Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pengambil keputusan

Oleh

image-gnews
Iklan
MUNGKIN kita kini hidup lepas dari dongeng Sisiphus. Dalam dongeng ini, menurut tafsiran Albert Camus, sejarah manusia berlangsung mengasyikkan tapi di ujungnya harapan besar apa pun tak akan terpenuhi. Sisiphus dihukum para dewa mengangkut batu ke atas gunung terjal. Sesampai di puncak, batu itu menggelinding kembali. Ini terjadi berulang-ulang, tak kunjung habis. Tapi, kata Camus, kita bisa mengatakan bahwa Sisiphus " bahagia". Memang ganjil. Setelah perjalanan ke20 dan kekecewaan kesekian, bagaimana Sisiphus tidak berteriak terhadap situasinya yang gila itu? Bagaimana ia tak tahu bahwa ia tak bisa lagi punya harapan dan karenanya persetan dengan lutut yang lecet dan punggung yang berdarah? Tidakkah ia akan mengakui bahwa ia tabah, memberontak, tapi tolol? Dongeng Sisiphus lahir kembali dari masa kekecewaan besar. Eropa baru reda dari Perang Dunia ke-II, tapi tiba-tiba saja di udaranya yang dingin manusia dan gedung-gedung gementar ketakutan oleh kemungkinan Perang Dunia ke-III. Jerman terbelah. Korea terbelah. Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki meningkat jumlah dan mutunya sesuai dengan permintaan rasa takut serta curiga. Apa yang terjadi? Harapan lain? Ucapan Mao Tse-tung bahwa "dari puing-puing peperangan akan terbangun masyarakat baru" pun ramai dimaki-maki--kecuali di Peking. Sebab "masyarakat baru" yang dijanjikan komunisme hanya menempuh jalan yang terlampau keras, berdarah dan terlampau suram, sementara ujung yang terang itu tak kunjung terlihat. Suara seperti Camus terutama ditujukan kepada semangat buta menuju Utopia yang sempurna itu. Dan dunia mendengarnya, dalam pelbagai versi. Seseorang bahkan menulis bagaimana ia suatu hari kehilangan selera buat Utopia dan tiba-tiba berjalan dengan tubuh mengapung di awan tapi fikiran mengacung ke bumi. Lalu ia tahu betapa menggetarkannya warna-warni benda di bawah tanah. Tapi bisakah orang demikian terus-menerus? Bisa, jawab yang terdengar. Kehidupan tak akan berakhir dengan bahagia yang lengkap. Manusia tak akan pernah jadi tanpa cacat. Praktis sajalah. Rencana jangan terlalu muluk, kecewa bisa rerlalu pahit. Di antara pelbagai pilihan ke masa depan, pilih saja yang paling kurang brengsek. Maka yang terlihat adalah peta dunia yang tanpa Utopia-dan juga mungkin tanpa gairah. Sebab, dalam kata-kata Oscar Wilde di tahun 1895: "Sebuah peta dunia yang tak mencantumkan Utopia tidak layak untuk dipandang selintas pun." Bagi Wilde, negeri yang bernama Utopia itu adalah tempat Kemanusiaan selalu mendarat. Dan kemajuan, kata Wilde, adalah realisasi dari Utopia-Utopia. Nampaknya kini orang mulai teringat semangat Wilde di akhir abad ke-19 kembali. Sebabnya mungkin bersahaja. Orang mulai merasa akan tak pernah tumbuh dengan hanya menjejaki rancangan-rancangan jangka pendek. Orang butuh suatu visi. Orang merasa hanya makin bingung meraba-raba gajah lewat bagian-bagiannya saja. Orang pusing untuk mengaitkan apa relasi antara ekor dengan kuping, yang berbentuk demikian lain. Mungkin itu sebabnya Daoed Joesoef, yang kini jadi Menteri Pendidikan & Kebudayaan itu, berkata kepada majalah Derap nomor awal April 1978: "Di masa yang akan datang sebaiknya tempat yang harus mengambil keputusan yang fundamentil bukan dipegang oleh tehnokrat, tapi oleh tehnosof." "Tehnosof," dalam pengertian Daoed Joesoef, adalah gabungan antara tehnokrasi dengan filosofi. Tehnokrasi itu berkaitan dengan peralatan, sedang filosofi itu menentukan tujuan. Dengan kata lain, filosofi-lah yang menjawab untuk apa sebenarnya keahlian dan ketrampilan para teknokrat dimanfaatkan. Tapi sudah barang tentu filosofi bisa menjawab, jika kita bisa berani bertanya. Dalam kegiatan seperti itu, dalam analisa yang merengkuh dan mengurai hal-hal yang paling keramat sekali pun, bertanya tidak berarti menggugat. Itulah sebabnya Sokrates bertanya. Apakah kita tahu kenapa ia harus dibunuh?
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pengadilan Ungkap Kronologi Pembunuhan Badak di Taman Nasional Ujung Kulon, Cula Dijual Rp 300 Juta

1 menit lalu

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) berhasil diabadikan menggunakan camera trap saat berkubang di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. TNUK adalah salah satu Taman Nasional yang ada di Indonesia yang telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO pada tahun 1992 dan merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa bagian barat.  ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Pengadilan Ungkap Kronologi Pembunuhan Badak di Taman Nasional Ujung Kulon, Cula Dijual Rp 300 Juta

Badak ditembak di bokong lalu disembelih dan diambil culanya terekam camera trap di dalam Taman Nasional Ujung Kulon. Kamera juga dicuri.


Harga Emas Antam Turun Tipis Rp 1.000 menjadi Rp 1.319.000 per Gram

2 menit lalu

Petugas tengah menunjukkan contoh emas berukuran 1 kilogram di butik Galery24 Salemba, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. Harga emas 24 karat PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam terpantau naik pada perdagangan hari ini menjelang rapat The Fed soal kebijakan suku bunga. TEMPO/Tony Hartawan
Harga Emas Antam Turun Tipis Rp 1.000 menjadi Rp 1.319.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini turun sebesar Rp 1 ribu ke level Rp 1.319.000 per gram.


Prabowo Bakal Bentuk Kementerian Baru, Demokrat: Itu Kebutuhan, Bukan Bagi-bagi Kue

4 menit lalu

Dari kiri: Edhy Baskoro Yudhoyono berfoto dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam acara Bukber Partai Demokrat di St. Regis Setiabudi, Jakarta, Rabu, 27 Maret 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Prabowo Bakal Bentuk Kementerian Baru, Demokrat: Itu Kebutuhan, Bukan Bagi-bagi Kue

Partai Demokrat menegaskan langkah Prabowo yang akan menempatkan orang berdasarkan kebutuhan itu bukan sebagai bentuk politik bagi-bagi kue.


Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

6 menit lalu

Karyawan menunjukkan uang pecahan 100 dolar Amerika di penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa 16 April 2024, Nilai tukar rupiah tercatat melemah hingga menembus level Rp16.200 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah libur Lebaran 2024. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menyampaikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan adanya sejumlah perkembangan global saat libur Lebaran. TEMPO/Tony Hartawan
Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.


Konser Incubus di Jakarta Dibuka dengan Lagu Quicksand dan Nice to Know You

8 menit lalu

Vokalis grup musik Incubus Brandon Boyd saat konser bertajuk Asia Tour 2024 di Tennis Indoor, Senayan, Jakarta, Selasa, 23 April 2024. Incubus membuka aksi panggungnya dengan membawakan lagu the beatles yang berjudul Come Together, lalu dilanjutkan dengan Quicksand hingga Nice to Know You. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Konser Incubus di Jakarta Dibuka dengan Lagu Quicksand dan Nice to Know You

Penampilan spektakuler Incubus disambut tepuk tangan meriah oleh para penggemar yang memenuhi Tennis Indoor Senayan.


54 Tahun Prananda Prabowo, Profil Putra Megawati dan Perannya di PDIP

8 menit lalu

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah), bersama Ketua DPP Puan Maharani (kiri), Kepala Pusat Analisa dan Pengendali Situasi Prananda Prabowo (kanan) yang juga anak-anaknya berpegangan tangan saat berfoto bersama dalam penutupan Rakernas III PDI Perjuangan di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis, 8 Juni 2023. Rakernas III PDI Perjuangan itu menghasilkan 17 poin rekomendasi eksternal seperti visi-misi Capres-Cawapres dari PDIP, dan memerintahkan seluruh kader Partai menangkan Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024. TEMPO/M taufan Rengganis
54 Tahun Prananda Prabowo, Profil Putra Megawati dan Perannya di PDIP

Prananda Prabowo putra Megawati Soekarnoputri, organisatoris PDIP yang pernah dipuji Jokowi, genap berusia 54 tahun pada 23 April 2024.


Profil Guntur Hamzah, Hakim Konstitusi yang Dilaporkan atas Dugaan Pelanggaran Etik

11 menit lalu

Hakim Mahkamah Konstitusi M. Guntur Hamzah saat mengikuti sidang putusan gugatan ulang batas usia capres cawapres di Ruang Sidang Lantai 2, Gedung I MK, Jakarta, Rabu, 29 November 2023. Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan menolak gugatan terhadap Pasal 169 huruf q UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu), yang mengatur soal batas usia capres-cawapres. TEMPO/Joseph
Profil Guntur Hamzah, Hakim Konstitusi yang Dilaporkan atas Dugaan Pelanggaran Etik

MKMK akan menggelar sidang putusan atas dugaan pelanggaran etik Hakim Konstitusi Guntur Hamzah. Berikut profil Guntur Hamzah.


Pesan Jokowi kepada Prabowo-Gibran saat Bertemu di Istana

11 menit lalu

Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana. ANTARA/Andi Firdaus
Pesan Jokowi kepada Prabowo-Gibran saat Bertemu di Istana

Istana Kepresianan menyebut Jokowi mengucapkan selamat kepada Prabowo-Gibran dan menegaskan kembali dukungan penuh pemerintah baru


Profil 3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit

13 menit lalu

Pameran foto peninggalan Kerajaan Majapahit karya Nigel Bullough, yang dipamerkan di House of Sampoerna Surabaya, Senin malam (7/9). Pameran tersebut untuk memperingati 650 tahun perjalanan Raja Hayam Wuruk mengelilingi bagian timur Jawa. Foto: ANTAR
Profil 3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit

Tak hanya dipimpin raja, Majapahit pernah dipimpin perempuan. Siapa saja mereka?


Tips Kelola Keuangan dengan, Jangan Lupa Atur Porsi Konsumsi

13 menit lalu

Ilustrasi mengelola keuangan. Shutterstock
Tips Kelola Keuangan dengan, Jangan Lupa Atur Porsi Konsumsi

Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret memberikan tips kelola keuangan dalam perencanaan keuangan.