Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ajaran Yang Tak Mutlak

Oleh

image-gnews
Iklan
DI RRC, kabarnya tempo hari, orang bisa jadi hebat dengan membaca ucapan-ucapan Ketua Mao. Mau membersihkan Partai? Baca Mao. Mau membersihkan selokan? Baca Mao. Supaya seorang atlit baik dalam prestasi loncat tinggi, dia juga perlu baca Mao. Para penanam semangka pernah dikutip mengatakan, dengan menggebu-gebu, bahwa semangka mereka tak kalah dari semangka Soviet karena mereka mengutip buku merah kecil sewaktu menanamkan biji. (Mendengar cerita ini, seorang yang duduk di sudut pura-pura bersin, "Hazsyii!", karena tak percaya). Tapi ini bukan bohong. Detailnya bisa keliru, tapi intinya betul. Intinya ialah: di RRC, begitulah keadaan tempo hari, waktu Mao masih hidup, mereka percaya manusia dan lingkungannya bisa diperbaiki lewat ajaran. Mana bisa Marxisme begitu? Kok seperti agama saja? Atau seperti para ahli ilmu sosial "liberal" yang percaya bahwa pendidikan, himbauan, bujukan, bisa mengubah keadaan sosial -- tanpa mengubah struktur masyarakat tempat manusia-manusia itu hidup? Tapi Maoisme, (kita tak tahu apakah ini cabang "aneh" dari Marxisme), yang percaya bahwa kehendak dan isi kepala manusia berada dalam posisi yang menentukan dan bukannya ditentukan, memang begitu. Ia memang ideologi yang katanya menentang "subyektivisme". Tapi pada akhirnya ia mencerminkan pengakuan, bahwa manusia jadi pencuri bukan cuma karena kesempatan, tapi juga karena salah asuh. Di RRC, yang hampir tidak ada kesempatan untuk berlaku kapitalistis, akhirnya ada orang-orang yang dikejar dengan tuduhan "pengambil jalan kapitalis" -- dan yang supaya tobat, dididik kembali. Ada sederet kampanye. Sejuta kata-kata. Kritik. Kritik-diri. Dan segala hal-hal lain yang bercirikan kebisingan ajaran. Apakah sebenarnya yang ingin kau utarakan? Bahwa di dalam kalangan orang yang beragama ataupun orang yang mengaku tak beragama, faktor "perubaban mental" untuk pembangunan ternyata tetap lebih penting ketimbang "perubaban sosial"? Tak persis. Tapi ada yang bisa ditarik dari semua itu rupanya ada yang demikian yakin, bahwa keadaan bisa menjadi baik berkat suatu ajaran yang baik. Di RRC, mereka percaya bahwa orang bisa jadi lebih kuat bila mengamalkan Maoisme. Di Arab Saudi, orang percaya bahwa negeri akan selama melalui modernisasi bila mereka mengamalkan Islam. Di Indonesia, kita percaya bahwa misalnya tak akan ada korupsi bila kita semua mengamalkan Pancasila. 'Kan betul -- setidaknya dalam hal kita? Ah, kita harus memperhatikan baik-baik kata bila di dalam kalimat-kalimat itu. Kata bila itu mengandung pemberian syarat. Syarat itu harus dipenuhi dulu. Dengan demikian, kalimatnya bukan bermaksud menggambarkan suatu realitas yang aktuil, yang benar-benar terjadi. Bahkan, lebih penting lagi, masih layak dipersoalkan apakah realitas itu akan terjadi dan syarat itu akan terpenuhi kelak kemudian hari. (Di sudut sebelah sana lagi dua orang sudah mulai menguap). Kita berkata Di Indonesia tidak akan terjadi korupsi bila semua orang sudah mengamalkan Pancasila. Di Indonesia tidak akan terjadi ketimpangan sosial bila semua kita sudah mempraktekkan Pancasila. Di Indonesia tidak akan terdapat kesewenang-wenangan bila setiap pemimpin sudah hidup dengan cara Pancasila. Tapi mungkinkah semua dan setiap orang demikian? Kita harap saja .... Hidup tak hanya terdiri dari berharap Harapan memang baik, tapi harapan bukanlah asumsi. Kita boleh mencitakan semua orang jadi Pancasilais, tapi kita juga perlu bertanya: dengan adanya Pancasila pun, bisakah kau dan aku dan para anak dan para cucu sekaligus atau pelan-pelan menjadi suci, sepanjang waktu? Ajaran, doktrin, pegangan moral tak bisa mengenai manusia secara mutlak. Itulah sebabnya agama-agama turun, tapi dosa belum berhenti. Huah.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

18 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

23 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

23 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

49 hari lalu

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

49 hari lalu

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

55 hari lalu

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

18 November 2023

Calon presiden nomor urut satu Anies Baswedan memberikan sambutan saat deklarasi relawan Garda Matahari di Jakarta, Jumat 17 November 2023. Relawan Garda Matahari mendeklarasikan dukungan terhadap calon presiden dan wakil presiden dari koalisi perubahan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar pada Pilpres 2024. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

Anies Baswedan mengatakan, pihaknya memahami betul bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang berdasar Pancasila.


Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

14 November 2023

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Fakta-fakta Para Tokoh Bangsa Temui Gus Mus Soal Mahkamah Konstitusi

Aliansi yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang itu menyampaikan keprihatinan mereka ihwal merosotnya Mahkamah Konstitusi atau MK.