Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Belajar dari Piala Dunia

image-profil

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Endang Suryadinata, Penggemar Bola dan Sejarah

Menurut filsuf eksistensialis Prancis, Albert Camus, sepak bola mengajarkan soal moral dan tanggung jawab. Ini nyata dari 32 tim nasional yang berjuang di Piala Dunia Brasil. Mereka menang dan menghindari kekalahan, tapi tetap dengan mematuhi aturan main. Mereka patuh terhadap apa pun keputusan wasit. Untuk itu, kita bisa belajar banyak dari Piala Dunia untuk menyikapi hasil pemilihan presiden 9 Juli 2014.

Tentu saja, setiap tim ingin menang di Brasil. Malah, guna meraih kemenangan, kadang sepak bola dikaitkan dengan perang. Luiz Felipe Scolari, pelatih timnas Brasil, meyakini bahwa sepak bola ibarat perang, sehingga timnas Brasil bisa mengalahkan Kolumbia 2-1 dalam perempat final sebelum kalah telak 1-7 oleh Jerman dalam semifinal, Rabu dinihari lalu.

Yang patut dipuji adalah sikap yang ditunjukkan oleh tim yang menang. Lihat para pemain Jerman selepas laga semifinal itu. Mereka memeluk Scholari, sebagian yang lain mencoba menghibur pemain tuan rumah yang hancur hatinya. Para pemain Jerman sungguh memiliki spirit yang pernah dimiliki Jenderal Erwin Rommel. Meski Rommel berada di pihak Nazi, dialah satu-satunya jenderal Jerman yang ketika Perang Dunia II mendapatkan penghormatan dari lawannya (sekutu). Jenderal yang terkenal dengan Korps Afrikanya itu dikenal tidak pernah menembak atau membunuh musuh yang tidak bersenjata. Sikap kesatrianya benar-benar dijaga, karena agaknya dia tahu etika perang dari ayahnya yang pendeta. Akhirnya, ketika semua jenderal Nazi dibantai para sekutu, Rommel justru tercatat sebagai satu-satunya jenderal yang mendapatkan penghormatan dari para lawannya.

Kebesaran Jenderal Rommel mengingatkan kita akan pepatah "menang tanpa ngasorake", menang tanpa merendahkan pihak yang kalah. Jadi jangan arogan bila menang. Lalu, bagaimana kekalahan harus dihayati? Bukan hanya kemenangan yang membuat pertandingan menjadi semarak. Kita melihat di babak penyisihan, hasil seri hanya membuat kita seperti dilanda kekecewaan. Meskipun begitu, jika ada tim yang kalah, khususnya di babak 16 besar, perempat final, semifinal, dan tentu saja final, pertandingan jadi ramai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengenai kekalahan ini, kita boleh belajar dari rakyat Kolumbia, Swiss, atau Aljazair. Meski tak bisa melaju lebih jauh karena kalah, toh mereka tetap mendapatkan respek dari para pendukungnya. Rakyat ketiga negara seolah mengingatkan kita untuk menghargai usaha dan kerja keras timnas mereka. Kita memang mesti belajar bahwa manusia harus bekerja keras untuk mencapai kepenuhannya, kendati upaya itu berakhir tragis dalam kekalahan. Sydney Newton Bremer, motivator ulung dunia, menuliskan: "kemuliaan manusia kita bukan terletak pada kemenangan saja, tapi terlebih pada upaya bagaimana kita bisa bangkit setelah kekalahan."

Dalam pilpres 9 Juli 2014, hanya akan ada satu calon presiden yang berhak atas kursi RI-1. Mohon pihak yang menang dan para pendukungnya bisa tetap rendah hati dan tidak dirasuki arogansi untuk mempermalukan lawan. Demikian juga, pihak yang kalah tidak tergoda untuk mencari alasan sehingga membuat kerusuhan selepas pencoblosan.

Kita memang harus belajar bagaimana menyikapi kemenangan dan kekalahan secara bijak. Jika sikap positif dalam menghadapi kemenangan atau kekalahan ditumbuhkan sejak dini, kita berharap pilpres berlangsung dengan damai. *


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

27 Desember 2021

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.


DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

22 Desember 2021

Wakil Ketua Komisi II DPR RI Saan Mustofa
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.


Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

27 Maret 2017

Ketua DPR Setya Novanto melambaikan tangan sembari tertawa usai mengikuti Rapat Paripurna di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, 15 Maret 2017. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.


Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

22 Maret 2017

Putera sulung mantan Presiden SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (tengah) menyerahkan piala kepada Ketua Pelaksana Kejuaraan Asia Karate SBY Cup XIV Jackson AW Kumaat (keempat kiri) di Jakarta, 25 Februari 2017. ANTARA FOTO
Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini


Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

16 Januari 2017

Presiden Joko Widodo memberi pernyataan usai Rapim TNI, didampingi Menkopolhukam Wiranto, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Cilangkap, 16 Januari 2017. TEMPO/Yohanes Paskalis
Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.


Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

10 September 2015

Susilo Bambang Yudhoyono membacakan pidato politiknya usai ditetapkan menjadi ketum periode 2015-2020 dalam penutupan Kongres Demokrat di Surabaya, 13 Mei 2015. Dalam pidato politiknya SBY membacakan 10 rekomendasi hasil kongres untuk landasan kerja selama lima tahun kedepan. TEMPO/Nurdiansah
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.


Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

28 Oktober 2014

Relawan membentangkan Bendera Merah Putih raksasa saat mengikuti kirab budaya menyambut Presiden ketujuh Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, di kawasan MH Thamrin, Jakarta, 20 Oktober 2014. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.


Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

13 Oktober 2014

Pendukung Jokowi-JK menggunduli rambutnya saat Pemilu Presiden 2014 di posko Relawan Keluarga Nusantara di Kuta, Bali, 9 Juli 2014. TEMPO/Johannes P. Christo
Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.


Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

9 Oktober 2014

Pimpinan MPR terpilih, Ketua Zulkifli Hasan bersama Wakil Ketua (kiri-kanan) Hidayat Nur Wahid, H. Mahyuddin, Evert Erenst Mangindaan dan Oesman Sapta Odang berfoto bersama pada Sidang Paripurna pemilihan pimpinan MPR di Gedung Nusantara, Jakarta, 8 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata


Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari



langsung menjadi lewat MPR.


Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

30 September 2014

Jokowi. ANTARA/Rosa Panggabean
Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.