Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peringatan Hari Kartini

Oleh

image-gnews
Iklan
KARTINI beristirahat sebentar di bawah pohon. Dihapusnya peluh dari pelipisnya, dan ia melihat ke tanah. Di tanah itu rontok kelopak-kelopak kacapiring. Harum kembang putih itu merangsang -- tapi Kartini teringat melati. Kartini ingat melati karena hari itu adalah 21 April. Di hari seperti itu ia selalu dengar anak-anak menyanyi. Dan di matanya pun terbayang Sumitrah, teman sekelasnya dulu. Di sekolah -- sepuluh tahun yang lalu, di desanya -- setiap 21 April para murid menyanyikan "Ibu Kita Kartini", dan Sumitrah diberi pakaian priayi Jawa dengan banyak melati: anak itulah yang selalu dijadikan Ibu Kartini. Bukan gadis lain. Dan tentu saja bukan ibu, yang kebetulan bernama Kartini. "Kenapa bukan kamu, Yu Kar, yang jadi Ibu Kartini?", seorang adiknya pernah bertanya. Kartini tersenyum pahit. Ia ingin. Ia merasa wajahnya manis, tapi agak terlampau hitam untuk mirip puteri Regent Jepara yang termashur itu. Lagipula wajar bila gurunya memilih Sumitrah. Si Trah adalah anak mantri polisi dan cucu lurah, sedang dia -- . Kartini kita dilahirkan di tahun 1957. Ibunya seorang babu. Ayahnya tukang plitur meubel. Neneknya juga babu. Kakeknya tak diketahui apa pekerjaannya. Mungkin tukang pedati. Mungkin pula seorang perampok (kata sebuah sumber). Kecuali ayahnya yang bersekolab sampai kelas 3 Sekolah Rakyat, seluruh cabang tua keluarganya buta huruf. Kartini beruntung sedikit. Majikan tempat ibunya bekerja membantunya bersekolah -- antara lain agar ia bisa menemani Witri, anak pertama si majikan. Di sekolah itulah, sampai kelas 6, ia selama empat tahun berturut-turut menyaksikan Hari Kartini diperingati dengan tokoh Sumitrah. Bukan dia. "Kenapa bukan kamu, Yu Kar, yang neneruskan sekolah?" tanya adiknya pada suatu hari. Kartini menjawab "Karena siapa yang bakal mengongkosi? Lagipula kau anak laki-laki, aku perempuan." Lalu Amin, si anak laki-laki, meneruskan ke SMP, dan maju dengan pesat sebagai anak yang pandai. Kartini sendiri mencoba berjualan gethuk. Kemudian datanglah musibah itu. Ujian SMP selesai, tapi Amin meninggal disambar muntaber. Di hari itulah buat pertama kalinya Kartini melihat ayahnya menangis -- di balik pohon belimbing wuluh dekat sumur, sendiri. Lalu siklus riwayat keluarga itu seakan-akan kembali. Kartini berangkat ke Jakarta, menjadi babu -- seperti ibu dan neneknya. "Namamu Kartini?" majikan barunya bertanya. "Benar, bu." "Sebaiknya jangan panggil "bu" di sini. Pakailah ndara. Kamu belajar dari Mbok Iyah sana, tentang tatacara di sini." KARTINI pun belajar tatacara dari Mbok Iyah, pembantu rumah tangga yang lebih tua, dan ia belajar menyebut ndara kakung, ndara putri, den dan lain-lain. Memang, agak sukar Kartini mengucapkan kata ndara. Ia ingat di sekolah dulu Sumitrah sering memperolok-olokkan dia dengan memanggilnya "den ajeng" -- singkatan dari "Raden Ajeng Kartini". Ia merasa pedih pada olok-olok itu. Ia tiba-tiba merasa nama yang dibawanya terlampau berat. Secara agak ruwet ia menyadari rendahnya lapisan sosial orang tuanya. Maka ia gembira ketika gurunya bercerita bahwa Ibu Kita Kartini hanya mau dipanggil Kartini saja, tanpa raden ajeng, tanpa ndara "Sebab kau tahu, anak-anak? Ndara berarti landa mara, artinya 'belanda datang'," begitu kata gurunya bersemangat. Tapi Kartini tahu ndara putrinya orang baik. Wanita ini memang seorang yang aktif membantu anak yatim, bencana alam, pandai mengecam gerakan "Women's Lib" Amerika (di mana para wanita emoh jadi ibu rumahtangga yang repot memasak dan mengurus anak), dan tiap 21 April tampil di TV. Kartini ikut bangga, meskipun ia tak tahu Habis Gelap Terbitlah Terang. Toh ia tak tahu juga Sarinah -- di mana Bung Karno mengejek "puteri-puteri" yang "terlalu banyak tempo menganggur" "Verveling, verveling, dan sekali lagi verveling! "
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

17 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

22 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

22 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

48 hari lalu

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

48 hari lalu

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

55 hari lalu

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.


Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

12 November 2023

Budayawan Goenawan Mohamad hadiri pembukaan pameran 25 Tahun Reformas!h In Absentia di Yayasan Riset Visual mataWaktu, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2023. Pameran yang menampilkan kumpulan foto arsip, seni instalasi dan grafis tersebut digelar dalam rangka merefleksikan seperempat abad gerakan reformasi di Indonesia, pameran berlangsung hingga 17 Juni mendatang. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Goenawan Mohamad Sebut Banyak Kebohongan Diucapkan Presiden Jokowi

Goenawan Mohamad menyebut pilpres mendatang berlangsung dalam situasi mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar.