Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dugaan Yang Salah

Oleh

image-gnews
Iklan
DUA orang kulit putih berbicara tentang rakyat sebuah negeri di wilayah Indo-Cina. Yang satu cemas negeri itu akan jatuh ke dalam pemerintahan komunis. Yang lain nampaknya tidak cemas -- meskipun ia tahu bahwa itu memang akan terjadi. "Tapi mereka tak menginginkan komunisme," kata yang cemas. "Mereka menginginkan beras," sahut yang lain, "mereka tak ingin ditembak. Mereka ingin suatu hari akan sama seperti hari yang lain. Mereka tak ingin kita, orang putih, berseliweran di sini mengajari mereka apa yang harus mereka inginkan." "Jika Indo-Cina jatuh . . . " "Saya sudah tahu rekaman itu. Siam jatuh. Malaya jatuh. Indonesia jatuh. Apa artinya 'jatuh', sih?" "Mereka akan dipaksa percaya apa yang diperintahkan kepada mereka. Mereka tak akan diizinkan berfikir sendiri. " "Fikiran itu barang mewah. Apa kau fikir para petani itu duduk merenungkan Tuhan dan demokrasi ketika mereka masuk ke dalam gubuk tanah liat mereka di waktu malam?" "Kau bicara seakan-akan seluruh negeri terdiri dari petani. Bagaimana halnya dengan mereka yang terdidik? Apakah mereka akan berbahagia?" "Ah, tidak. Kita sudah membesarkan mereka dalam ide-ide kita. Kita telah ajari mereka permainan-permainan berbahaya, dan itulah sebabnya kita menunggu di sini, berharap bahwa leher kita tak akan dipotong. Sebenarnya kita layak dipotong .... " *** HAMPIR selama seperempat abad setelah Graham Greene menuliskan percakapan semacam itu dalam The Quiet American, banyak yang terjadi di Indo-Cina. Di Samlaut, misalnya, di tahun 1966. Samlaut adalah sebuah kota kecil di timur Battambang, Kamboja. Ia terletak di sebuah wilayah hutan yang tersisih. Di sana tinggal pors, anggota sebuah suku yang agak terlupakan dalam sejarah modernisasi Kamboja di bawah Pangeran Sihanouk. Pada suatu hari para penguasa di Battambang memutuskan untuk membangun sebuah pabrik gula di Kampong Kol di dekat Samlaut. Mereka mengambil tanah dari para petani dan para petani tak memperoleh imbalan cukup. Ketidak-puasan timbul. Mereka berontak. Memang, ada unsur "subversi" dalam pemberontakan itu. Di antara penduduk ada kader-kader komunis Vietnam yang telah tinggal di situ sejak perang Indocina pertama. Setelah perjanjian Geneva 1954, mereka rupanya diinstruksikan tinggal oleh partai. Konon ada 200 bedil tersembunyi di hutan itu. Dan dengan hasutan kader-kader Vietnam komunis itulah jacquerie di Samlaut terjadi. Pemerintah pusat di Phnom Penh bertindak cepat -- tapi berlebihan. Militer didatangkan. Satuan polisi juga dikirim. Kedua pasukan bersenjata itu dengan tanpa banyak pertimbangan menembaki para perusuh, merobohkan banyak korban dan membakar rumah penduduk. Rakyat lari masuk hutan. Tapi mereka tak melupakan ketidak-adilan dan kekejaman yang terjadi. Dan kaum komunis mendapatkan lebih banyak penyokong. Petani, seperti dalam bayangan orang putih Graham Greene, memang tak biasa mempersoalkan komunisme atau Tuhan. Tapi benarkah mereka hanya menginginkan beras? Benarkah bagi mereka "fikiran itu barang mewah"? Orang putih Graham Greene, seperti banyak intelektuil putih, kadang merasa jadi "pembela" petani Asia -- tapi dengan sikap merendahkan yang tak sepenuhnya disadari: Si orang putih percaya petani tak akan memikirkan demokrasi di gubuknya. Tentu saja tidak. Tapi kemarahan petani di Samlaut, tanpa bicara demokrasi, adalah kebutuhan akan pengakuan hak. Dan bila para petani di Cina datang ke ibukota menyerukan hak-hak asasi, sementara para petani Kamboja dan Vietnam lari menjadi pengungsi, benarkah mereka hanya menginginkan beras? Mereka bukan kerbau, mereka bukan sampi, kata Sihanouk tentang rakyatnya yang tertindas. Agak telat, tapi lebih benar dari orang putih Graham Greene, seperempat abad yang lalu.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

17 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

22 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

22 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

48 hari lalu

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

48 hari lalu

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

55 hari lalu

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

18 November 2023

Calon presiden nomor urut satu Anies Baswedan memberikan sambutan saat deklarasi relawan Garda Matahari di Jakarta, Jumat 17 November 2023. Relawan Garda Matahari mendeklarasikan dukungan terhadap calon presiden dan wakil presiden dari koalisi perubahan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar pada Pilpres 2024. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

Anies Baswedan mengatakan, pihaknya memahami betul bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang berdasar Pancasila.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.