibat aksi boikot anti-israel.


5 Pemimpin Negara Muslim dan Timur Tengah yang Ucapkan Selamat Kepada Prabowo

4 hari lalu

Presiden AS Joe Biden berbincang dengan Pangeran Mohammed bin Salman saat mengunjungi Al Salman Palace, di Jeddah, Arab Saudi, 15 Juli 2022. Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS
5 Pemimpin Negara Muslim dan Timur Tengah yang Ucapkan Selamat Kepada Prabowo

Raja Salman hingga Presiden Uni Emirat Arab mengucapkan selamat atas kemenangan Prabowo dalam Pemilu 2024.


Al Qaeda Umumkan Kematian Pemimpinnya, Penyebab Masih Misteri

17 hari lalu

Al Qaeda Umumkan Kematian Pemimpinnya, Penyebab Masih Misteri

Al Qaeda Yaman mengumumkan kematian pemimpinnnya. Pemimpin baru telah diumumkan.


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

18 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


Dampak Boikot, Pewaralaba Starbucks di Timur Tengah Pecat 2.000 Pekerja

21 hari lalu

Seorang pekerja membersihkan jendela kedai kopi Starbucks dari Grafiti bertuliskan,
Dampak Boikot, Pewaralaba Starbucks di Timur Tengah Pecat 2.000 Pekerja

Pemilik waralaba Starbucks di Timur Tengah pada Selasa mengakui bahwa mereka telah mulai memecat sekitar 2.000 pekerja akibat boikot anti-Israel


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

22 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

23 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Imigrasi Jakarta Selatan Tangkap 3 WNA Yaman Pelaku Penyelundupan Manusia

34 hari lalu

Kepala Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta Sandi Andaryadi (kiri) bersama Kepala Kantor Imigrasi Jakarta Selatan Felucia Sengky Ratna (kedua kiri) menunjukkan barang bukti di Jakarta, Jumat 23 Februari 2024. ANTARA/Khaerul Izan
Imigrasi Jakarta Selatan Tangkap 3 WNA Yaman Pelaku Penyelundupan Manusia

Imigrasi mengatakan 3 WNA asal Yaman ini dipastikan tidak bekerja sendiri, namun ada juga WNI yang terlibat dalam kasus penyelundupan manusia.