Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Presiden

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bandung Mawardi, ESAIS

Sebutan presiden sudah berlaku dalam partai politik dan hukum  sejak awal abad ke-20. Para tokoh pergerakan politik kebangsaan dan jurnalis akrab dengan istilah presiden-biasa diucapkan dan dituliskan tanpa "beban pengertian" bakal menjadi julukan mentereng bagi tokoh besar bernama Sukarno. Sutan Mohammad Zain, dalam Kamus Moderen Bahasa Indonesia (1952), mengartikan presiden sebagai "ketua, kepala jang tertinggi, ketua pengadilan, kepala republik jang tertinggi."

Ingat, 18 Agustus 1945, UUD 1945 telah memuat istilah presiden, pengesahan sebutan dalam sistem politik di Indonesia. Sukarno mengenang: "Satu hal jang disajangkan ialah, bahwa kami tidak mempunjai perkataan asli untuk menjebut presiden. Presiden adalah perkataan Inggris. Oleh karena orang menganggap bahwa peraktaan ini tjotjok, maka kami terpaksa meng-Indonesia-kannja. Huruf 't'-nja dihilangkan" (Adams, 1966). Sukarno mendapat predikat presiden meski gamang dalam urusan bahasa.

Di Indonesia, pengisahan orang menjadi presiden jarang dramatis. Sukarno mengisahkan diri sesaat setelah resmi menjadi presiden: "Di djalanan, ia bertemu dengan tukang sate. Lalu, Paduka Jang Mulia Presiden Republik Indonesia memanggil pendjadja jang kaki-ajam dan tidak berbaju itu, mengeluarkan perintah pelaksanaannja jang pertama, 'Sate ajam lima puluh tusuk.' Aku djongkok di sana dekat selokan dan kotoran. Kumakan sateku dengan lahap dan inilah seluruh pesta atas pengangkatan sebagai kepala negara." Kita tak mendapati pesta berlebihan atau peristiwa akbar. Selebrasi menjadi presiden adalah adegan makan sate di pinggir jalan.

Pengisahan Sukarno menjadi presiden memang berlatar situasi tak keruan. Sukarno tak mungkin membuat panggung megah, mengundang ribuan orang, berpesta makanan karena gejolak perang belum usai. Puluhan tahun sejak peristiwa makan sate di pinggir jalan, Soeharto muncul sebagai presiden menggantikan Sukarno. Dalam Sidang MPRS pada 27 Maret 1968, upacara berlangsung selama 45 menit, yang mengesahkan Soeharto menjadi presiden. Soeharto berkata, "Prinsip jang selalu kami pegang teguh dalam melaksanakan tugas MPRS kepada kami adalah menegakkan hukum, menegakkan konstitusi, dan menegakkan demokrasi…" Janji Soeharto memang manis dan muluk-muluk. O.G. Roeder (1969) memberi deskripsi saat Soeharto meninggalkan ruang sidang: "…hampir tengah malam, tanpa keangkuhan seorang pemenang jang djaja. Ia tidak lagi seorang djenderal jang selalu tersenjum, tetapi seorang presiden dengan tanggung djawab jang berat."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekarang, 9 Juli 2014, jutaan orang memilih presiden baru. Mereka berhak berimajinasi tentang peristiwa saat tokoh pujaannya berhasil diresmikan menjadi presiden. Kita menduga bakal ada selebrasi dramatis. Predikat agung tentu diartikan melalui pengumpulan massa, doa bersama, upacara, pidato, berfoto, dan makan. Ikhtiar untuk berpredikat presiden memerlukan keringat, kata, uang, tempat, siasat, doa, serta iklan. Selebrasi menjadi presiden adalah representasi mentalitas dan identitas tokoh.  

Kita menginginkan selebrasi beradab tanpa menghamburkan uang. Kita menolak dramatisasi picisan jika bertujuan untuk pengultusan tokoh. Peristiwa sekejap di bilik suara tak perlu dibalas pesta berlebihan saat tokoh di kertas suara diresmikan menjadi presiden.  


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

27 Desember 2021

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.


DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

22 Desember 2021

Wakil Ketua Komisi II DPR RI Saan Mustofa
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.


Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

27 Maret 2017

Ketua DPR Setya Novanto melambaikan tangan sembari tertawa usai mengikuti Rapat Paripurna di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, 15 Maret 2017. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.


Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

22 Maret 2017

Putera sulung mantan Presiden SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (tengah) menyerahkan piala kepada Ketua Pelaksana Kejuaraan Asia Karate SBY Cup XIV Jackson AW Kumaat (keempat kiri) di Jakarta, 25 Februari 2017. ANTARA FOTO
Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini


Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

16 Januari 2017

Presiden Joko Widodo memberi pernyataan usai Rapim TNI, didampingi Menkopolhukam Wiranto, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Cilangkap, 16 Januari 2017. TEMPO/Yohanes Paskalis
Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.


Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

10 September 2015

Susilo Bambang Yudhoyono membacakan pidato politiknya usai ditetapkan menjadi ketum periode 2015-2020 dalam penutupan Kongres Demokrat di Surabaya, 13 Mei 2015. Dalam pidato politiknya SBY membacakan 10 rekomendasi hasil kongres untuk landasan kerja selama lima tahun kedepan. TEMPO/Nurdiansah
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.


Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

28 Oktober 2014

Relawan membentangkan Bendera Merah Putih raksasa saat mengikuti kirab budaya menyambut Presiden ketujuh Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, di kawasan MH Thamrin, Jakarta, 20 Oktober 2014. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.


Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

13 Oktober 2014

Pendukung Jokowi-JK menggunduli rambutnya saat Pemilu Presiden 2014 di posko Relawan Keluarga Nusantara di Kuta, Bali, 9 Juli 2014. TEMPO/Johannes P. Christo
Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.


Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

9 Oktober 2014

Pimpinan MPR terpilih, Ketua Zulkifli Hasan bersama Wakil Ketua (kiri-kanan) Hidayat Nur Wahid, H. Mahyuddin, Evert Erenst Mangindaan dan Oesman Sapta Odang berfoto bersama pada Sidang Paripurna pemilihan pimpinan MPR di Gedung Nusantara, Jakarta, 8 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata


Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari



langsung menjadi lewat MPR.


Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

30 September 2014

Jokowi. ANTARA/Rosa Panggabean
Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.