Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Anak Kaya Versus Anak Miskin

Oleh

image-gnews
Iklan
DIA anak seorang kaya. Ayahnya punya perkebunan luas di daerah Florida, Amerika Serikat. Di perkebunan itu bekerja para buruh pendatang -- juga anak-anak mereka. Pada umurnya yang ke-6, si anak orang kaya itu pun bertanya: "Papa, kenapa anak-anak itu bekerja di kebun dan aku tidak?" Pertanyaan itu tak berhenti di situ. Pada umurnya yang ke-12, si anak menulis dalam pelajaran mengarang di sekolahnya: "Aku sebenarnya ingin, orang-orang yang bekerja untuk kami sekeluarga bersikap berteman kepada kami. Sekarang, mereka takut pada ayah. Mereka takut kepada para mandor . . . Harus kuakui aku kira mereka juga takut kepadaku. Bila aku datang ke dekat mereka dengan sepedaku, mereka pun berhenti berbicara, dan mereka bekerja sangat keras, dan mereka berkali-kali memandang ke arahku, melihat apakah aku masih tetap di situ." Suatu hari anak itu pun menggambar langit, sebuah lanskap dan sebuah matahari. Matahari itu amat besar. Di bawah bola yang menyala-nyala itu dilukiskannya para buruh bekerja memetik di kebun. Melihat ini, ayahnya merengut. "Matahari itu terlalu dibesar-besaran," gerutunya. Papa itu memang merasa anaknya kian kritis kepada keadaan di sekitarnya. Hubungan si bapak dan si anak memang biasanya jadi tegang. Tapi makin dewasa, si anak mulai jinak. Ia memang masih tetap mempertahankan "gaasan-gagasannya", tapi ia makin tahu hidup begitu majemuk. Dunia tak gampang diubah .... Siapakah dia? Dia hanyalah salah satu tokoh dalam Previleged Ones, sebuah buku tinjauan, atau lebih tepat laporan, tentang anak anak golongan kaya di Amerika, yang disusun dengan menarik oleh seorang ahli psikiatri anak-anak, Robert Coles. Buku itu sendiri merupakan jilid ke-V dari serangkaian karya Coles yang berjudul Children of Crisis. Karya-karya tebal ini, seluruhnya 2.800 halaman, ditulis setelah dokter jiwa anak-anak ini mengunjungi dan bergaul dengan sejumlah anak berumur antara 6 sampai dengan 13 tahun. Bila Previleged Ones yang terbit awal tahun ini berkisah tentang anak-anak orang kaya, maka Eskimos, Cicanos, Indians, yang merupakan jilid ke-IV, berbicara tentang anak-anak golongan minoritas yang tergencet. Yang menarik ialah bahwa ada persamaan antara anak si kaya di perkebunan itu dengan anak orang Chicano yang melarat mereka menerima keadaan sekitarnya sebagai sesuatu yang tak wajar. Mereka bingung tentang konsep "klas" atau lapisan sosial. Mereka marah. Pada mulanya adalah menonton TV dari jam ke jam. Anak-anak miskin itu membayangkan bahwa kelak, suatu hari nanti, mereka akan menjadi seperti para tokoh yang mereka lihat di layar persegi itu. Mereka mungkin akan seperti para penyanyi. Mereka akan seperti para bintang. Atau tokoh dalam iklan itu: naik mobil keren, tinggal di rumah bagus. Maka ketika mereka di dalam hidup sehari-hari melihat orang tua mereka diperlakukan buruk uleh para boss, mereka menganjurkan bapak dan embok mereka melawan. "Ketika anak-anak saya masih kecil," tutur seorang ibu Chicano di Texas, "saya mencoba sedapat saya membuat mereka senang. Terkadang, sementara saya memeluk mereka, saya berkata kepada diri saya sendiri Tak lama lagi si kecil ini akan tahu tentang Texas .... Yang paling celaka ialah bila anak-anak itu mulai bertanya: mengapa. Saya mencoba mencegahnya. Saya katakan kepada mereka, sudah, jangan bertanya-tanya begitu. Saya tak tahu kenapa orang-orang itu berada di atas dan kita berada di bawah .... " Ibu itu tak tahu. Sayangnya anak-anak itu suatu hari pasti bertanya lagi, atau satu pertanyaan dengan sendirinya akan tergantung-gantung di atas kepala mereka: Apa masa depanku, mbok? Tapi "masa depan yang hampir pasti" bagi mereka tampaknya hanya: menyerah kepada situasi -- sebagaimana orang tua mereka sendiri. Betapa seorang bapak atau seorang ibu Chicano harus menjawab pertanyaan anaknya tentang masa depan seperti itu? Seperti kalau orang tua kelas menengah kulit putih menjawab pertanyaan anak tentang sex, kata Coles. Sebuah jawaban yang tak boleh diulangi lagi. Sebuah jawaban yang akan dikenangkan seterusnya. Sebuah jawaban yang bukan seperti yang dipertunjukkan oleh TV.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

2 hari lalu

Perwakilan dari tiga ratus guru besar, akademisi dan masyarakat sipil, Sulistyowari Iriani (kanan) dan Ubedilah Badrun memberikan keterangan pers saat menyampaikan berkas Amicus Curiae terkait kasus Perkara Nomor 1/PHPU.PRES/XXII/2024 dan Perkara Nomor 2/PHPU.PRES/XXII/2024 perihal Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 kepada Mahkamah Konstitusi (MK) di Gedung 2 MK, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Subekti
MK Terima 52 Amicus Curiae Terhadap Sengketa Pilpres 2024, Berapa Amicus Curiae yang Akan Dipakai?

Hakim MK telah memutuskan hanya 14 amicus curiae, yang dikirimkan ke MK sebelum 16 April 2024 pukul 16.00 WIB yang akan didalami di sengketa Pilpres.


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

43 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

48 hari lalu

Wartawan Senior TEMPO Fikri Jufri (Kiri) bersama Kepala Pemberitaan Korporat TEMPO Toriq Hadad dan Redaktur Senior TEMPO Goenawan Mohamad dalam acara perayaan Ulang Tahun Komunitas Salihara Ke-4, Jakarta, Minggu (08/07). Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008 dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia yang berlokasi di Jl. Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TEMPO/Dhemas Reviyanto
53 Tahun Majalah Tempo, Profil Goenawan Mohamad dan Para Pendiri Tempo Lainnya

Majalah Tempo telah berusia 53 tahuh, pada 6 Maret 2024. Panjang sudah perjalanannya. Berikut profil para pendiri, Goenawan Mohamad (GM) dan lainnya.


53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

48 hari lalu

Goenawan Mohamad dikerumuni wartawan di depan gedung Mahkamah Agung setelah sidang gugatan TEMPO pada Juni 1996. Setelah lengsernya Soeharto pada 1998, majalah Tempo kembali terbit hingga hari ini, bahkan, saat ini Tempo sudah menginjak usianya ke-50. Dok. TEMPO/Rully Kesuma
53 Tahun Majalah Tempo, Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror

Hari ini, Majalah Tempo rayakan hari jadinya ke-53. Setidaknya tercatat mengalami dua kali pembredelan pada masa Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sebut Jokowi Tak Paham Reformasi, Merusak MA hingga Konstitusi

Pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad atau GM menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini seolah pemerintahan Orde Baru.


Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

9 Februari 2024

Sastrawan Goenawan Mohamad dalam acara peluncuran buku
Goenawan Mohamad Sampai Pada Keputusan Tak Jadi Golput, Ini Alasannya

Budayawan Goenawan Mohamad bilang ia tak jadi golput, apa alasannya? "Tanah Air sedang menghadapi kezaliman yang sistematis dan terstruktur," katanya.


Angka Pengasuhan Tidak Layak Anak Masih Tinggi, Ini Saran Legislator

4 Februari 2024

Ilustrasi keluarga. Freepik.com/Lifestylememory
Angka Pengasuhan Tidak Layak Anak Masih Tinggi, Ini Saran Legislator

Legislator menyoroti penurunan angka pengasuhan tidak layak belum merata di Indonesia, termasuk juga perkawinan anak, ini sarannya.


ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

2 Februari 2024

Pengunjung melihat karya-karya Goenawan Mohamad dalam pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk Sejauh Ini... di Bandung, Jawa Barat, 2 Februari 2024. Sastrawan, budayawan, sekaligus pendiri Majalah Tempo ini memamerkan lebih dari 100 karya seni rupa yang dibuat sejak tahun 2016 sampai 2024. TEMPo/Prima mulia
ArtSociates Gelar Pameran Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi Bandung

Karya Goenawan Mohamad yang ditampilkan berupa sketsa drawing atau gambar, seni grafis, lukisan, artist book, dan obyek wayang produksi 2016-2024.


Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

27 November 2023

Ilustrasi Pemilu. ANTARA
Jelang Masa Kampanye Pemilu 2024, Forum Lintas Generasi Buat Seruan Jembatan Serong

Forum Lintas Generasi meminta masyarakat bersuara jujur dan jernih dalam Pemilu 2024.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.